Apakah Nabi Isa itu masih hidup ataukah sudah meninggal dunia menurut perspektif Al-Quran dan Sunnah?
Jawaban: Ahlussunnah wal Jamaah berpendapat
(Nomor bagian 3; Halaman 300)
Bahwa Isa Al-Masih 'Alaihis Salam masih hidup dan Allah telah mengangkatnya ke atas langit. Nabi Isa akan turun pada akhir zaman sebagai pemimpin yang adil, memutuskan perkara dengan menggunakan syariat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan mengajak kepada ajaran yang beliau bawa. Pendapat ini telah diperkuat oleh teks Al-Quran dan hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Allah Ta'ala berfirman terkait kebohongan kaum Yahudi dan membantah klaim dusta mereka:
"Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.(157) Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Allah Ta'ala mengingkari klaim kaum Yahudi yang mengira bahwa mereka telah berhasil membunuh dengan menyalib Nabi Isa 'Alaihis Salam. Allah Ta'ala telah memberi tahu bahwa Dia telah mengangkat Nabi Isa ke sisi-Nya, sebagai bentuk kasih sayang dan penghormatan baginya. Allah menjadikan peristiwa ini sebagai bukti dari kekuasaan-Nya yang hanya diberikan kepada para rasul yang dikehendaki-Nya. Begitu banyak tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat pada diri Nabi Isa 'Alaihis Salam, sebagaimana dalam firman Allah Ta'ala, Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat ’Isa kepada-Nya. yakni Allah telah mengangkat Nabi Isa itu dengan jasad dan ruhnya sekaligus, sehingga ayat ini bisa membantah dengan telak klaim kaum yahudi yang menyangka telah membunuh atau menyalibnya. Pembunuhan dan penyaliban itu hanya bisa ditimpakan kepada jasad. Pengangkatan ruh saja tidak bisa menjawab klaim mereka terkait penyaliban dan pembunuhan. Pengangkatan dengan ruh dan jasad sekaligus ini merupakan bentuk sempurnya keagungan Allah, kekuatan-Nya, kemuliaan-Nya dan bantuan-Nya kepada para rasul yang Dia dikehendaki. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan dalam firman-Nya dalam penutup ayat tersebut:
"Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Allah Ta'ala berfirman:
"Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya dan di Hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka."
(Nomor bagian 3; Halaman 301)
Allah Ta'ala juga mengabarkan bahwa seluruh Ahli Kitab nantinya akan beriman kepada Nabi Isa sebelum kematiannya. Dan, itu terjadi saat Nabi Isa turun nanti di akhir zaman, sebagai pemimpin yang adil dan mengajak umat manusia kepada agama Islam. Ini akan diterangkan lebih jelas dalam hadits tentang turunnya Nabi Isa. Makna inilah yang pas untuk dipilih, karena tema pembahasan ayat ini untuk menerangkan sikap kaum Yahudi terhadap Nabi Isa, perlakuan mereka terhadapnya, dan juga menunjukkan sunnatullah dalam menyelamatkannya, serta menolak seluruh konspirasi musuh-musuhnya. Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa dua dhamir (kata ganti) yang majrur di dalam ayat tersebut kembali kepada lafadz Isa, demi menyesuaikan dengan konteks kalimat dan menyatukan tempat kembalinya kedua dhamir tersebut.
Di dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, akan semakin dekat waktu turunnya kepada kalian Isa bin Maryam sebagai pemimpin yang adil, dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menghapus upeti, dan hartapun semakin berlimpah, hingga tidak ada seorangpun yang mau menerimanya (sebagai penerima zakat).
Lalu Abu Hurairah berkata: "Bacalah ayat ini jika kalian mau: Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya.
Dalam riwayat Abu Hurairah lainnya, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
"Bagaimana keadaanmu jika Isa putera Maryam telah diturunkan kepadamu sedangkan pemimpinmu adalah orang yang berasal dari kalangan kalian sendiri."
Dan juga telah disebutkan dalam hadits yang shahih bahwa Jabir bin Abdillah mendengar Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
"Sekelompok umatku akan terus berjuang menegakkan kebenaran hingga hari kiamat. Beliau bersabda: “Lantas Isa Putera Maryam Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam turun. Lantas pemimpin mereka (kaum Muslimin) berkata kepadanya: “Mari, jadilah imam salat kami!”. Isa menjawab: “Tidak, sesungguhnya sebagian kalian adalah pemimpin sebagian yang lain, sebagai bentuk penghormatan Allah kepada umat ini”.
(Nomor bagian 3; Halaman 302)
Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Isa akan turun nanti di akhir zaman. Dia akan memerintah menggunakan syariat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Dan yang menjadi imam dalam salat dan ibadah-ibadah lainnya pada saat turunnya Isa bin Maryam nanti adalah seseorang dari umat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Oleh karenanya, tidak ada pertentangan antara turunnya Nabi Isa dengan permasalahan nabi yang terakhir yaitu Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, karena Nabi Isa nanti tidak akan turun dengan membawa risalah yang baru. Di tangan Allah-lah segala permasalahan itu. Dia melakukan sesuatu sesuai kehendak-Nya, dan memerintahkan sesuai keinginan-Nya. Tidak seorang pun bisa menolak keputusan-Nya. Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Orang yang mengklaim bahwa Isa 'Alaihis Salam telah disalib atau telah dibunuh, maka orang tersebut telah kafir. Itu karena dia telah menentang ayat Al-Quran yang sangat jelas, dan menentang hadits shahih dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Jika ada seorang muslim yang mengatakan bahwa Allah Ta'ala telah benar-benar mematikan Nabi Isa 'Alaihis Salam, lalu mengangkatnya ke sisi-Nya saat kaum Yahudi hampir saja menyalib dan membunuhnya, maka dia telah menyeleweng dari Jamaah kaum Muslimin, dan telah tersesat dari jalan yang lurus. Karena dia telah menentang teks-teks Al-Quran yang sangat jelas, dan menentang teks hadits yang shahih dari Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Yang membuat mereka menjadi seperti itu adalah karena pemahaman mereka yang salah terhadap firman Allah:
(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir".
Mereka menafsirkan kata "at-tawaffaa" dengan makna "mematikan", sehingga mereka menyalahi pendapat ulama salaf yang menafsirkan ayat tersebut dengan makna "Allah mengambilnya dari bumi dan mengangkatnya ke sisi-Nya dalam keadaan hidup, serta menyelamatkannya dari gangguan orang-orang kafir,". Penafsiran ini merupakan upaya untuk menggabungkan makna dari teks-teks Al-Quran dan hadits shahih bahwa Nabi Isa diangkat dalam keadaan hidup. Nanti di akhir zaman, dia akan diturunkan ke bumi, dan para Ahli Kitab dan umat lainnya akan beriman kepadanya. Sedangkan riwayat dari Ibnu Abbas yang menafsirkan kata "attawaffa" dengan makna "mematikan" adalah tidak benar, karena sanad riwayat ini terputus. Sanad itu berasal dari riwayat Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas. Ali sendiri tidak pernah mendengar dari Ibnu Abbas dan tidak pernah bertemu dengannya. Akan tetapi sebenarnya ia meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas melalui perantara. Riwayat dari Wahb bin Munabbih al-Yamani
(Nomor bagian 3; Halaman 303)
Yang menafsirkan kata "attawaffa" dengan makna "mematikan" juga tidak benar, karena ini sebenarnya adalah riwayat dari Ibnu Ishaq dari seseorang yang tidak tertuduh (dalam moral dan hafalannnya), dari Wahab. Dalam riwayat ini terdapat "'an-'anah" (metode penukilan hadits yang samar, dengan lafaz: dari fulan, dari fulan, dari fulan)-- Ibnu Ishaq. Dia adalah seorang Mudallis. Dalam sanad riwayat ini juga terdapat orang yang tidak dikenal. Tafsir kata ini juga tidak lepas dari asumsi-asumsi terkait makna kata "attawaffa". Kata ini bisa ditafsirkan bahwa Allah mengambil Nabi Isa dari bumi dengan jasad dan ruhnya sekaligus, dan mengangkat ke sisi-Nya dalam keadaan hidup. Kata ini juga bisa ditafsirkan dengan membuatnya tidur, lalu mengangkatnya. Kata ini bisa juga ditafsirkan bahwa Allah mematikan Nabi Isa setelah dia diangkat ke langit, kemudian nanti di akhir zaman menurunkannya kembali. Karena huruf "wawu" yang terdapat di ayat ini tidak mengandung makna "tertib dan urut". Akan tetapi, huruf tersebut berfungsi untuk menyatukan dua hal. Jika terdapat perbedaan pendapat dalam menafsirkan satu ayat, maka kita harus memilih pendapat yang bisa menyatukan dalil-dalil yang jelas dari sumber yang lain, menggabungkan dalil-dalil yang kuat, dan mengarahkan makna yang samar kepada makna yang jelas, sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang dalam ilmunya. Ini berbeda dengan orang-orang yang telah menyimpang dari kebenaran. Mereka senantiasa mencari-cari makna teks Al-Quran yang mutasyabih (samar) dengan tujuan ingin menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwil maknanya.
Perbedaan pendapat juga terjadi ketika para ulama menafsirkan firman Allah Ta'ala:
"Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya."
Maka selayaknya pendapat yang diambil adalah makna yang sesuai dengan isi dan tema pembahasan, sesuai dengan riwayat hadits tentang turunnya Nabi Isa di akhir zaman, dan bahwa nanti para Ahli Kitab serta umat-umat lainnya akan beriman kepadanya. Hal itu demi menggabungkan dalil-dalil yang ada, dan menjaga maksud sebenarnya yang ingin disampaikan oleh pembicara. Orang yang melihat ayat ini, tanpa melihat ayat sebelumnya, tanpa menimbang tema pembahasan, dan tanpa menimbang dalil-dalil lain yang berbicara dalam tema yang sama, lalu dia mentakwil ayat ini dengan makna, "Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepada Allah, atau kepada Nabi Isa sebelum dia meninggal," maka dia telah menyelisihi makna ayat yang sudah jelas dan alur tema pembahasan ayat ini, juga melanggar dalil-dalil yang kuat mengenai turunnya Nabi Isa. Oleh karena itu, dia termasuk orang yang mencari-cari makna teks Al-Quran yang samar, dan tidak mau memilih makna yang sudah jelas,
demi ingin menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwil yang lain. Orang itu pantas mendapatkan ancaman seperti orang-orang yang di hati mereka terdapat keraguan, Allah Ta'ala berfirman,
"Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al- Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah.
Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:
"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
Kemudian, orang yang berkata bahwa Allah mematikan Isa pada saat akan ditangkap orang-orang Yahudi, bisa jadi mengakui bahwa Isa suatu saat nanti akan turun pada akhir zaman sesuai dengan berita yang terdapat dalam hadits-hadits yang shahih, atau mereka bisa juga mengingkarinya. Jika ia mengakuinya, maka ia harus menetapkan bahwa Nabi Isa telah mati, lalu hidup di dunia, lalu mati saat mendapat makar dan diangkat ke sisi Allah. Kemudian hidup dan mati kembali saat diturunkan ke dunia, lalu dihidupkan kembali saat kebangkitan di hari kiamat. Ini adalah sebuah pendapat yang tidak benar, tanpa disertai dalil, karena Allah Ta'ala berfirman:
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
Dan Allah Ta'ala berfirman:
Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?"
Dengan kata lain, jika dia mengingkari turunnya Nabi Isa setelah diangkat ke sisi Allah, berarti dia menolak hadits-hadits shahih yang diterima oleh para ulama kaum muslimin, yang menjadi saksi jelas bahwa Nabi Isa akan turun, mengajak kepada kebenaran dan menjadikannya sebagai landasan hukum, membunuh babi dan mematahkan salib, dan kondisi-kondisi lainnya setelah ia turun dari langit. Jalan keluar yang terbaik dari kedua keadaan ini ialah memilih pendapat Ahlussunnah wal jamaah yang mengatakan bahwa Allah menyelamatkan Nabi Isa dari makar Yahudi dan mengangkatnya ke sisi-Nya, baik ruh dan jasadnya sekaligus. Kemudian Allah akan menurunkannya ke bumi sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana di akhir zaman nanti.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.
Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa
Anggota Anggota Wakil Ketua Komite
Abdullah bin Mani`Abdullah bin GhadyanAbdurrazzaq `Afifi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar