Senin, 07 Agustus 2017

AHMADIYAH BUAH KONSPIRASI INGGRIS

Ahmad jelas merupakan ajaran agama Islam yang diselewengkan , yang jika dirunut dari sejarah pendiriannya, merupakan sekte yang berdiri berdasarkan kosnpirasi besar antara pendiri aliran tersebut, Mirza Ghulam Ahmad, dengan pemerintah Inggris yang kala sekte itu didirikan pada 1889, sedang menjajah India, negeri kelahiran Mirza. Tujuannya, tentu saja, untuk meredam pemberontakan umat Islam atas penjajahan yang dilakukan, dan untuk melemahkan umat Islam, sehingga antarumat Muhammad SAW ini gontok-gontokkan akibat ajaran yang berbeda, meski satu sumber.

Indikasi bahwa Ahmadiyah merupakan sempalan agama Islam yang lahir berkat konspirasi Mirza dengan pemerintah kolonial Inggris dapat dibaca dari latar belakang keluarga Mirza yang pernah menjadi pembantu setia negara itu, dan hubungannya baiknya dengan para sekutu Inggris, seperti dengan pimpinan kaum Sikh, Ranjat Singh.

Selain itu, ketika Ahmadiyah sedang berkembang di India, pemerintah Inggris tidak pernah sekalipun mengganggunya, bahkan memberikan sokongan dana untuk mensyiarkan ajaran itu.

Bukti lain adalah pernyataan-pernyataan Mirza sendiri yang menguatkan indikasi itu. Di antaranya pernyataan ini ;
"Sungguh sejak masa mudaku sampai hari ini, aku dalam usia 60 tahun, aku menjadi orang yang gigih berjuang dengan lisan dan penaku supaya aku dapat memalingkan keikhlasan hati kaum Muslimin kepada pemerintah Inggris karena kebaikannya, dan bersikap lunak kepadanya. Dan aku mengajak mereka, agar mereka menghilangkan pikiran untuk berjihad (terhadap Inggris), dimana pikiran seperti itu masih diikuti oleh sebagian mereka yang bodoh-bodoh, dan pikiran semacam itulah yang mencegah mereka tidak mau patuh kepada pemerintah Inggris."

Bahkan Basyiruddin Mahmud, putera Mirza Ghulam Ahmad, ketika Putera Mahkota Kerajaan Inggris berkunjung ke India, minta tak:
"Kami atas nama seluruh warga Ahmadiyah mengucapkan selamat datang atas kunjungan Tuan ke India, dan kami tegaskan kepada Tuan bahwa warga Ahmadiyah adalah setia kepada pemerintah Inggris. Dan Insya Allah kesetiaan warga Ahmadiyah ini akan tetap untuk selama-lamanya."

Bahkan dalam buku Tabligh-i-risalat, vol. VII halaman 17, Mirza menulis:
"Aku yakin bahwa setelah pengikut-pengikutku bertambah, maka mereka yang percaya pada doktrin jihad akan makin berkurang. Oleh karena menerima aku sebagai Messiah dan Mahdi maka sekaligus berarti taat pada perintahku, yaitu dilarang berjihad terhadap Inggris. Bahkan wajib atas mereka berterima-kasih dan berbakti pada kerajaan itu."

Kelakuan Mirza mendirikan Ahmadiyah jelas merupakan tindakan merusak Islam , dan bahkan tindakannya bersekutu dengan Inggris telah melanggar firman Allah dalam surah Al Imran ayat 18 yang berbunyi; “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.”

Bila ajaran Ahmadiyah ditilik secara mendalam, ajaran ini juga menyesatkan, karena Mirza bukan hanya mengatakan bahwa Nabi Isa AS telah meninggal dan dirinya merupakan pengganti nabi dan rasul tersebut, tapi juga sebagai Imam Mahdi yang dijanjikan Allah akan hadir di dunia ini menjelang akhir dunia untuk membersihkan dunia dari kekufuran, kekafiran, dan kemusyrikan, karena dalam surah An-Nisaa ayat 157-158 Allah berfirman ;
Dan karena ucapan mereka: ‘Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, ‘Isa putera Maryam, Rasul Allah,’ padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan denganIsa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya. Dan Allah Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana.”

Al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah yang menafsirkan ayat ini kemudian menghubungkannya dengan beberapa hadits tentang turunnya Nabi ‘Isa Alaihissalam. Beliau Rahimahullah berkata: “ Inilah hadits-hadits mutawatir yang berasal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari para sahabat, seperti Abu Hurairah, Ibnu Mas’ud, ‘Utsman bin Abil ‘Ash, Abu Umamah, an-Nawwas bin Sam’an, ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, Mujammi’ bin Jariyah, Abu Syuraikah dan Hudzaifah bin Usaid Radhiyallahu ‘anhum. Di dalam hadits-hadits ini mengandung petunjuk tentang sifat-sifat turunnya, juga tempatnya, yaitu ia akan turun di Syam (Syiria) tepatnya di Damaskus pada menara timur dan terjadi ketika akan didirikan shalat Shubuh."

Jadi jelas, bahwa Nabi Isa AS masih hidup dan kelak, pada akhir zaman, Nabi Isa akan turun dari langit di dekat menara timur di Damaskus, bukan di India seperti klaim Mirza.

Soal pengakuan Mirza bahwa dia adalah pengganti Nabi Isa AS, dalam Al Qur'an surah Al Ahzab ayat 40, Allah berfirman ; ”Bukanlah Muhammad itu bapak salah seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-nabi .”

Imam Muslim dan yang lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Perumpamaan saya dan para Nabi sebelum saya seperti orang yang membangun satu bangunan lalu dia membaguskan dan membuat indah bangunan itu kecuali tempat batu yang ada di salah satu sudut. Kemudian orang-orang mengelilinginya dan mereka ta’juk lalu berkata: ‘kenapa kamu tidak taruh batu ini.?’ Nabi menjawab : Sayalah batu itu dan saya penutup Nabi-nabi

Perumpamaan saya dan para Nabi sebelum saya seperti orang yang membangun satu bangunan lalu dia membaguskan dan membuat indah bangunan.

Imam Muslim juga meriwayatkan dari Jubair bin Mut’im RA bahwa Nabi SAW bersabda: “ Sesungguhnya saya mempunyai nama-nama, saya Muhammad, saya Ahmad, saya Al-Mahi, yang mana Allah menghapuskan kekafiran karena saya, saya Al-Hasyir yang mana manusia berkumpul di kaki saya, saya Al-Aqib yang tidak ada Nabi setelahnya .”

Jadi jelas, pengakuan Mirza bahwa dia adalah pengganti Nabi Isa karena Nabi tersebut telah meninggal, adalah menyesatkan umat Islam. Apalagi karena dia juga mengaku sebagai Imam Mahdi. Padahal, Nabi Isa dan Imam Mahdi merupakan orang yang berbeda, karena Abu Dawud dan Al Hakim dari Abi Sa'id Al Khudri mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, bahwa Al-Mahdi itu dari keturunannya. Dia memiliki dahi yang lebar dan berhidung mancung. " Ia memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan kezhaliman dan penganiayaan. Ia berkuasa selama tujuh tahun,” tegas hadist tersebut.

Lebih mendetail, sebuah hadist bahkan menjelaskan bahwa Imam Mahdi atau Muhammad bin Abdillah Al-Mahdi adalah seorang pemuda yang usianya hampir mencapai empat puluh tahun, warna kulitnya coklat, dahinya lebar, hidungnya mancung, bagian tengahnya agak cembung dan indah dilihat. Gigi serinya berkilat indah, berjenggot tebal, pada pilinya ada tahi lalat. Wajahnya seperti bintang bercahaya. Postur tubuhnya tegap dan tergolong pria yang memiliki daging sedikit (tidak gemuk). Bicaranya gagap, jika ucapannya lambat, ia memukul paha kirinya dengan tangan kanannya, sehingga ucapannya menjadi lancar .

Jika hadist ini dikaitkan dengan sosok Mirza, jelas tidak nyambung, karena Mirza bahkan bukan keturunan Nabi Muhammad SAW, karena leluhurnya berasal dari Samarqand, sebuah kota di Timur Tengah, yang pindah ke Punjab, India, pada 1530. Malah silsilah keluarganya menyebutkan, ayah Mirza, Ghulam Murtada, merupakan keturunan Haji Barlas dari dinasti Mughal.

Sementara kita tahu Nabi Muhammad SAW merupakan keturunan para Nabi dan Rasul, di antaranya Nabi Ibrahim AS, dan Nabi Muhammad dilahirkan di Mekkah.
Selain membuat kebohongan tentang jati dirinya, Mirza juga menjadikan pengikut ajarannya sebagai jemaah yang tidak bertabiat Islam i. Majalah mingguan Gatra edisi 17-23 Februari 2011 memberitakan bahwa tokoh Ahmadiyah Desa Cikeusik, Pandeglang, Banten, Suparman, melarang pengikutnya bergaul dengan masyarakat non Ahmadiyah, dan mereka bahkan tak sudi sholat berjamaah di masjid non Ahmadiyah. Berita ini menunjukkan, bahwa Ahmadiyah menjadikan jemaahnya sebagai warga eksklusif dan asosial . Ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam, karena dalam Al Qur'an surah Al Imran ayat 112, Allah berfirman ; “ Akan ditimpa kehinaan ke atas mereka itu di mana saja mereka berada melainkan yang menghubungkan diri dengan Allah dan menghubungkan diri dengan sesama manusia.”
Ayat ini jelas merupakan perintah Allah yang mewajibkan manusia (baca; umat muslim) untuk menjalin hubungan dengan sesamanya. Bahkan dalam Al Qur'an Surah al-Hasyr ayat 9 Allah mewajibkan umat muslim mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan pribadinya, dan surah Al Maidah ayat 2, surah Al Fath ayat 29, surah An-Nur ayat 22, dan surah Al-Balad ayat 17 mengajarkan manusia agar selalu tolong menolong dan bersikap penuh kasih sayang terhadap sesama.

Sudah saatnya jemaah Ahmadiyah bertobat, karena dalam Al Qur'ah surah Al-Mujaadilah ayat 11 Allah berfirman ; " Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan ." Ini berarti, orang yang tidak beriman, apalagi yang menyelewengkan ajaran-Nya, akan direndahkan hingga serendah-rendahnya, dan tempatnya adalah di neraka jahannam.

Bahkan dalam Al Qur'an surah Yunus ayat sebelas, Allah mengancam begini ; " Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang yang tidak mempergunakan akalnya."

Arlikel.sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar