Perilaku homoseksual tak hanya terkait dengan penyakit mental. Neurosaintis menemukan fakta meningkatnya angka kanker anal atau kanker dubur yang menjangkiti pelaku homoseksual.
“Saya menemukan kanker anal ini dulu sangat jarang ditemukan. Tapi dalam penelitian tahun 2015, terjadi peningkatan kanker anal dari satu hingga tiga persen,” kata neurosaintis Ihsan Gumilar.
Ihsan menjelaskan bahwa kanker anal ditemukan 70-80 persen dari kasus-kasus yang berhubungan dengan dubur. Penyakit ini paling banyak ditemukan di negara-negara berkembang. Dari kasus-kasus yang ditemukan, penyakit ini paling banyak terjadi pada pasangan homoseksual. “Karena mereka melakukan (hubungan seksual) bukan pada tempat yang seharusnya, maka ini menyebabkan kanker anal."
Fakta tetang kanker anal yang menjangkiti kaum penyuka sejenis ini membantah kampanye mereka yang selalu mengusung hak asasi manusia (HAM). HAM yang didengung-dengungkan kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) dibatasi hak orang lain yang berpotensi akan tertular. “Ingat ada banyak orang ingin hidup sehat secara mental dan mereka memiliki hak untuk hidup sehat itu”.
Jika saat ini LGBT menjangkiti maksimal 5 juta orang, maka 250 juta orang Indonesia berpotensi terinfeksi. Maka lebih baik menghentikan 5 juta pelaku LGBT agar yang lain tetap hidup sehat. Manurutnya harus dipertimbangkan madharatnya yang lebih besar. “Ataupun sebaliknya kita biarkan 5 juta ini atasnama HAM, sehingga menularnya penyakit-penyakit ganas seperti HIV dan kanker dubur,” imbuhnya.
Saya mendorong dibentuknya undang-undang anti LGBT. Hal itu dinilai dapat menjadi jalan untuk menghentikan merebaknya penyakit-penyakit menular dampak homoseksual. “HAM untuk sehat itu penting, oleh karena itu HAM seseorang ditinjau dan dibatasi dari HAM orang lain. Maka secara statistik orang akan mendahulukan HAM 250 juta jiwa yang ingin sehat , ketimbang HAM seseorang yang dihasung aktivis LGBT,” tandas Ihsan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar