Selasa, 05 Desember 2017

BELAJAR DARI KISAH SEORANG WALIYULLAH

(Hormat dan rendah hati tanpa syarat dan pilah pilih)

Seorang waliyullah dengan pakaian kumal datang memohon sumbangan ke rumah seorang saudagar kaya. Saudagar kaya itu merasa sebal dengan penampilan sang wali itu dan mengusirnya pergi dengan kata-kata kasar.

Beberapa hari kemudian seorang wali besar datang dengan jubah keagamaan yang mewah dan berkilauan, memohon sedekah ke saudagar kaya tersebut. Saudagar kaya segera menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan makanan mewah untuk sang wali besar. Lalu ia mengajak sang wali untuk menikmati makanannya.

Sang wali menanggalkan jubah keagamaannya yang mewah, melipatnya dengan rapi dan meletakkannya di atas kursi meja makan. Ia kemudian berkata : "Kemarin aku datang dengan pakaian usang dan anda mengusirku. Hari ini aku datang dgn pakaian mewah dan anda menjamuku. Tentunya makanan ini bukan untukku tapi untuk jubah ini?."

Setelah berkata demikian sang wali tersebut berlalu, meninggalkan si saudagar yang kaget.

Lantas wali itu menyimpulkan :
"Kalau ternyata bukan diriku, melainkan pakaianku yang dihormati, mengapa aku mesti senang...????
Dan kalau ternyata bukan diriku, melainkan apa yang kupakai yang dihina, mengapa aku mesti sedih..???"*

Demikianlah manusia, lebih sering menghormati yang melekat pada diri orang, seperti apa yang dipakai (pakaian dan accesorisnya atau kekayaan, jabatan, BUKAN PRIBADI (Ahlak) keberadaan orang itu sendiri.)

Maka, kita dihormati orang, janganlah bangga diri. Dan kalau pun jika kita tidak dihormati, jangan kecewa dan bersedih diri, sebab.... kita tetap sebuah harga. Siapapun yang merendahkan kita saat ini, jangan sampai membuat kita runtuh, bangkitlah dan tetaplah teguh.

Kata Imam Al-Ghazali :  “Jangan resah andai ada yang membencimu, kerana masih ramai yang mencintaimu di dunia. Tetapi resah dan takutlah andai Allah membencimu, kerana tiada lagi yang mencintaimu di akhirat.”

Dan Imam Hassan Al-Basri Rohimahullahu Taala berkata: "Tahukah kalian apa itu tawadhu?. Tawadhu itu adalah engkau keluar dari kediaman mu, lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa dia lebih mulia dari kamu."

Wallahu a'lam bittaufiq.

Mudah-mudahan kisah ini bermanfaat untuk kita semua.

Barakallah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar