Dari Abdullah (yakni Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, pent.) berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak akan sirna (berakhir) dunia ini sampai ada seorang laki–laki dari keluargaku yang akan memimpin bangsa Arab, namanya sesuai dengan namaku.”
Hadits di atas diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Dawud rahimahullahu no. 4282, lihat Sunan Abu Dawud ta’liq dan Al-Imam At–Tirmidzi rahimahullahu no. 2156, lihat Mausu’atul Haditsisy Syarif Al-Kutubut Tis’ah. Hadits ini merupakan potongan dari sebuah hadits yang selengkapnya adalah sebagai berikut:
Dari Abdullah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Kalau saja tidak tersisa dari dunia ini kecuali sehari saja, (Za`idah berkata dalam haditsnya) sungguh Allah akan memanjangkan hari tersebut sampai Allah mengutus kepadanya seorang laki-laki dari keturunanku atau dari keluargaku. Namanya sesuai dengan namaku dan nama ayahnya sama dengan nama ayahku.”
Terdapat tambahan pada hadits Fithr: “Yang akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana (sebelumnya) dunia telah dipenuhi dengan kedzaliman dan kelaliman.”
Dan berkata pada hadits Sufyan: “Tidak akan berakhir dunia ini sampai ada seorang dari keluargaku yang akan memimpin bangsa Arab, namanya sesuai dengan namaku.”
Abu Dawud mengatakan: “Lafadz (hadits) dari jalan ‘Umar dan Abu Bakr semakna dengan jalan yang berasal dari Sufyan dan dalam hal ini hanya saja Abu Bakr tidak mengatakan/menyebutkan: lafadz ÇáúÚóÑóÈó /Catala.
Jalur Periwayatan
Pada Sunan Abu Dawud, beliau rahimahullahu meriwayatkan hadits ini dari jalan ‘Umar bin ‘Ubaid bin Abi Umayyah Ath-Thanafisi Abu Hafsh Al-Kufi, Abu Bakr bin ‘Ayyasy bin Salim Al-Asadi Al-Kufi, Sufyan bin Sa’id Ats-Tsauri Abu Abdillah Al-Kufi, Za`idah bin Qudamah Ats-Tsaqafi Abu Ash-Shalt Al-Kufi, dan Fithr bin Khalifah Al-Makhzumi Abu Bakr Al-Hanath Al-Kufi.
Semuanya meriwayatkan dari ‘Ashim bin Abi An-Najud (Bahdalah) Al-Asadi Abu Bakr Al-Muqri` Al-Kufi, dari Zirr bin Hubais Al-Asadi Abu Maryam Al-Kufi, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kedudukan sanad hasan shahih. (Lihat Sunan Abi Dawud tashih Asy-Syaikh Albani rahimahullahu cet. Maktabah Al-Maarif)
Setelah memaparkan riwayat di atas, Abu Dawud mengatakan: “Lafadz hadits ‘Umar bin ‘Ubaid dan Abu Bakr bin ‘Ayyasy semakna dengan lafadz hadits Sufyan bin Sa’id. Hanya saja, Abu Bakr tidak menyebutkan kata ÇáÚóÑóÈó /Catala (bangsa Arab).”
Kemudian beliau menyebutkan riwayat yang semakna dari sahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha (dengan sanad shahih, pent.) dan Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu (dengan sanad hasan, pent.)
Adapun dalam Sunan At-Tirmidzi, beliau meriwayatkan dari jalan Sufyan Ats-Tsauri, dari ‘Ashim bin Bahdalah, dari Zirr bin Hubaisy, dari Abdullah bin Mas’ud, dengan lafadz: “Tidak akan berakhir dunia ini sampai seorang laki-laki dari keluargaku yang akan memimpin bangsa Arab, namanya serupa dengan namaku.”
Abu Isa At-Tirmidzi rahimahullahu berkata: “Pada bab ini terdapat riwayat dari shahabat yang lain, seperti ‘Ali bin Abi Thalib, Abu Sa’id Al-Khudri, Ummu Salamah, dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhum. Dan Al-Imam At-Tirmidzi rahimahullahu berkata bahwa hadits ini hasan shahih.
Kemudian dari jalan Sufyan bin ‘Uyainah, dari ‘Ashim bin Bahdalah, dari Zirr bin Hubaisy, dari Abdullah bin Mas’ud dengan lafadz: “Akan memimpin seorang laki-laki dari keluargaku, namanya serupa denganku.”
Kemudian terdapat riwayat dari ‘Ashim bin Bahdalah, ia berkata: Abu Shalih telah mengabarkan kepada kami, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dengan lafadz: “Kalau saja tidak tersisa dari dunia ini kecuali sehari saja, sungguh Allah akan memanjangkan hari tersebut sampai seorang laki-laki dari keluargaku memimpin.”
Abu Isa At-Tirmidzi rahimahullahu berkata: “Hadits ini hasan shahih.”
Penjelasan Hadits
– Abdullah dalam hadits ini adalah Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, sebagaimana disebutkan oleh Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan At-Tirmidzi.
– Makna ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Hingga diutus padanya seorang laki–laki dari keturunanku atau dari keluargaku.”
Dia adalah Al-Mahdi, keturunan dari Fathimah radhiyallahu ‘anha seperti yang tersebut dalam hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Al-Mahdi berasal dari keturunanku, keturunan dari Fathimah.” (HR. Abu Dawud no. 4284, At-Tirmidzi, Ibnu Majah no. 4086)
– Muncul perselisihan, apakah Al-Mahdi itu anak keturunan dari Al-Hasan ataukah anak keturunan dari Al-Husain.
Al-Qari` dalam bukunya Al-Mirqah (seperti yang tersebut dalam ‘Aunul Ma’bud Syarhu Sunani Abi Dawud) berkata: “Yang mungkin dalam hal ini adalah menggabungkan antara dua nisbah, Hasan dan Husain. Yaitu, dari sisi ayah ia anak keturunan Hasan, dari sisi ibu ia anak keturunan Husain. Hal ini sebagai bentuk pengkiasan terhadap perkara yang terjadi pada kedua anak Ibrahim ‘alaihissalam yaitu Isma’il ‘alaihissalam dan Ishaq ‘alaihissalam, di mana para nabi dari Bani Israil semuanya dari anak keturunan Ishaq ‘alaihissalam." Adapun Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari anak keturunan Isma’il ‘alaihissalam. Kemudian beliau (Shallallahu ‘alaihi wa sallam) menduduki suatu tempat yang mewakili segenap para nabi yang berasal dari keturunan Ishaq. Dan inilah sebaik-baik (kedudukan) sebagai pengganti. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjadi penutup para nabi.
Demikian pula, tatkala nampak atau muncul banyaknya para pemimpin dan para pembesar umat dari anak-anak keturunan Husain, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala gantikan kepada Hasan dengan dianugerahkan baginya seorang anak yang menjadi penutup para wali, dan menduduki tempat yang mewakili segenap orang-orang pilihan yang berasal dari keturunan Husain.
Pendapat lain mengatakan, tatkala beliau mengundurkan diri dari kekhalifahan, Allah Ta’ala anugerahkan kepada beliau tanda kekuasaan yang menyeluruh. Maka sisi keserasiannya secara menyeluruh adalah nisbah ke-Imam Mahdi-an disetarakan dengan kenabian. Dan keduanya sepakat untuk menjunjung tinggi kalimat millah nabawiyyah (agama seluruh para nabi).
Dan yang lebih memperjelas dari perkara ini adalah hadits ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dari jalan Abu Ishaq, ia berkata: ‘Ali bin Abi Thalib berkata –sambil melihat kepada putranya Al-Hasan–: “Sesungguhnya anakku ini sayyid (pemuka), sebagaimana yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menamainya. Dan akan lahir dari keturunannya seorang laki-laki yang akan dinamai seperti nama nabi kalian. Ia menyerupai nabi kalian dalam hal fisik, namun berbeda dalam hal sifat.’ Kemudian beliau mengisahkan bahwa ia akan memenuhi dunia dengan keadilan. (Lihat ‘Aunul Ma’bud Syarhu Sunani Abi Dawud, dalam Mausu’atul Haditsisy Syarif Al-Kutubut Tis’ah)
Walaupun hadits ini lemah, namun terdapat hadits-hadits shahih yang menunjukkan keutamaan Al-Hasan di atas keutamaan Al-Husain. Di antaranya:
“Anakku ini adalah sayyid (pemuka) dan semoga Allah akan mendamaikan dengannya dua kelompok dari kalangan muslimin.” (HR. Al-Bukhari no. 3746 dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu)
Makna ucapan Nabi:
Artinya, namanya sesuai dengan namaku, yaitu Muhammad bin Abdillah. Pada kalimat ini terdapat bantahan yang jelas terhadap kaum Syi’ah Rafidhah dari sekte Al-Imamiyyah atau Itsna Atsariyyah yang berpendapat bahwa orang yang ditunggu (Al-Mahdi Al-Muntazhar) ialah Muhammad bin Al-Hasan Al-‘Askari.
Makna ucapan Nabi:
ﺃﻛﻮ ﺗﺎﻭﻩ
áÇó ÊóÐúåóÈõ adalah áÇó ÊóÝúäóì artinya tidak akan musnah atau binasa (berakhir).
Adapun makna ucapan: ﻫﺖ ﻳﻤﻠﻚ ﺍﻟﻌﺞ
ÍóÊøóì íóãúáößó ÇáÚóÑóÈó artinya akan memimpin bangsa Arab. Dikhususkan penyebutan bangsa Arab, karena mereka yang menjadi asal mula keturunan manusia dan yang paling mulia.
Hadits di atas menyebutkan bahwa munculnya Al-Imam Al-Mahdi sebagai salah satu tanda hari kiamat, seperti yang disebutkan oleh Al-Khathib At-Tibrizi Muhammad bin Abdillah dalam kitabnya Misykatul Mashabih, bab Asyrathus Sa’ah Al-Fashlu Ats-Tsani no. hadits 5452.
Hadits di atas juga menerangkan dengan jelas bahwa Al-Imam Al-Mahdi yang akan muncul ialah seorang laki-laki keturunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau dari keluarga beliau, yaitu dari keturunan Fathimah dari keturunan Hasan. Namanya dan nama ayahnya sama dengan nama dan nama ayah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia menyerupai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sisi fisik, namun tidak sama dalam sifat. Wallahu a’lam.
Beberapa Hadits Dhaif tentang Al-Mahdi
Dari Ummu Salamah, istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Nabi, beliau bersabda:
“Akan terjadi perselisihan saat wafatnya seorang khalifah, maka keluarlah seorang laki-laki dari penduduk Madinah melarikan diri ke Makkah. Kemudian manusia dari penduduk Makkah mendatanginya dan mengeluarkan dari tempatnya. Kemudian mereka pun membai’atnya di suatu tempat di antara rukun Ka’bah (Hajar Aswad) dan Maqam Ibrahim, sedangkan ia membenci hal itu. Setelah itu dikirimlah pasukan dari Syam (untuk menyerangnya), namun pasukan itu dibinasakan oleh Allah di antara Makkah dan Madinah. Ketika manusia melihat hal itu, maka ia didatangi oleh pemuka-pemuka negeri Syam dan Iraq untuk membai’atnya. Tidak lama kemudian muncullah seorang laki-laki dari kaum Quraisy yang didukung oleh paman-pamannya yang gigih. Akhirnya laki-laki itu mengalahkan khalifah tersebut. Itulah pasukan yang tangguh. Dan sungguh merugilah bagi mereka yang tidak sempat turut serta dengannya. Laki-laki itu membagi-bagikan ghanimah serta mempraktikkan Sunnah Nabinya dan meneguhkan Islam di muka bumi. Hal itu berlangsung selama tujuh tahun, hingga akhirnya ia meninggal dan dishalati oleh kaum muslimin.
Abu Dawud berkata: Sebagian (perawi) dari Hisyam berkata: “Sembilan tahun.” Sebagian lagi berkata: “Tujuh tahun.” (Lihat Adh-Dha’ifah no. 1965)
‘Ali berkata –sembari ia melihat kepada anaknya, yakni Hasan– lalu berkata: “Sesungguhnya anakku ini adalah pemuka, sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menamainya. Dan akan lahir dari keturunannya seorang laki-laki yang dinamai seperti nama Nabi kalian. Ia menyerupai wajah Nabi kalian, namun berbeda dalam sifatnya.” Lalu ia menyebutkan sebuah kisah bahwa ia akan memenuhi bumi dengan keadilan. (lihat Al-Misykah no. 5462)1
Dari Hilal bin ‘Amr, aku telah mendengar Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, berkata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Akan keluar dari negara yang berada di belakang sungai seorang yang bernama Al-Harits bin Harrats, yang berada di depan seorang yang bernama Manshur. Ia mengukuhkan keluarga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana suku Quraisy memberikan kedudukan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wajib bagi setiap mukmin menolongnya –atau ia berkata: menaatinya–.” (Lihat Al-Misykah no. 5458)
Wal ‘ilmu ‘indallah wa fauqa kulli dzi ‘ilmin ‘alim. (Ilmunya ada di sisi Allah, dan di atas setiap orang yang berilmu, masih ada orang yang lebih berilmu.)
Imam Mahdi
Kesimpang-siuran siapakah Imam Mahdi, sudah terjadi sejak zaman dahulu dan sampai sekarang hal itu senantiasa menjadi polemik. Bagi umat islam pada umumnya sudah menjadi cerita lama antara mereka yang mengingkari persoalan ini dan yang bersifat ghuluw (berlebihan) di dalam mengimani.
• Syi’ah misalnya, firqoh (kelompok) ini mengkalaim bahwa Muhammad bin Al Hasan Al Askari yang sekarang masih bersembunyi (menurut keyakinan mereka) di Assirdap di Samiro’i adalah Imam Mahdi yang sebenarnya yang ditunggu-tunggu.
• Demikian juga halnya dengan apa yang diyakini oleh firqoh Al Kisaniyyah yang meyakini bahwa Imam Mahdi itu adalah Muhammad bin Al Hanafiyyah yang sekarang ini menurut mereka bersembunyi di gunung Radhwa.
• Ahlus sunnah wal jamaah, sebagimana halnya dengan persoalan dien / agama lainnya, mereka selalu itiqomah berada dalam keadaan wasath (berada ditengah-tengah
/adil) sebagimana yang dijelaskan oleh Allah dan Rosul-Nya.
Allah berfirman :
“Dan demikianlah Kami jadikan kalian sebagai umat yang wasath (adil) agar kalian menjadi saksi atas manusia” (Al Baqoroh : 143). Maka sebagaimana yang telah digariskan oleh Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasallam , ahlus sunnah wal jamaah jauh dari salah faham tentang Imam Mahdi, bahkan justru mereka as Salafus Sholih mengimani dan menyatakan bahwa hadits-hadits tentang Imam Mahdi itu mencapai derajad mutawatir ma’nawi. Oleh karena itu tidak boleh ada seorang muslin pun yang meragukannya.
Identitas Imam Mahdi
Nama dan Nasab.
Namanya adalah seperti nama Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasallam dan nama ayahnya seperti nama ayah Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasallam, yaitu Muhammad atau Ahmad bin ‘Abdulloh sebagaimana hadits dari Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasallam :
“Sungguh bumi ini akan dipenuhi oleh lacut dan kedzoliman dan apabila hal itu telah terjadi (yakni dipenuhinya bumi dengan lacut dan kedzoliman) maka Allah akan membangkitkan seorang laki-lakidari keluargaku namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku,maka ia akan memenuhi dunia ini dengan keadilan sebagaimana dahulu penuh dengan kedzoliman. Maka langit pun tidak melarang hujannya begitupun bumi tidak melarang hasilnya. Dia akan hidup (dalam keadaan seperti itu) selama tujuh atau delapan dan paling lama sembilan tahun (Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Suyuthi dalam
al Jami’ush Shoghir dari Al Bazzar)
Adapun sebab pemberian nama Al Mahdi adalah sebagai berikut : Menurut Ka’ab Al Akbar dinamakan Al Mahdi karena ia menuntun pada suatu urusan yang tersembunyi dan mengeluarkan Taurot dan Injil dari suatu negeri yang disebut Anthookiyyah. (Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Al Fitan ). Dan dalam riwayat lain beliau mengatakan : Karena dia menunjukan kepada lembaran-lembaran Taurot kemudian mengeluarkannya dari gunung-gunung di Syiria kemudian mengajak Yahudi kepadanya sehingga banyak diantara mereka para Yahudi yang masul Islam.
Silsilah
Berkata Imam Ibnu Katsir didalam kitab Nihayah 1/26 : Muhammad bin ‘Abdillah al ‘Alawi al Fathimi al Hasani yaitu bahwa Imam Mahdi berasal dari keturunan Hasan bin Ali bin Abi Tholib Rodhiallohu ‘anhu , yang demikian itu adalah sesuai dengan sabda Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasallam :
“Al Mahdi itu adalah dari keturunanku yaitu dari keturunan Faathimah” (HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya kitab Al Mahdi bab 1 4/474 no. 4284 dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya kitab Al Fitan bab Khuruujul Mahdi 2/1378 no. 4186 keduanya dari Ummu Salamah Rodhiallohu ‘anha ).
Akan tetapi ada yang berpendapat bahwa Al Mahdi itu berasal dari keturunan Al Abas karena adanya riwayat tentang hal itu. Akan tetapi pendapat yang rojih dan kuat adalah pendapat yang pertama karena riwayat-riwayat yang mendukungnya jauh lebih kuat dan lebih shokhih.
Syaikh Sholih Fauzan di dalam kitabnya Al Irsyaad hal. 20, mengatakan : "Adapun keberadaan Al Mahdi berada didalam anak keturunan Al Hasan itu membpunyai rahasia yang sangat halus, yaitu Al Hasan."
Rodhiallohu ‘anhu meninggalkan khilafah karena Allah, maka Allah menjadikan anak cucunya ada yang menggantikannya dengan kebenaran yang mengandung keadilan yang meliputi seluruh bumi, ini adalah merupakan sunnah Allah pada hamba-Nya, bahwa barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan memberi dia atau anak keturunannya yang lebih baik dari itu.
Kun-yah dan Julukannya
Kun-yahnya adalah Abu ‘Abdillah adapun julukannya adalah Al Jabir karena dia memaksa hati umat Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wasallam dan atau karena dia memaksa dan menaklukan orang-orang dzolim untuk melakukan kebajikan.
Sifat-sifatnya.
Adapun tentang sifat-sifatnya maka Al ‘Alaamah As Safarini menjelaskan didalam kitabnya Ahwaalu Yaumil Qiyaamah hal. 20: Kulitnya sawo matang, perawakannya sedang tidak tinggi dan tidak pula pendek, jidadnya luas, rambutnya tipis dan berbalik kebelakan (ikal), tengah-tengah hidungnya mancung (antara pangkal dan ujungnya) agak tinggi, alisnya bagaikan busur panah ujungnya panjang dan lancip, matanya jelas, kelopaknya indah, biji matanya bulat, garis matanya hitam, giginya putih bersih dan teratur dan pahanya tidak berdempetan satu sama lain.
Dan di antara dalil tentang hal itu adalah hadits dari Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasallam :
“Al Mahdi itu dari keturunanku jidadnya jelas hidungnya mancung, menguasai bumi ini dengan penuh keadilan selama tujuh tahun, yang sebelumnya penuh dengan kedzoliman” (HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya kitab Al Mahdi bab 1 no. 4285 dan Al Hakim dalam Mustadrok -nya 4/557 keduanya dari Abu Sa’id Al Khudri dan didalamnya ada seorang rowi yang bernama ‘Imron bin Dawar Al Qothon Al Bashri Abul ‘Awam yang dia ini shoduuq yang yahim dan dituduh setuju dengan pendapat Khowarij. Oleh karena itu derajad hadits ini hasan .
Tempat Keluarnya.
Al Mahdi akan keluar dari belahan dunia timur sebagaimana yang telah dikatakan oleh Ibnu Katsir dalam kitabnya An Nihayah 1/26 : Dan yang dimaksud drngan Al Mahdi yang terpuji yang dijanjikan munculnya pada akhir zaman adalah bahwa keluar dan munculnya itu dari arah timur dan dibai’at di Ka’bah.
Lama Hidupnya
Sebagaimana yang telah dijelaskan juga dalam hadits terdahulu, Al Mahdi ini hanya akan tinggal dan hidup selama tujuh atau sembilan tahun. Hal ini juga sebagaimana yang disinyalir oleh Ibnu Katsir yang mengatakan: Dan ini menunjukan bahwa paling lama Al Mahdi itu akan hidup selama tujuh tahun dan paling lama adalah sembilan tahun (An Nihayah 1/27).
Perjalanan Al Mahdi
Telah berkata Al Safarini : Ahlul ilmi berkata Al Mahdi bekerja
• Dengan sunnah Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasallam,
• Tidak membangunkan orang tidur,
• Berperang di atas jalan sunnah,
• Tidak satu pun sunnah yang ditinggalkan kecuali ia tegakan,
• Tidak ada satu bid’ah pun kecuali ia tumbangkan,
• Akan menegakan Ad Dien pada akhir zaman sebagaimana Rosululloh menegakan pada awalnya,
• Dia akan menguasai dunia ini sebagaimana Dzulqorna’in dan Sulaiman ‘Alaihi Salam berkuasa,
• Mematahkan salib,
• Membunuh babi,
• Mengembalikan kaum muslimin pada kerukunan dan kenikmatan.
• Bumi ini ia penuhi dengan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kedzoliman,
• Membagi harta semampu yang yang membutuhkan tanpa menghitung-hitungnya, membagi-bagikan harta dengan merata.
• Penghuni langit dan bumi, burung di udara, binatang buas di hutan dan plangton di dalam lautan ridho terhadap dirinya.
• Dia penuhi umat Muhammad ini dengan kecukupan sehingga dia memerintahkan seseorang untuk menyeru : “Siapakah yang membutuhkan harta ?”. maka tidak ada yang mendatanginya kecuali seorang laki-laki yang berkata, “Saya”. Maka Al Mahdi menyuruh kepada orang tersebut,”Datangilah penjaga gudang dan katakan Al Mahdi memerintahkan saya untuk memberi saya harta.” ,”Ambilah semaumu.” Sehingga orang tersebut memangku harta tersebut dan mengikatnya, dia menyesal dan berkata,”Saya ini adalah umat Muhammad yang paling thoma’ (rakus) dengan harta ini dan tidak mampu dengan apa yang mencukupkan mereka.” Kemudian ia mengembalikan lagi harta itu dan penjaga gudang menolaknya dan berkata,”Sesungguhnya kami mengambil dari sesuatu yang telah kami berikan.”
• Umat Muhammad bai yang sholih maupun yang fasik merasakan kenikmatan pada zamannya yang semua itu tidak pernah mereka dengar dan rasakan sebelumnya.
• Langit pun memberikan terus menerus tanpa menahan sesuatu dari kekayaannya, begitu pula dengan bumi memberikan kepada mereka hasilnya dengan tanpa melarang sedikitpun dari kekayaannnya.
• Pada kedua tangannya terjadi banyak keajaiban, mengeluarkan barang-barang harta yang terpendam, menaklukan kota-kota antara kedua belahan bukit.
• Dibawakan ke hadapannya raja-raja India yang tertawan dan dijadikan isi-isi gudang mereka hiasan bagi Baitul Magdis.
• Kembali kepadanya manusia sebagaimana laba-laba kembali ke sarangnya sehingga manusia itu kembali sebagaimana yang terjadi pada awal-awal generasi umat ini.
• Allah mengirimkan tiga ribu malaikat yang memukul wajah-wajah orang-orang yang membantahnya dan membelot darinya, Jibril didepannya dan Mikail dibetisnya.
• Pada zamannya kambing/ domba digembalakan pada satu tempat bersama srigala,
• anak-anak kecil bermain ular semua itu tidak membahayakan sama sekali.
• Seseorang menanam sekepal menghasilkan tujuh ratus kepal.
• Al Mahdi akan memberantas riba, memberantas zina, memberantas para peminum minuman keras, umur pun panjang, amanat-amanat ditunaikan, membinaskan orang-orang jahat, tidak ada kesempatan hidup bagi mereka yang membenci keluarga Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wasallam, dia dicintai oleh semua manusia.
• Allah tumbangkan fitnah-fitnah dan bumi pun menjadi aman sehingga seorang wanita menunaikan haji bersama lima orang wanita lainnya tanpa seorang laki-laki bersama mereka, tidak merasakan adanya ketakutan kecuali tajut kepada Allah.
• Adalah tertulis dalam syiar-syiar para nabi bahwa tidak ada kedzoliman dan kekurangan apapun dalam hukum dan ketetapannya.
Hadits-hadits shahih menyatakan bahwa Imam Mahdi berasal dari Ahlul Bait Nabi yang mulia, yang jalur keturunannya mengakar pada al-Hasan radhiyallāhu anhu. Ada juga yang berpendapat bahwa beliau berasal dari keturunan al-Husain radhiyallāhu anhu. Namun, hadits-hadits yang lebih kuat menegaskan bahwa Imam Mahdi berasal dari keturunan al-Hasan radhiyallāhu anhu. Dalam sebuah hadits marfu’ yang diterima dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
Al-Mahdi adalah anak-cucu al-Hasan bin Ali. Ia menguasai urusan kaum Muslim, yang seluruh keadaan dirinya baik, dan rencana ALLAH sungguh hebat."
Al-Alamah bin Hajar al-Makki berpendapat bahwa Imam Mahdi merupakan keturunan al-Hasan radhiyallāhu anhu. Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam juga bersabda kepada Fathimah:
Demi ZAT yang mengutusku dengan benar sebagai Nabi, sesungguhnya dari mereka berdua (al-Hasan dan al-Husain) Mahdi umat ini.
Hal ini berarti bahwa jalur keturunan ayah Imam Mahdi mengakar pada al-Hasan, sedangkan jalur ibunya mengakar pada al-Husain.
Diriwayatkan pula bahwa pamannya dari pihak ibu adalah al-Harits bin Zaid. Hal ini berarti bahwa Imam Mahdi berasal dari keturunan Fathimah radhiyallāhu anha, karena al-Harits adalah anak angkat Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam, yang berkaitan dengan dirinyalah (al-Harits) ALLAH menurunkan ayat tentang pelarangan melakukan adopsi. Namun, nama Zaid lebih sering digunakan untuknya sebelum turunnya ayat tersebut. Berdasarkan hal itu, al-Harits dianggap sebagai saudara laki-laki Fathimah radhiyallāhu anha. [Hadits ini di-takhrij oleh Abu Na’im dalam Shifah al-Mahdi yang menyebutkan bahwa Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Fathimah: “Al-Mahdi berasal dari keturunanmu.”]
Diriwayatkan bahwa sanad hadits tersebut bersambung pada Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam. Hadits lengkapnya adalah sebagai berikut:
"Dilahirkan dari Fathimah seorang cucu, yang paling membahagiakan hatinya sesudah wafatnya. Ia adalah Mahdi umat ini. Pamannya dari ibunya adalah al-Harits dan paman dari ayahnya adalah al-Husain, dan semua keadaan dirinya adalah baik." [HR Abu Hurairah]
Qurrah al-Madani meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Sungguh dunia akan dipenuhi oleh kejahatan dan kedzaliman. Ketika kejahatan dan kedzaliman itu telah mengisi seluruh dunia, ALLAH mengutus seorang laki-laki dari keturunanku. Namanya sama dengan namaku, dan nama ayahnya sama dengan nama ayahku. Kemudian ia memenuhi Bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kejahatan dan kedzaliman. Langit tidak akan dapat mencegah guyuran hujannya, dan Bumi tidak dapat menahan tumbuhnya tanamannya. [HR al-Bazzar, al-Harits bin Abi Usamah]
Hudzaifah radhiyallāhu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Sekiranya usia dunia tinggal sehari, maka ALLAh akan mengutus seorang laki-laki yang namanya sama dengan namaku dan akhlaknya sama dengan akhlakku. Ia bergelar Abu Abdillah, yang dibaiat oleh manusia, baik dari kalangan atas maupun bawah, yang dengannya ALLAH menghendaki kejayaan agama-NYA, dan melakukan berbagai pembebasan ke berbagai penjuru dunia, sehingga tidak ada lagi penduduk Bumi yang tidak mengatakan “Lā ilāha illā ALLAH”. [HR Abu Na’im]
Imam Mahdi adalah seorang laki-laki bernama Muhammad bin Abdullah. Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallāhu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Akan menguasai dunia seorang laki-laki dari Ahlul Baitku. Namanya sama dengan namaku, keluarganya adalah keturunanku. Nama ayahnya sama dengan nama ayahku, dan kakek ibunya adalah juga kakekku."
Misteri Imam Mahdi, dalam Silsilah Genetika Y-DNA FGC10500+ ?
Di akhir zaman, kelak akan muncul sosok pemimpin yang adil, sebagaimana diriwayatkan di dalam Hadis Abu Sa’id Radhiyallahu anhu, bahwasanya “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻓِﻲْ ﺁﺧِﺮِ ﺃُﻣَّﺘِـﻲ ﺍﻟْﻤَﻬْﺪِﻱُّ؛ ﻳُﺴْﻘِﻴْﻪِ ﺍﻟﻠﻪُ ﺍﻟْﻐَﻴْﺚَ، ﻭَﺗُﺨْﺮِﺝُ ﺍْﻷَﺭْﺽُ ﻧَﺒَﺎﺗَﻬَﺎ، ﻭَﻳُﻌْﻄِﻰ ﺍﻟْﻤَﺎﻝَ ﺻِﺤَﺎﺣًﺎ، ﻭَﺗَﻜْﺜُﺮُ ﺍﻟْﻤَﺎﺷِﻴَﺔُ، ﻭَﺗَﻌْﻈُﻢُ ﺍْﻷُﻣَّﺔُ، ﻳَﻌِﻴْﺶُ ﺳَﺒْﻌًﺎ ﺃَﻭْ ﺛَﻤَﺎﻧِﻴًﺎ ( ﻳَﻌْﻨِﻲ : ﺣِﺠَﺠًﺎ ).
"Pada akhir umatku akan keluar al-Mahdi. Allah menurunkan hujan kepadanya, bumi mengeluarkan tumbuhannya, harta akan dibagikan secara merata, binatang ternak melimpah dan umat menjadi mulia, dia akan hidup selama tujuh atau delapan (yakni, musim haji)."
Dan darinya (Abu Sa’id) Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺃُﺑَﺸِّﺮُﻛُﻢْ ﺑِﺎﻟْﻤَﻬْﺪِﻱِّ؛ ﻳُﺒْﻌَﺚُ ﻋَﻠَـﻰ ﺍﺧْﺘِﻼَﻑٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻭَﺯَﻻَﺯِﻝَ، ﻓَﻴَﻤْﻸُ ﺍْﻷَﺭْﺽَ ﻗِﺴْﻄًﺎ ﻭَﻋَﺪْﻻً ﻛَﻤَﺎ ﻣُﻠِﺌَﺖْ ﺟُﻮْﺭًﺍ ﻭَﻇُﻠْﻤًﺎ، ﻳُﺮْﺿِـﻰ ﻋَﻨْﻪُ ﺳَﺎﻛِﻦُ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻭَﺳَﺎﻛِﻦُ ﺍْﻷَﺭْﺽِ، ﻳَﻘْﺴِﻢُ ﺍﻟْﻤَﺎﻝَ ﺻِﺤَﺎﺣًﺎ .
"Aku berikan kabar gembira kepada kalian dengan al-Mahdi, yang diutus saat manusia berselisih dengan banyaknya keguncangan.
Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi dengan kelaliman dan kezhaliman sebelumnya. Penduduk langit dan penduduk bumi meridhainya, ia akan membagikan harta dengan cara shihaah.
Seseorang bertanya kepada beliau, ‘Apakah shihaah itu?’ Beliau menjawab, ‘Dengan merata di antara manusia".
Mustadrak al-Hakim (IV/557-558). sumber almanhaj.co.id
Di dalam hadis yang lain, Rasulullah menginformasikan bahwa Al Mahdi berasal dari keturunan puterinya, Sayyidatuna Fatimah, sebagaimana sabdanya :
Diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺍَﻟْﻤَﻬْﺪِﻱُّ ﻣِﻦْ ﻋِﺘْﺮَﺗِﻲْ، ﻣِﻦْ ﻭَﻟَﺪِ ﻓَﺎﻃِﻤَﺔَ .
"Al-Mahdi berasal dari Ahlul Baitku, dari keturunan Fathimah."
Sunan Abi Dawud (XI/373), dan Sunan Ibni Majah (II/1368).
Genetika Imam Mahdi
Berdasarkan penyelusuran Genealogy, Sayyidatuna Fatimah merupakan isteri dari Sayyidina Ali Radhiyallahu anhu. Dari perkawinan ini mereka memiliki dua orang putera, yaitu : Sayyidina Hassan dan Sayyidina Husein.
Dalam penelitian Genetika, Y-DNA yang menandakan sebagai keturunan Sayyidina Ali Radhiyallahu anhu, memiliki Kode DNA FGC10500+. Kode DNA ini merupakan turunan dari Kode FGC8703+ (keluarga Bani Hasyim), yang berasal dari Kode L859+ atau Haplogroup J1-P58-L147.1-L858-L859 (suku Quraysh) (sumber : familytreedna.com,
y-DNA famous people).
Adapun jalur silsilah kekerabatan L859+ (suku Quraysh), adalah sebagai berikut :
Di sumber : zetaboards.com dan geni.com
Dari pemaparan di atas, jika Al Mahdi (Imam Mahdi) merupakan keturunan dari Sayyidatuna Fatimah binti Muhammad Rasulullah, bisa dipastikan memiliki Y-DNA (lihat : wikipedia.org ) dari suami beliau yaitu Sayyidina Ali Radhiyallahu anhu.
Sebagaimana dipahami Y-DNA, hanya diturunkan seorang ayah kepada puteranya, hal ini berarti sosok Imam Mahdi sudah seharusnya memiliki Kode DNA FGC10500+, yang secara genetika merupakan tanda dari zuriat ahlul bayt.
WaLlahu a’lamu bishshawab.
Referensi:
1. Buku “Menyongsong Imam Mahdi: Sang Penakluk Dajjal”, 2009 (cetakan IV), karya Muhammad Isa Dawud
2. http://antares-islamicscience.blogspot.com/2013/05/silsilah-imam-mahdi.html
3. https://kanzunqalam.com/2016/04/16/misteri-imam-mahdi-dalam-silsilah-genetika-y-dna-fgc10500/
4. http://m-irsyad.blogspot.co.id/2009/12/silsilah-imam-mahdi.html?m=1
5. http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=513
Tidak ada komentar:
Posting Komentar