By Andi Nino Wirawan)
Tergelitik hati saya saat pertama kali membaca judul berita di detik.com dengan judul "Dikebut Sejak 2014, Ini Capaian Pembangunan Infrastruktur Jokowi". Dari judul tersebut sangat jelas memberikan kesan kalau sejak tahun 2014 pembangunan infrastruktur begitu cepat dilakukan, kata dikebut menjadi penguat dari isi capaian.
Dari data yang tertera terdapat beberapa item pembangunan, mulai dari jalan, jembatan, perumahan dan bendungan. Sekilas saya menangkap kalau isi pemberitaan itu mengarahkan pembaca untuk mengambil kesimpulan bahwa sejak 2014, inilah hasil pembangunan infrastruktur yang telah dibangun. Bahasa dikebut di sini menjadi penguat jika upaya yang dilakukan lebih cepat dari biasanya.
Untuk memastikan apakah benar isi berita tersebut dengan fakta sebenarnya, maka saya coba mencocokkan dengan informasi lain. Dan inilah hasil dari temuan saya beberapa contoh hasil capaian itu.
1. Jembatan Tayan
Ternyata jembatan Tayan yang berada di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat sudah mulai pembangunannya sejak September 2012. Konstruksi jembatan yang menghabiskan anggaran sebesar Rp 772,9 miliar ini tersambung seluruhnya pada Maret 2016. Artinya, pembangunan jembatan ini tepat waktu, sesuai dengan jadwal peresmian. Jokowi sendiri meresmikan jembatan ini 22 Maret 2016, yang artinya tanpa dikebutkan pembangunan yang dimulai pada era SBY ini juga berjalan sesuai rencana.
2. Jembatan Soekarno
Jembatan Soekarno sudah dirancang sejak era Megawati, dan pada 2014 telah selesai penyambungan. Menurut Kepala Divisi Jalan dan Jembatan HK, Suroto Kementerian PU saat itu, ini sudah sesuai target. Namun untuk operasi dibutuhkan uji kelayakan, dan jembatan ini diresmikan Mei 2015.
3. Jembatan Holtekamp
Jembatan yang berada di Papua ini telah mulai dirancang sejak tahun 2013, diperlihatkan dari data tentang Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Provinsi Papua, Pemerintah Kota Jayapura, dan Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah menandatangani memorandum of understanding (MoU) pembangunan jembatan sepanjang 726 meter tersebut di Jakarta, 3 Agustus 2013.
Jembatan ini rencananya akan rampung 2018 mendatang. Jembatan dengan panjang total 733 meter ini menghubungkan daerah Hamadi di Distrik Jayapura Selatan yang berada di sisi barat jembatan dan daerah Holtekamp di Distrik Muara Tami di sisi timur jembatan.
4. Bendungan Jatigede
Waduk ini mulai digagas pada tahun 1963 dan dimulai pembebasan lahannya pada tahun 1982. Desain pembangunan waduk ini dilakukan di tahun 1988, dan disambung 20 tahun kemudian yaitu proses konstruksi di tahun 2007. Hingga kini proses pembebasan lahan belum tuntas meski proses konstruksi sudah tuntas. Waduk ini tetap ditargetkan sudah bisa diisi air pada November 2014.
Dalam proses pembebasan lahan memang lama, alasannya pertama, pengosongan area genangan berupa pengosongan penduduk, pengosongan satwa, dan pemindahan situs. Waduk ini mulai diresmikan tahun 2015.
5. Bendungan Titab
Bendungan Titab dibangun sejak 2011-2015 yang menghabiskan anggaran dari APBN sekitar Rp 486 miliar ini dimaksudkan untuk mengatasi kekeringan dan penanggulangan banjir terutama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Bendungan ini diresmikan Minggu (13/12/2015) oleh Megawati.
Artinya bendungan ini pembangunannya sudah sesuai dengan jadwal perencanaan. Untuk membangun bendungan ini harus menenggelamkan 6 desa di 2 Kecamatan di Kabupaten Buleleng.
6. Bendungan Nipah
Pembebasan lahan untuk bendungan ini telah dimulai pada 1982, tetapi pembangunannya berhenti pada 1993. Pengerjaan waduk dimulai lagi pada 2008 dan diresmikan Maret 2016.
7. Bendungan Rajui
Bendungan yang berada di Aceh ini sudah mulai konstruksinya pada tahun 2010, dan ditargetkan dapat selesai pada tahun 2016. Bendungan ini terletak di Desa Masjid Tanjong, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Bendungan yang mulai dibangun pada awal tahun 2011 ini selesai pada tahun 2016, membutuhkan biaya sebesar Rp 110,65 miliar.
Dengan luas genangan 33,6 ha, bendungan ini diharapkan mampu menampung air sebanyak 2,67 juta meter kubik untuk mengairi areal persawahan seluas 4.790 ha, sehingga mendukung program swasembada pangan dan juga untuk meningkatkan penyediaan air baku.
Artinya bendungan ini dibangun sesuai dengan rencana awal. Dan telah dilihat hasilnya.
8. Bendungan Paya Seunara
Bendungan ini mulai dibangun pada 2001, dan hampir selesai pada 2006 namun bendungan tersebut kembali diperbaiki setelah sempat terjadi gempa. Tubuh bendungan Paya Seunara dibangun oleh kontraktor PT Inaco Harapan-PT Inaco Putra Perkasa
9. Trans Papua
Sampai dengan Februari 2017, total Jalan Trans-Papua yang sudah berhasil dibangun mencapai 3.851,93 km, di mana jalan baru yang dibangun pada 2016 mencapai 231,27 km. Untuk tahun 2017, pemerintah menargetkan pembangunan 143,35 km jalan baru sehingga total jalan yang akan tembus menjadi 3.995,28 km. Dengan demikian, sisa 334,79 km jalan yang belum tembus diharapakan bisa selesai hingga 2019.
Dari data tersebut, jelas sekali kalau jalan Trans Papua tidak sepenuhnya dibangun pada era Jokowi. Pemimpin yang sebelumnya juga telah membangun 3.620,27 km.
Dari data yang di atas rasanya kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pembangunan tidak dilihat dari kapan diresmikan. Tapi bagaimana kesinambungan terhadap prosesnya. Tidak elok mengklaim sendiri hasil sesuatu tanpa menyampaikan fakta sejarah. Dalam membangun sesuatu tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh proses panjang, mulai dari perencanaan, pendanaan, pembebasan lahan dan sebagainya.
Contohnya Pembangunan Waduk Krueng Keureuto di Paya Bakong, Aceh Utara, yang diperkirakan bakal molor. Waduk yang diresmikan Jokowi itu seharusnya selesai tahun 2019. Namun, karena sebagian lahan belum dibebaskan, waduk itu diperkirakan baru siap pada 2021. Dari contoh tersebut jelas sekali bahwa ada kendala dalam tahap awal, terutama untuk pembebasan lahan. Jadi tidak layak menyebut suatu pembangunan dikatakan mangkrak karena terkendala masalah teknis seperti itu.
Lihat juga contoh tentang kereta api cepat Jakarta-Bandung. Meski telah satu setengah tahun lebih groundbreaking-nya dilakukan dan dihadiri Jokowi, tapi prosesnya belum juga dimulai. Salah satu penyebabnya adalah izin, pembebasan lahan dan dana.
Semoga kita para pembaca dapat mencerna dengan baik setiap informasi yang masuk. Jangan sampai menelan bulat-bulat, apalagi ada skenario dengan menuding pihak lain tidak melakukan apa-apa.
Jadi Kesimpulannya
Joko Widodo hanya meresmikan dan finishing pekerjaan SBY atau rezim sebelumnya. Dan hingga saat ini belum ada proyek infrastruktur yang murni pekerjaan rezim Joko Widodo...
Tapi kok ngutangnya demikian luar biasa? hingga semua subsidi pun dicabut... ke manakah uangnya itu semua???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar