Pemimpin yang lahir secara alamiah berdasarkan value system yang terbentuk dalam sebuah proses dialektika (revolusi), akan melahirkan sosok pemimpin yang disebut Respected Leader.
Pemimpin yang muncul dan diobitkan berdasarkan price system yang dibentuk melalui sebuah proses artificial dengan menggunakan event organizer, lembaga survey, televisi dan media, akan melahirkan sosok pemimpin yang disebut sebagai popular leader.
• Respected leader berjuang untuk mencapai visi dan misi. Popular leader berjuang untuk mencapai posisi dan ambisi.
• Respected leader mengendalikan situasi, popular leader dikendalikan oleh situasi.
• Respected leader berpikir dan bertindak untuk orang lain. Popular leader berpikir dan bertindak untuk dirinya sendiri.
• Respected leader berkorban untuk orang lain. Popular leader, membuat orang lain yang menjadi korban.
• Respected Leader memotivasi rakyatnya, Popular Leader menipu rakyatnya.
• Respected Leader diakui, Popular Leader dipuji.
• Respected Leader sebagai tuntunan dan panutan. Popular Leader Sebagai Tontonan Dan Hiburan.
Sejak reformasi, lahirnya seorang pemimpin ditentukan berdasarkan price system dengan proses artificial melalui team sukses, consultant, event organizer. Sehingga pemimpin yang terbentuk adalah Popular Leader. Peran negara dalam membentuk karakter pemimpin digantikan oleh peran pengusaha. akhirnya pengusaha yang mengatur penguasa. Akibatnya pejabat menjadi penjahat dan penjahat menjadi pejabat.
Pemimpin itu berpikir dan bertindak untuk orang lain tapi memutuskan atas nama dirinya. Pemimpin itu fungsi bukan posisi, pemimpin itu hanya satu dan pemimpin itu seorang diri.
Pemimpin itu adalah diktator dan otoriter karena keputusannya hanya satu dan hanya dia yang bisa mengambil keputusan. Rakyat tidak perduli apakah pemimpin itu diktator atau otoriter, bagi rakyat yang penting bahwa setiap keputusan pemimpin itu berpihak pada rakyat dan orang banyak.
Sejak reformasi, rakyat selalu tertipu dan salah dalam memilih pemimpin. Tapi jangan disalahkan karena rakyat hanya bisa menilai prilaku pemimpin dari televisi, media cetak dan media elekronik, bukan dari prilaku yang sesungguhnya. Oleh sebab itu diperlukan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) sebagai representasi rakyat dalam memilih pemimpin. Tetapi peran mpr saat ini telah hilang dan diganti dengan 7 komisioner KPU yang dipilih melalui voting di DPR.
Soekarno, Hatta, Soeharto, Soedirman dan Sri Sultan HB IX adalah respected leader yang lahir secara alamiah dan terbentuk dalam situasi revolusioner. Soekarno dan Soeharto adalah pemimpin yang awal kepemimpinannya dipertanyakan kemudian dipuji akhirnya ditentang dan ketika tidak berkuasa lagi, kepemimpinanya diakui dan setelah mati sosoknya dirindukan. Tetapi Popular leader yang awal kepemimpinanya dipuja-puji kemudian diragukan kemampuannya, selanjutnya ditentang, karena masih juga tetap bertahan, akhirnya pribadinya dilecehkan, dicemooh dan ketika tidak berkuasa lagi, kepemimpinannya akan dilupakan dan dikubur dalam-dalam sebagai catatan sejarah kelam.
Reformasi melahirkan demokrasi yang membuat indonesia menjadi bukan negara demokrasi tapi menjadi negara bebas karena atas nama demokrasi, konstitusi dan hak asasi manusia, siapapun termasuk preman, pedagang dan penjahat bisa menjadi Presiden, Gubernur, Bupati, Walikota, dan pemimpin lainnya.
Di era orde lama dan orde baru, jika seseorang yang ingin menjadi pemimpin, maka akan timbul beberapa pertanyaan yang bersifat *value system:
Who Are You,!?
What Are You,!?
Where Are You.!?. etc..
Di era reformasi jika seseorang ingin menjadi pemimpin maka pertanyaan yang timbul hanya satu dan bersifat price system yaitu:
"How Much Do You Have a Money"
Perobahan yang mendasar dari peralihan Orde Lama dan Orde Baru ke Reformasi adalah bergesernya system bernegara dan berbangsa, dari Value System ke Price System. Dari nilai menjadi nominal, dari pemimpin yang negarawan menjadi pemimpin gerombolan, Dari pemimpin moral menjadi pemimpin kriminal dan dari pemimpin spiritual menjadi pemimpin ceremonial.
• Rakyatnya mencari kebenaran, pemimpinnya Menjawab Dengan Pembenaran.
• Rakyatnya mencari keadilan pemimpinnya melakukan kezholiman.
• Rakyatnya diminta untuk membela negara, pemimpinnya menjual negara.
• Rakyatnya dipaksa membayar pajak. Pemimpinnya dengan leluasa merampok uang Negara.
• Rakyatnya dipaksa untuk mematuhi hukum, pemimpinnya dengan leluasa membolak-balikan hukum.
• Rakyatnya merindukan suasana kehidupan yang pancasilais, pemimpinnya membubarkan organisasi atasnama Pancasila.
Di era Orde Lama dan Orde Baru, seorang pemimpin dinilai dari Bibit-Bobot-Bebet. Di era reformasi seorang pemimpin dinilai dari Bandar-Backing-Bonek. Secara konstitusi, moral dan etika, reformasi telah membuat negara Indonesia menjadi negara tidak bertuan dan tidak bertuhan karena semua hal dinilai dengan uang.
Saat ini, syarat untuk menjadi pemimpin yang sukses di Indonesia adalah :
• Pura-pura tidak tau,
• Tidak mau tau,
• Tidak tau malu,
• Tidak tau diri,
• Berani bohong dan berani nyolong.
Jika Orde Lama dan Orde Baru mengakibatkan korban jiwa, maka Reformasi mengakibatkan korban sakit jiwa dengan fenomena yang menghasilkan sosok pemimpin dan masyarakat yang gila jabatan, gila pangkat dan attribute, gila survey, gila presiden, gila pencitraan dan gila-gila yang lainnya.
- 1965 Ibu Pertiwi Hamil Tua
- 1998 Ibu Pertiwi Diperkosa
- 2017 Ibu Pertiwi Gila.
* Save NKRI Dari pemimpin yang diorbitkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar