Minggu, 07 Januari 2018

YENNY WAHID, BENALU SEKULARISME DAN AGEN KONTRA AKSI ISLAM

Oleh Faizal Assegaf
(Ketua Progres 98)

Rekam jejak Yenny Wahid di panggung politik nasional menyisihkah sejumlah catatan buruk. Puteri mantan Presiden Abdurahman Wahid tersebut terkenal sinis dan acap kali melontarkan pernyataan yang menyudutkan umat Islam.

Kedekatannya dengan sejumlah konglomerat Taipan dan keterlibatannya dalam misi liberalisme, sangat kental. Ihwal itu menempatkannya sebagai salah satu aktor politik yang kontra terhadap gerakan solidaritas kebangkitan Islam.

Yenny Wahid berkontribusi besar menggulir serangkaian opini yang liar dan sporadis. Melabrak kelompok Islam dengan stigma intoleran, anti Pancasila dan radikalisme. Manuver busuk itu menghias berbagai halaman media massa.

Di perhelatan Pilgub DKI, perannya secara terselubung menghalau Aksi Bela Islam dengan memposisikan terpidana penista Al Qur'an alias Ahok sebagai figur yang bersih dan demokratis.

Walhasil, ketika Ahok dijatuhkan hukuman dua tahun penjara oleh pengadilan, Yenny melayangkan surat protes terbuka. Isinya menegaskan bahwa Ahok tidak layak diadili dengan pasal penodaan agama.

Lebih memprihatinkan, Yenny dengan lantang mendesak aparat penegak hukum melakukan 'politik balas dendam' untuk menyeret para pihak yang telah menjebloskan Ahok ke penjara.

Dia menuding, kelompok tersebut telah melancarkan isu agama dan etnis untuk mendiskrimasi, intimidasi, dan melakukan ujaran kebencian (arsip: suarainvestor-com).

Tidak hanya itu, pembelaan kepada Ahok dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang menyudutkan umat Islam. Bahkan Yenny nekat menjual nama besar Gus Dur untuk membela Ahok dengan dalih si penista agama itu adalah sosok anti korupsi dan sangat tegas menegakkan konstitusi.

Perilaku delusi puteri Gus Dur ini, membuat umat Islam gerah dan menudingnya telah bertindak gelap mata. Fakta-fakta atas kejahatan korupsi; Kasus Sumber Waras, skandal Proyek Reklamasi dan aneka arogansi Ahok seolah dibenarkan oleh Yenny.

Jurus-jurus politik busuk yang dilakoni Yenny membela Ahok dikemas rapi dengan aneka penipuan. Pada pertengahan Desember 2016, atas nama Direktur Wahid Foundation, Yenny menyebut punya data survei bahwa sekitar 11 juta dari 150 juta umat Islam terlibat gerakan radikal.

Angka 11 juta orang itu mau melakukan tindakan radikal apabila memungkinan. Tindakannya seperti merusak fasilitas ibadah dan segala macam. Kami belum memasukkan tindakan teroris,” tutur Yenny kepada pers.

Data survei abal-abal itu disebarkan hanya selang beberapa hari saat jutaan umat Islam usai menggelar aksi superdamai 212. Tindakan Yenny dinilai culas, melukai hati umat dengan fitnah keji demi mengais keuntungan pragmatis.

Wajar bila kemudian umat Islam menganggap Yenny Wahid tidak lebih adalah benalu sekularisme dan agen kontra Aksi Bela Islam. Stigma buruk itu sulit dihindari, terlebih jejak hitamnya telah terekam di benak umat.

Terkait beberapa hari ini muncul nama Yenny akan diusung sebagai Cagub oleh Gerindra di Jawa Timur, spontan membuat umat terhentak. Prabowo Subianto perlu lebih cermat dan hati-hati agar tidak terjebak mengambil keputusan yang konyol.

Apalagi munculnya isu murahan bahwa Yenny Wahid punya peluang menjadi Cawapres pendamping Prabowo di Pilpres 2019. Modus pencitraan sesat itu adalah sebuah ilusi dan tidak akan mampu membodohi umat Islam.

Biarkan Yenny Wahid berperan sebagai benalu sekularisme untuk menghias keramaian politik dan demokrasi di negeri ini. Tindak-tanduknya yang membadut dengan kemunafikan tidak layak diperjuangkan sebagai pejabat publik di level manapun!

Source : teropongsenayan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar