Oleh Ani Hasibuan
Hari ini happy, sebab perjalanan Cibiru - BSD ditempuh dalam waktu 3 jam 15 menit. Normal lah itu, hadiah dari Allah, setelah Jum’at memerlukan waktu 14 jam dari BSD untuk mencapai Cibiru (waktu itu saya kira sudah mendarat di Amsterdam Schipol, eh taunya mendarat di pintu keluar Buah Baru 😄)
Saya buka-buka medsos, sebab satu rumah istirahat. Saya baca obrolan di salah satu WAG, topiknya tentang orang-orang yang (merasa) pintar yang cenderung anti politik dan MELARANG tiap anggota WAG nya bicara tentang politik. Jadi isi obrolan WAG itu cuma ucapan selamat ulang tahun dan posting kuliner, konon isinya grup orang-orang pinter yang teredikasi dengan baik dari universitas ternama. Saya ketawa bacanya. Saya juga punya grup begitu. Tiap ada yang ngomong politik, pasti akan muncul moron-moron yang mencolek-colek admin untuk memberi peringatan pada yang posting, dan itu berulang-ulang, sampai ada ancaman kalau masih posting juga akan dikeluarkan dari grup 😄😄😄.
Pada grup-grup begini, saya pasti tak pernah komen. Soalnya saya tidak merayakan ultah dan tidak suka kuliner juga, jadi males saya baca Pak yi by - ok ayi Jangan di tempat seperti itu kan?
Pagi tadi, my bontot boy tilawah setelah jadi imam sholat subuh. Ia membaca surat Al Qasas. Isinya tentang perjuangan Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS melawan tirani kaisar imperium Mesir, Fir’aun, sang Musuh Allah. Di awal, Allah mengatakan bahwa Fir’aun adalah Penguasa YanG JAHAT, karena ia mengadu domba rakyatnya untuk memperkokoh kekuasaannya 😊. Selanjutnya diceritakan bagaimana Nabi Musa AS, pria cadel yang sejak bayi diasuh oleh Fir’aun, melawan “bapak angkat”nya sendiri. Dan ini kisah yang sangat saya sukai. Seorg pria cadel yang tak jarang ketakutan, berhasil menghabisi kekuasaan seorang kaisar superpower, yang memiliki bala tentara yang super terlatih dan persenjataan perang yang lengkap. Dan bukan main senjata yang digunakan Musa AS untuk melawan segala kedigdayaan Fir’aun, apa itu? Yaitu: kekuatan mulut!!! Door to door menawarkan konsep ketauhidan, memiliki informan yang bekerja di internal Fir’aun (salah seorg panglima perang Fir’aun membelot dan memihak pada Nabi Musa), menggunakan jasa juru bicara (Nabi Harun menjadi juru bicara Nabi Musa, sebab bicaranya tidak jelas, waktu bayi nabi Musa pernah makan bara api yang ditawarkan Fir’aun, sehingga lidahnya terbakar dan bicaranya menjadi cadel). Apa sebetulnya yang dilakukan Nabi Musa di masa pemerintahan Fir’aun? Nabi Musa berpolitik!
Melawan seorang kaisar, dengan lobby mulai dari tingkat rakyat jelata sampai panglima perang, menghadirkan penyusup, itu semua politik kan? Dan sepemahaman saya, hampir semua kisah Nabi-nabi adalah kisah perlawanan melawan tirani (kecuali Nabi Adam AS, mohon koreksi bila keliru). Apa kegiatan para tiran? Mereka menjauhkan manusia dari pemurnian penghambaan pada Allah.
Tiran di jaman Ibrahim AS memaksa rakyatnya menyembah patung-patung. Tiran di masa Luth AS memaksa rakyatnya menerima kelakuan LGBT bahkan menghukum rakyat yang menentang LGBT. Tiran di masa Nabi Shaleh memaksa rakyatnya bertransaksi dengan riba dan mereka gemar mengurangi timbangan, dst dst nya. Da tiran yang paling “menggemaskan” adl Fir’aun, yang secara eksplisit memaksa rakyatnya untuk menyembahnya, menjadikan Fir’aun mendapat gelar “musuh-Ku” dari Allah SWT. Kesimpulannya, nabi-nabi berpolitik.
Lalu kenapa kita jadi anti? Kita yakin politik menjauhkan kita dari kekhusyukan sholat, masssaaaa'?
Rasulullah SAW itu politisi handal sekaligus panglima perang yang memiliki ketangkasan yang handal serta strategi perang yang jitu. Perjanjian Hudaibiyah merupakan bukti Rasulullah SAW adalah politisi ulung. Perang 12 kali beliau adalah bukti bahwa beliau adalah seorang panglima perang yang handal. Jadi kenapa masih anti pada politik?
Indonesia ini dimerdekakan oleh perjuangan ulama, mereka berpolitik!! Jadi kenapa masih anti pada politik?
Marilah kita jangan mau terbawa propaganda antek-antek dajjal yang mengatakan bahwa politik adalah dunia yang kotor. Dia mengatakan itu untuk mengelabui kita, supaya kita lengah. Mengira kita akan aman-aman saja dan cukup hanya dengan sholat, mengaji, dan umroh!!! No!! Agama Islam bukan agama ritual belaka, keIslaman seseorg tidak dilihat dari keistiqamahannya dalam melakukan ritual. Islam itu agama sosial. Kesalihan seseorang diukur dari seberapa banyak waktunya dihabiskan untuk beramar ma’ruf nahi munkar. Ingat kisah seorang saudagar yang sedang sakratul maut, saat malaikat Rakib dan Atid memperlihatkan catatan amalnya, timbangannya jatuh ke kiri, dosanya lebih banyak. Namun akhirnya, malaikat Rakib dan Atid menemukan satu catatan kebaikan, yang akhirnya membuat semua dosanya terhapus dan timbangan kebaikannya menjadi sangat berat. Apa amal itu? Tangisan seorang ibu yang berterima kasih padanya karena dia berikan makanan (dia sendiri belum makan, lalu dia tawarkan pada ibu dan anak-anaknya yang lapar).
Bagaimana kita bisa berharap lepas dari riba kalau kita tidak berpolitik? Bagaimana kita bisa berharap syariah Islam dijalankan bagi kita pemeluk agama Islam kalau kita anti pada politik dan menganggap politik adalah tai yang berbau busuk dan menyengat?
Sekali lagi, jangan pernah terbawa propaganda antek-antek dajjal yang mencoba mengubah mindset kita. Ingat, Islam mengajarkan kita untuk hablum minannaas dan hablum minallaah... ritual harus diaplikasikan dalam kegiatan sosial (amar ma’ruf nahi munkar).
Sekian tahun umat Islam di negeri ini dijauhkan dari politik, mulai dari cara halus melalui ceramah-ceramah kyai, sampai cara kasar mempertontonkan politisi muslim yang (terduga) korupsi seolah-olah tidak ada non muslim yang korupsi, dan mereka selalu mengkait-ngaitkan dengan ajaran Islam. Tapi kalau politisi non muslim yang korupsi, mereka buru-buru menutup berita, dan kalau ada yang coba-coba mengkaitkan dengan agama, mereka buru-buru berteriak “ga ada hubungannya denga agama!” 😔
Kita ini sedang di ujung perjalanan master plan para dajjal, untuk tetap bodoh, tanpa kuasa, dan mati dalam keadaan memakan riba.
Ayo saudaraku di jalan Allah, jangan anti pada politik. Justru, 87% umat Islam ini harus berpolitik. Kita harus mampu menentukan ke mana rakyat ini harus dibawa. Kita tak boleh menyerah pada tiran.
Sebagaimana para Nabi berjuang melawan tiran, kita pun kini beramai-ramai melawan tiran yang hendak menjauhkan kita dari Allah. Politik bukan tabu, politik itu suatu komponen kehidupan, kalau dia tak ada, hidup menjadi tak jelas mau bagaimana.
Jangan ragu untuk bicara soal politik, jangan minder juga, sebagaimana kita tak cerdas, demikian juga para politisi yang saat ini ada, jadi kita punya wewenang informal untuk bicara kan?
Smoga kita ke depan lebih aware dan lebih melek politik. Cukuplah tiran-tiran berkuasa, mari kita ciptakan suasana kondusif sehingga muncul pemimpin yang shiddiq, amanah, tabligh, fathanah.
Ingat, politik bukan tai, politik itu wangi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar