Baru saja tilpon distributor gula dan bahan sembako. Ternyata distributor itu bilang hanya menjual satu merek ( gula yg diproduksi oleh pabrik Konglomerat Gula atau swasta), dia tidak menjual gula petani yg digiling pabrik gula BUMN, dengan alasan kwalitasnya JELEK.
Lalu saya menilpon beberapa kepala Desa di Madiun yg kebetulan ada banyak pabrik gula milik BUMN yg menggiling tebu rakyat . Saya bilang bagaimana kalau saya ikut menjualkan gula yg sudah numpuk di pabrik, biar petaninya bisa dibayar oleh pabrik ? Ola..la..ternyata mengeluarkan dari pabrik gak mudah, karena pabrik beralasan sudah punya rekanan pengusaha yg ikut lelang gula.
Nah masalanya sekarang gula numpuk, tapi distributor besar gula nggak mau membeli atau ikut lelang, karena nggak mau dibebani pajak 10 persen oleh pemerintah.
Akhirnya gula tetap numpuk dan nanti seperti di Cirebon, begitu numpuk dibilang kwalitas gula jelek, nggak layak edar. Buntutnya impor terus dibuka, padahal yg dibuka adalah gula tidak sehat ( Raw Sugar) gula utk industri ini sebetulnya tidak sehat karena tidak bisa di konsumsi langsung , atau harus melalui tahap pemasakan lagi.
Harga raw sugar ini memang murah di LN, ini juga karena politik dumping , seperti kasus bawang putih dll, banjiri dulu Indonesia dengan produk impor yg lebih murah dari harga produk petan lokal, nanti setelah petani kita mati nggak nanam tebu, dan pabrik -pabrik tebu tutup, maka mereka akan dikte harga gula seenak mereka.
Ini permainan MAFIA dagang kelas kakap , kong kalikong antara mafia pedagang kita dengan pedagang internasional. Dan pejabat kita yg nggak ngerti hanya bengong dan diam, dan yg tau justru terlibat ikut berperan dalam permainan ini.
Ironisnya pemangku kekuasaan hanya ngurusi SARACEN dan sibuk menerima selebritis Medsos..😭😭😭😁
Tidak ada komentar:
Posting Komentar