Kita bahas satu-persatu:
A. Kelahiran MGA
Di Qadian, India 15 Februari 1835, lahirlah 2 bayi kembar. Yang satu bernama Barlas (bahasa Persi : gagah berani dan terhormat) dan yang satunya bernama Mirza Ghulam Ahmad. Sejak kecil, Mirza Gulam Ahmad (MGA) tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Ia tergolong “kutu buku”.
Sejak tahun 1804, khususnya ketika “British & Foreign Bible Society” terbentuk, Kristenisasi mulai digencarkan ke seluruh dunia. Jutaan warga India berhasil dikristenkan.
B. Inti Ajaran Ahmadiyah
Bohong dan bertentangan dengan Islam itulah inti ajaran Ahmadiyah. Karena Nabinya, Mirza Ghulam Ahmad –la’natullah alaih (Semoga Allah mela’natnya)– adalah seorang pembohong dan pembuat ajaran yang bertentangan dengan Islam. Di antaranya:
• Mengaku sebagai mujaddid (pembaharu).
• Mengaku sebagai nabi yang tidak membawa syari'at, menerima wahyu seperti Al Qur’an dan menerapkannya kepada dirinya.
• Mengikuti cara-cara kebatinan dan zindiq (kufur) dalam ungkapan-ungkapannya. Ia mengikuti cara-cara Baha’I dalam mengaburkan ucapannya.
• Meniru mukjizat penutup para Nabi, Nabi Muhammad saw.
• Menjadikan masjidnya sebagai Masjid Al Aqsha, dan desanya sebagai Makkah Al Masih, ia juga menjadikan Lahore menjadi Madinah, dan menara masjidnya diberi nama menara Al Masih.
• Membangun pemakaman yang diberi nama pemakaman Al Jannah, semua yang dimakamkan di sana adalah AHLI SURGA.
C. Kebohongan Kebohongan Ahmadiyah
Tentang Bohong-membohongi, tipu-menipu, Ahmadiyahlah jagonya. Mereka mengatakan penduduknya ada jutaan di dunia. Padahal semua itu BOHONG, Ahmadiyah di dunia ini hanya mempunyai ribuan pengikut, (Sumber: dari iuran anggota Ahmadiyah).
D. Ayat-Ayat Iblis Ahmadiyah
1. Di dalam kitab tadzkirah (kitabnya Ahmadiyah yang penuh kebohongan, penuh najis, dan tipu daya), menyebutkan :
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Tadzkirah ini) dekat kampung Qadian.”
2. Sungguh bejat pemikiran Mirza –la’natullah alaih-. Ia menggubah ayat pertama dalam surat Al Qadr. Ternyata ada ayat yang lebih serem lagi, saudaraku :
“Hai Mirza Ghulam Ahmad : Namamu sempurna, sedangkan namaKu (Allah) tidak sempurna.” (Tadzkirah hal : 51).
3. Ayat ini semakin menambah ketidakwarasan Mirza Ghulam Ahmad yang mendapatkan wahyu dari IBLIS. Ada juga ayat yang tidak kalah seremnya, saudaraku :
“Aku melihat diriku sendiri, di dalam mimpi sebagai matanya Allah, (setelah mimpi tersebut) aku semakin yakin, bahwa aku adalah Dia (Allah).” (Tadzkirah hal : 195)
4. Sungguh luar biasa biadabnya Mirza Ghulam Ahmad –Al Kadzdzab (si Pendusta)–, dia bukan saja mengaku sebagai nabi dan rasul, tetapi dia juga mengaku sebagai Allah.
“Allah (Tuhanku) telah masuk ke dalam diriku, oleh karena itu maka akulah yang telah menciptakan langit dan bumi.” (Tadzkirah hal : 197)
5. Sungguh tidak lain Mirza Ghulam Ahmad –la’natullah alaih- adalah sesosok Iblis yang menyerupai manusia. Tidak sampai disitu. Masih banyak ayat-ayat Setannya Mirza. Allah berfirman kepada Mirza Ghulam Ahmad –Al Kadzdzab- :
“Hai Mirza Ghulam Ahmad : engkau adalah Imam yang diberkati, la’nat Allah atas siapa saja yang mengingkarimu, dimana saja didapatkan orang yang mengingkarimu, tangkap dia, ambil dia dan bunuh dia sehebat-hebatnya.” (Tadzkirah hal :748)
6. Mirza Ghulam Ahmad –la’natullah alaih- menantang kita (Kaum Muslimin) sebagai orang kafir yang wajib dibunuh kapan saja dan dimana saja.
7. Dalam kitab Ruhani Khazain. Mirza mengatakan bahwa :
Nabi Isa as seorang pecandu arak, seorang pendusta, bahkan dikatakan lagi beliau (Nabi Isa as) tidak memiliki mukjizat, lebih bejatnya lagi Mirza –la’natullah alaih- mengatakan bahwa Nabi Isa as keturunan pezina.
Bayangkan wahai saudaraku, Nabi Isa –alaihi solatu wa salam- yang kita cintai, yang kita muliakan, yang kita imani, dihina dengan kata-kata yang keji. Bagaimana perasaan anda, saudara? Jika kita yang mengaku Muslim merasakan nikmatnya menjalankan perintah agama dengan benar, cinta kepada Islam, taat kepada Islam, pasti akan meresa sakit hati apabila agama kita diobok-obok. Berbeda sebaliknya, apabila kita shalat saja jarang, tidak mengikuti ajaran agama, apalagi di dalam hatinya tidak ada rasa cintanya kepada Islam dan kaum Muslimin, maka tidak akan merasakan sakit hati apabila agama dihujat orang. Bahkan mereka juga akan ikut-ikutan menghujat Islam dengan kata-kata sindiran. Orang yang seperti itu derajatnya lebih rendah daripada anjing hutan, wahai saudara.
Dengan adanya ayat-ayat di atas, bisa kita simpulkan bahwa Ahmadiyah bukan islam, kafir, murtad, dan sesat.
Barangsiapa yang membela Ahmadiyah (baik itu Muslim maupun Kafir) berarti ia sama keparatnya dengan Ahmadiyah, sama sesatnya, sama sintingnya, bahkan sama Iblisnya.
E. Antek-Antek Penjajah Inggris
“Kiamat tidak akan tiba sebelum para Dajjal pendusta dibangkitkan yang jumlahnya hamper tiga puluh orang. Setiap mereka mengaku bahwa dirinya adalah rasul (utusan Allah).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mirza Ghulam Ahmad –Al Kadzdzab- selain mengaku nabi, disamping dusta, dia menulis buku selebaran yang isinya Ahmadiyah siap mengorbankan harta dan nyawa mereka untuk penjajahan Inggris di India (Mereka mendukung penjajah) dan Mirza -la’natullah alaih- menghapus jihad sampai membuat kitab sebanyak 50 lemari untuk menghapus jalan juang Islam dan kaum Muslimin (Jihad). Jika orang tidak ada yang berjihad, kan penjajah bisa menguasai India tanpa perlawanan. Karena para penjajah takut dengan jihad maka, dihapuslah hukum itu.
Karena dianggap membawa manfaat untuk kolonialism maka, Amadiayah pun dibawa oleh Belanda ke tanah jajahannya yaitu Indonesia pada tahun 1926, untuk mencuci otak orang-orang Indonesia.
Sehingga saya menyimpulkan bahwa Ahmadiyah bukan pejuang tetapi antek, juga bukan pahlawan tetapi pengkhianat.
F. Mengaku sebagai Maryam
Mirza Gulam Ahmad –Al Kadzdzab- berkata:
“Firman Tuhan yang telah kubentangkan pada beberapa tempat dalam bukuku Brahin Ahmadiyah menjelaskan bagaimana Tuhan Maha Kuasa menjadikanku sebagai Isa bin Maryam. Dalam buku ini mula-mula Tuhan menamaiku Maryam dan kemudian menyingkap bahwa Tuhan telah menembuskan ruh-Nya ke dalam Maryam ini dan bersabda bahwa sesudah penghembusan ruh ini keadaanku sebagai Maryam berubah menjadi keadaanku sebagai Isa, dan dengan demikian Isa yang lahir dari Maryam dinamai anak Maryam. (Haqiqatul wahyi, h. 72, Catatan Kaki, seperti dikutip Majalah Ahmadiyah, Sinar Islam, 1 November 1985, h 11).
“Apakah mungkin Mirza yang berkelamin laki-laki menjadi Maryam yang berkelamin perempuan, lalu berubah lagi menjadi Isa yang berkelamin laki-laki. Jangan-jangan Mirza Ghulam Ahmad seorang waria lagi!!! Apakah ada nabi darai bangsa waria???
(ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (QS Ali Imran : 45)
Maksud dari ayat di atas sangat jelas, Maryam yang dimaksud adalah Siti Maryam wanita yang suci. Bukan Mirza Ghulam Ahmad yang jadi-jadian.
“jika Nabi menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.” (QS At Tahrim : 5)
Ibnu Katsir juga menjelaskan tentang ayat ini, yang berhubungan dengan hadist : “Bahwa Maryam Asiyah (Istri Fir’aun) kelak termasuk istri-istri Nabi Muhammad saw di surga.” Sebagaimana firman Allah ta’ala : “Yang janda dan yang perawan”
Selain itu, kehadiran Ahmadiyah juga menjadi pemicu bentrokan di mana-mana. Oleh karena itu, sebagai wujud kepedulian kita terhadap Islam, mari kita buktikan, apakah ajaran Ahmadiyah termasuk ke dalam 10 Kriteria Aliran Sesat MUI ataukah tidak? Apakah Ahmadiyah itu masuk ke dalam kategori perbedaan keyakinan ataukah penodaan agama?
G. Mengingkari rukun iman yang enam dan rukun Islam yang lima Pada Rukun Iman
Ajaran Ahmadiyah meyakini 6 (enam) Rukun Iman. Rukun Iman Ahmadiyah sama dengan Rukun Iman Ahlu Sunnah wal Jamaah, yaitu (1) Beriman kepada Allah; (2) Beriman kepada para malaikat Allah; (3) Beriman kepada kitab-kitab Allah; (4) Beriman kepada para utusan Allah; (5) Beriman kepada hari Kiamat; (6) Beriman kepada ketentuan Allah, yang baik dan yang buruknya.
Pada Rukun Islam.
Ajaran Ahmadiyah juga meyakini Rukun Islam. Rukun Islam Ahmadiyah sama dengan Rukun Islam Ahlu Sunnah wal Jamaah, yaitu : (1) Syahadat; (2) Shalat; (3) Zakat; (4) Puasa; (5) Haji.
Akan tetapi, orang-orang Ahmadiyah ketika mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu :
أشهد أن لا إله إلا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
“Aku bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad itu adalah utusan Allah,”
Maka yang dimaksud dengan Muhammad di dalam syahadat mereka adalah ditujukan kepada Mirza Ghulam Ahmad. Hal ini dikarenakan Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai Ahmad dan Muhammad. Di dalam buku-bukunya, Mirza Ghulam Ahmad selalu mengaitkan nama Ahmad dan Muhammad yang disebutkan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur`an bahwa yang dimaksudkan oleh Allah SWT tersebut adalah dirinya, Mirza Ghulam Ahmad. Sebagai buktinya, kami kutipkan beberapa keterangan dari kitab-kitab Ahmadiyah. Di antaranya :
1. Mirza Ghulam Ahmad mengaku bernama Ahmad
Di dalam tafsir Al-Qur`an versi Ahmadiyah yaitu Al-Qur`an dengan Terjemahan dan Tafsir Singkat, editor Malik Ghulam Farid, dialihbahasakan oleh Panitia Penterjemah Tafsir Al-Qur`an Jemaat Ahmadiyah Indonesia jilid III Edisi Pertama Penerbit Yayasan Wisma Damai Jakarta 1983, bahwa makna kata Ahmad di dalam surah Ash-Shaff ayat 6 yang berbunyi,
ﭢ ﭣ ﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨﭩ
“dan memberi kabar gembira dengan seorang rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad),” (QS Ash-Shaff [61]: 06) adalah ditujukan kepada Mirza Ghulam Ahmad. Penjelasan ayat ini oleh Ahmadiyah ditafsirkan di dalam footnote 3037 sebagai berikut : “…jadi, nubuatan yang disebut dalam ayat ini ditujukan kepada Rasulullah SAW, tetapi sebagai kesimpulan dapat pula dikenakan kepada Hadhrat Masih Mau’ud AS, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, sebab beliau telah dipanggil dengan nama Ahmad di dalam wahyu (Barahin Ahmadiyah), dan oleh karena dalam diri beliau terwujud kedatangan kedua atau diutusnya yang kedua kali Rasulullah SAW…”(Al-Qur`an dengan Terjemahan dan Tafsir Singkat, footnote no. 3037, hal. 522).
2. Mirza Ghulam Ahmad mengaku bernama Muhammad dan Rasul
“Apakah kalian masih ragu-ragu (bimbang) menerima saya, bahwa Tuhan yang mengutus saya di Qadian (India) sebagai Nabi Muhammad SAW, untuk memenuhi janji kepada umatnya?” (Review of Religion jilid 15, hal. 115 no.3)
“Nabi Muhammad SAW telah turun kembali di Qadian (India), akan tetapi dalam keadaan lebih mulia dari sebelumnya. Kalau ada orang yang mau melihat Nabi Muhammad SAW dalam keadaan lebih sampurna, lihat saja Mirza Ghulam Ahmad di Qadian (India).” (Al-Badar, Qadian 25 Oktober 1907).
“Barangsiapa yang tidak memahami akan kedatangan Masih Mau’ud sebagai kedatangan Nabi Muhammad SAW yang kedua kalinya, maka berarti dia telah mengingkari ajaran Al-Qur`an. Karena di dalam Al-Qur`an telah dijelaskan beberapa kali bahwa Nabi Muhammad SAW akan turun kembali ke dunia ini.”(Kalamatul Fashal, Review of Religion, Qadian jilid 14, hal. 105 no.3 oleh Mirza Bashir Ahmad)
3. Melakukan penafsiran Al-Qur`an yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir
Telah terbukti bahwa Ahmadiyah telah melakukan penafsiran Al-Qur`an yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir. Berikut ini kami kutipkan tafsir Al-Qur`an versi Ahmadiyah yang bernama, ”Al-Qur`an dengan Terjemahan dan Tafsir Singkat, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Jilid III, Edisi Pertama, Yayasan Wisma Damai Jakarta, 1983 hal. 525-527 ketika membahas surah Al-Jumu’ah.
Surah 62 AL-JUMU’AH
Diturunkan : Sesudah Hijrah
Ayatnya : 12, dengan bismillah
Rukuknya : 2
Waktu diturunkan dan hubungan dengan surah-surah lainnya :
Surah ini agaknya diturunkan beberapa tahun sesudah Hijrah (lihat ayat 4). Dalam surah sebelumnya telah disinggung nubuatan Nabi Isa a.s. tentang kedatangan Nabi Ahmad a.s. .....Surah ini kemudian mengisyaratkan pula kepada gejala rohani yang akan terjadi pada suatu ketika kelak dengan perantaraan wakil agung Rasulullah s.a.w. ialah Masih Mau’ud.....Menjelang penutup, ditekankannya soal kepentingan salat Jum’at dan tersirat bahwa di zaman kedatangan Rasulullah s.a.w. kedua kali yang diumpamakan sebagai salat Jum’at...
“Dan Dia akan membangkitkan di tengah-tengah suatu golongan lain dari antara mereka, yang belum pernah bergabung dengan mereka dan Dia-lah Yang Mahaperkasa, Maha bijaksana.”
________________
3046. ....Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadis Nabi s.a.w. yang termasyhur tertuju kepada pengutusan Rasulullah s.a.w. sendiri untuk kedua kali dalam wujud Hadhrat Masih Mau'ud a.s. di akhir zaman......Jadi, Alquran dan hadis kedua-duanya sepakat bahwa ayat ini menunjuk kepada kedatangan kedua kali Rasulullah s.a.w. dalam wujud Hadhrat Masih Mau'ud a.s.
....
Kami ajukan pertanyaan, ”Apakah ada para ahli tafsir yang menafsirkan ayat ini seperti tafsir Ahmadiyah?” Jika ada, tolong disebutkan! Dari bukti ini sudah sangat jelas jika Ahmadiyah menafsirkan Al-Qur`an tidak sesuai dengan kaidah-kaidah tafsir.
4. Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
Di dalam buku-buku karangan Mirza Ghulam Ahmad, dia sering menuliskan kata-kata bernada pelecehan terhadap para nabi dan rasul Allah SWT. Berikut ini petikannya :
“Mukjizat-mukjizat yang turun untuk membuktikan saya (Mirza Ghulam Ahmad) sebagai nabi adalah lebih banyak daripada mukjizat Nabi Musa AS,” (Haqiqatul Wahyi hal. 83).
“Ramalan dan mukjizat saya (Mirza Ghulam Ahmad) lebih banyak daripada mukjizat ratusan nabi.” (Review of Religion jilid 1 hal. 393, Al-I’tisham Lahore, 9 Desember 1966).
“Mein kabhi Adam kabhi Musa kabhi Ya’qub hun niz Ibrahim hun naslein hein meri besyumar.” (bahasa Urdu, yang artinya, “Saya (Mirza Ghulam Ahmad) adalah Nabi Adam AS, Nabi Musa AS, Nabi Ya’qub AS dan Nabi Ibrahim AS, dan saya mempunyai banyak silsilah keturunan.” (Dure Samin hal. 123).
”Dalam wahyu ini Tuhan menyebutkanku Rasul-Nya, karena sebagaimana sudah dikemukakan dalam Barahin Ahmadiyah, Tuhan Maha Kuasa telah membuatku manifestasi dari semua nabi, dan memberiku nama mereka. Aku Adam, aku Seth, aku Nuh, aku Ibrahim, aku Ishaq, aku Ismail, aku Ya’qub, aku Yusuf, aku Musa, aku Dawud, aku Isa dan aku adalah penjelmaan sempurna dari Nabi Muhammad s.a.w., yakni aku adalah Muhammad dan Ahmad sebagai refleksi" (Haqiqatul Wahyi, hal. 72).” (Sinar Islam, edisi Nopember 1985, hal. 12).
”Telah ditiupkan ruh Maryam kepada saya (Mirza Ghulam Ahmad), dan ditiupkan pula ruh Isa. Kemudian saya dijadikan hamil dalam isti’arah (kiasan), dan setelah beberapa bulan; kurang lebih 10 bulan saya dijadikan Isa ibnu Maryam, maka saya adalah Ibnu Maryam itu.” (Kasyti Nuh hal. 47, Ruhani Khazain jilid 19, hal. 50, karangan Mirza Ghulam Ahmad).
5. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir
Sudah sangat jelas jika Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai nabi dan rasul.Berikut ini petikannya :
”Dan Allah lah yang menggenggam ruhku, Dia lah yang telah mengutusku dan menamaiku Nabi...dan Allah memberikan bukti-bukti yang jelas atas kebenaran pengakuanku yang bukti-bukti tersebut mencapai angka 300.000 bukti,” (Tatimmah Haqiqatil Wahyi, hal. 503).
”Tatkala aku menjadi reinkarnasi dari Nabi Muhammad SAW yang telah ada sebelumnya sejak lama, (maka) aku pun menerima kenabian reinkarnasi,” (Ruhani Khazain jilid 18, Eik Ghalti Ka Izalah hal. 215).
”Dengan pengayoman melalui Muhammad Al-Musthafa, aku dinamai Muhammad dan Ahmad. Maka aku pun merupakan seorang nabi dan rasul,” (Ruhani Khazain, jilid 18,Eik Ghalti Ka Izalah, hal. 211).
Di dalam majalah bulanan resmi Ahmadiyah, ”Sinar Islam” edisi 1 Nopember 1985 (Nubuwah 1364) dalam rubrik Tadzkirah disebutkan, “Dalam wahyu ini, Tuhan menyebutkanku Rasul-Nya, karena sebagaimana sudah dikemukakan dalam Barahin Ahmadiyah, Tuhan Maha Kuasa telah membuatku manifestasi dari semua nabi, dan memberiku nama mereka…” (Haqiqatul Wahyi hal. 72). (Sinar Islam edisi 1 Nop 1985, hal. 11-12).
6. Buktinya baru-baru ini seorang Ahmadi ditanyai oleh seorang yang tidak menyetujui pendirianku:
“Orang yang kamu sudah bai’at di tangannya, dia mengaku menjadi nabi dan rasul.” Ia menjawab dengan kata-kata yang mengingkarinya, padahal jawaban demikian itu adalah salah. Yang sebenarnya adalah bahwa itu wahyu suci dari Allah SWT yang diwahyukan kepadaku, di dalamnya mengandung kata-kata rasul, mursal dan nabi bukan hanya sekali atau dua kali, malah beratus-ratus kali digunakan.”(Eik Ghalti Ka Izalah,hal.3)
7. Di dalam Buku Putih Kami Orang Islam, disebutkan,
“Menolak atau mengingkari seorang Nabi berarti menolak atau mengingkari semua Nabi (An-Nisa 150-151; Asy-Syu’ara 105, 123, 141, 160, 176). – (Buku Putih Kami Orang Islam, hal. 70)
“Setiap orang yang bermaksud menyerang padaku berarti orang itu menaruh dirinya dalam api yang menyala-nyala. Ketahuilah orang itu bukannya menyerang padaku, tetapi menyerang pada wujud (Allah) yang mengutusku. Wujud itu berfirman: “Inni Muhiinun man araada ihaanataka.” Maksudnya: “Aku akan menghina orang-orang yang bermaksud menghinamu.” (Buku Putih Kami Orang Islam, hal. 90)
Mengharamkan jihad
“Selama 17 tahun aku mengarang buku-buku dalam rangka menyokongimperialis Inggris dan menyuruh meninggalkan jihad. Karena jihad itu sekarang diharamkan dan tidak boleh seorangpun menentangnya bahkan harus tunduk dan berserah diri kepada pemerintah Inggris karena itu merupakan nikmat dari Allah atas kita…” (Ruhani Khazain jilid 13 hal. 2-9)
Tidak haji ke Mekkah
”Orang-orang yang menunaikan ibadah Haji ke Mekkah adalah sesuatu hal yang biasa saja, kecuali mereka datang ke Qadian, maka mereka akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.” (Aaina Kamalat Islam, hal. 352)
Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syariah, seperti mengkafirkan Muslim hanya karena bukan kelompoknya.
Di dalam Kalimatul Fashl/ Review of Religion jilid 14 hal. 110 dikatakan, “Setiap orang yang beriman kepada Nabi Musa AS tapi tidak beriman kepada Nabi Isa AS, atau beriman kepada Nabi Isa AS tapi tidak beriman kepada Nabi Muhammad SAW, atau beriman kepada Nabi Muhammad SAW tapi tidak beriman kepada Masih Mau’ud (Mirza Ghulam Ahmad), maka orang tersebut adalah KAFIR. Bukan hanya kafir biasa, tapi benar-benar kafir dan dia sudah ke luar dari garis/lingkaran agama Islam.” (Kalimatul Fashl/Review of Religion karya Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad bin Mirza Ghulam Ahmad, jilid 14 hal. 110).
Referensi :
1. Tadzkirah hal : 51, Tadzkirah hal : 195, Tadzkirah hal : 197, Tadzkirah hal :748, Dure Samin hal. 123
2. Haqiqatul wahyi, hal. 72, Catatan Kaki, seperti dikutip
3. Majalah Ahmadiyah, Sinar Islam, 1 November 1985, h 11
4. QS Ali Imran : 45, QS att tahrim : 5
5. Al-Qur`an Terjemahan dan Tafsir, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Jilid III, Edisi Pertama, Yayasan Wisma Damai Jakarta, 1983 hal. 525-527.
6. Kalamatul Fashal, Review of Religion, Qadian jilid 14, hal. 105 no.3 oleh Mirza Bashir Ahmad.
7. Haqiqatul Wahyi hal. 83.Haqiqatul Wahyi hal. 72). (Sinar Islam edisi 1 Nop 1985, hal. 11-12).
8. Review of Religion jilid 1 hal. 393, Al-I’tisham Lahore, 9 Desember 1966.
9. Kalimatul Fashl/ Review of Religion karya Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad bin Mirza Ghulam Ahmad, jilid 14 hal. 110
10. Kalimatul Fashl/ Review of Religion jilid 14 hal. 110
11. Aaina Kamalat Islam, hal. 352.
12. Ruhani Khazain jilid 13 hal. 2-9)
13. An-Nisa 150-151; Asy-Syu’ara 105, 123, 141, 160, 176). – (Buku Putih Kami Orang Islam, hal. 70)
14. Eik Ghalti Ka Izalah, hal.3
15. Haqiqatul Wahyi hal. 72). (Sinar Islam edisi 1 Nop 1985, hal. 11-12).
16. Ruhani Khazain, jilid 18, Eik Ghalti Ka Izalah, hal. 211.
17. Kasyti Nuh hal. 47, Ruhani Khazain jilid 19, hal. 50, karangan Mirza Ghulam Ahmad.
18. (Sinar Islam edisi 1 Nop 1985, hal. 11-12).
19. Tatimmah Haqiqatil Wahyi, hal. 503
Tidak ada komentar:
Posting Komentar