Pak Victor, Kalau Mau Tau Khilafah dan Kristen Saat Berkuasa: Tontonlah “Kingdom Of Heaven” dan Bacalah “Inkuisisi”
Ketua Fraksi Partai Nasdem DPR RI, Victor Laiskodat dalam pidatonya menuding bahwa Khilafah (negara Islam) maka semua orang wajib shalat, tidak ada lagi gereja, tidak boleh ada perbedaan.
Tudingan yang sangat fatal, buta sejarah, tak ada bukti. Mungkin karena pak Victor tidak tahu tentang Khilafah atau karena kebencian terhadap Islam. Kalau karena faktor “tidak tahu”, maka pak Victor bisa mulai dari menonton film “Kingdom Of Heaven”.
KINGDOM OF HEAVEN (2005)
Adalah film buatan Hollywood yang disutradarai oleh Ridley Scott, dan dibintangi antara lain oleh Orlando Bloom dan Liam Neeson. Tidak ada orang Islam yang terlibat dalam film ini kecuali mungkin bintang figuran dan kru lapangan. Juga tidak ada modal yang disuntikkan orang Islam.
Namun film ini bercerita bagaimana tentara Kekhalifahan Islam yang dipimpin Salahudin Al Ayubi digambarkan sebagai pihak yang memegang penuh etika perang, toleransi beragama dan hak azasi manusia. Di lain pihak, tentara Salib justru digambarkan sebagai tentara yang haus darah, doyan perang, dan tidak mengenal belas kasihan meskipun kepada wanita dan anak-anak.
Boleh saja bilang bahwa itu hanyalah film. Namun seandainya mereka mau membaca kembali catatan sejarah Perang Salib tentulah mereka akan menemukan pesan-pesan yang sama seperti di film Kingdom Of Heaven.
Ketika Tentara Salib merebut Jerusalem pada Perang Salib I tahun 1099, mereka membantai habis penduduk Jerusalem, tidak hanya muslim tetapi juga penduduk Yahudi serta penganut Nasrani ortodox, termasuk kaum Arian, dan sekte-sekte lain yang dicap sesat oleh Paus. Tak terhitung masjid, sinagog, gereja ortodox dan perpustakaan habis dijarah, dirusak bahkan dibakar. Sebelumnya, di sepanjang jalan menuju Jerusalem tentara Salib juga melakukan pembunuhan, perampokan, pemerkosaan dan penganiayaan serupa. Selama Perang Salib I, ratusan ribu wanita, anak dan orang tua menjadi korban.
Namun ketika Kekhalifahan Islam di bawah pimpinan Panglima Salahuddin merebut kembali Jerusalem pada tahun 1187, tidak ada pembunuhan terhadap warga nasrani yang tertinggal di kota itu, tidak ada pengrusakan dan perampokan terhadap gereja, dan para pemuka agama nasrani sedikitpun tidak disentuh.
BBC menulis:
“A noble example of ideal Muslim conduct of war is the capture of Jerusalem by Saladin in 1187. Although a number of holy Muslim places had been violated by Christians, Saladin prohibited acts of vengeance, and his army was so disciplined that there were no deaths or violence after the city surrendered. The residents were taken prisoner, but their ransom was set at a token amount.”
(Contoh mulia dari perilaku perang Muslim yang ideal adalah penaklukan Yerusalem oleh Saladin pada tahun 1187. Meskipun sejumlah tempat suci Muslim telah dihancurkan oleh orang Kristen, Saladin melarang tindakan balas dendam, dan tentaranya sangat disiplin sehingga tidak ada kematian atau kekerasan setelah kota menyerah. Warga dipenjara, tapi uang tebusan mereka ditetapkan dengan jumlah tertentu.
Mengapa Salahuddin bertindak seperti itu? Jawabannya adalah, karena beliau memegang teguh etika perang Islam sebagaimana diajarkan oleh Al Quran dan Rasulullah Muhammad SAW.
Itu Potret Ketika Kekhalifahan Islam Berkuasa!!!
BAGAIMANA KETIKA GEREJA BERKUASA?
Tahukah Anda pak Victor?
Bacalah tentang “INKUISISI” di Spanyol, tatkala Kekhalifahan Islam dikalahkan oleh pasukan Kristen. Bagaimana perlakuan Kristen setelah menang?
INKUISISI SPANYOL
“The Inquisition in Spain” Tortures of the Inquisition including “waterboarding” at right. Vintage Woodcut Illustration from: “Book of Martyrs; or a History of the Lives Sufferings and Triumphant Deaths of the Primitive as well as Protestant Martyrs from the Commencement Of Christianity to the Latest Periods of Pagan an Popish Persecution” by Rev. John Fox pub 1832. aquired 2001 Tortures carried out in the name of religion
Inkuisisi Spanyol, atau nama resminya Tribunal Dinas Suci Inkuisisi (bahasa Spanyol: Tribunal del Santo Oficio de la Inquisición), adalah institusi pengadilan gereja yang didirikan oleh pasangan Monarki Katolik Raja Ferdinand II dari Aragon dan Ratu Isabella dari Kastilia.
Pada 1492 Ferdinand dan Isabella mengeluarkan Dekret Alhambra yang memerintahkan seluruh Yahudi untuk meninggalkan Spanyol. Umat Islam di Spanyol juga mendapat perintah serupa. Banyak di antara mereka yang pindah ke agama Kristen daripada harus meninggalkan Spanyol, dan mereka ini disebut dengan istilah conversos. Para conversos ini dicurigai tidak pindah agama dengan jujur dan tulus.
Ferdinand II kemudian menekan Paus Sikstus IV agar menyetujui pembentukan sebuah Inkuisisi yang dikendalikan oleh Spanyol. Paus menyetujuinya.
Orang-orang Islam di Spanyol, Mudéjars atau yang sudah pindah ke Katolik, disebut Moriscos, tak luput dari penganiayaan yang dilakukan oleh Inkuisisi Spanyol. Menurut Perjanjian Granada (1491), umat Islam dijanjikan kebebasan beragama, namun perjanjian ini tidak berumur panjang. Pada 1502, umat Muslim diberikan ultimatum untuk masuk Kristen atau meninggalkan Spanyol. Mayoritas mereka pindah agama, namun hanya di luar saja, karena mereka masih berpakaian dan berbicara sebagaimana sebelumnya, beribadah menurut agama Islam secara sembunyi-sembunyi, dan menggunakan tulisan Aljamiado.
Hal ini menyebabkan Kardinal Cisneros untuk menerapkan peraturan yang lebih keras dan memaksa, sehingga memicu sebuah pemberontakan. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan (1502), dan pihak Spanyol menggunakan pemberontakan ini sebagai alasan untuk membatalkan Perjanjian Granada. Pada 1508, pakaian bernuansa Islam dilarang. Pada 1526 dan 1527, peraturan yang lebih keras lagi dikeluarkan. Pada 1567, Raja Felipe II mengeluarkan peraturan baru yang melarang penggunaan nama berbau Islam, pakaian Islam, serta larangan berbahasa Arab. Bahkan orang-orang Islam diberitahu anak-anak mereka nantinya harus diserahkan untuk dididik para pendeta Kristen. Seluruh 300.000 moriscos akhirnya diusir dari Spanyol pada 1609-1614, oleh Raja Felipe III.
Agama Yahudi dilarang di Spanyol menurut Dekret Alhambra (1492). Hasilnya orang-orang Yahudi memilih meninggalkan Spanyol atau pindah agama. Kaum Yahudi yang pindah ke agama Kristen disebut Marranos (berarti “babi” dalam bahasa Spanyol). Mereka adalah orang-orang Yahudi Sefardim yang terpaksa pindah ke agama Katolik Roma, sebagai akibat penganiayaan orang-orang Yahudi oleh Inkuisisi ini.
ITU DI ANTARA SEDIKIT FAKTA SEJARAH
Bagaimana Damainya Manusia Di bawah Kekhalifahan Islam
SEBALIKNYA… KETIKA KRISTEN BERKUASA MAKA SEMUA DIPAKSA AGAR MASUK KRISTEN ATAU DISIKSA, DIUSIR, DIBUNUH.
Jadi pak Victor… jangan putar balikan fakta sejarah. Bahkan hari inipun Pak Victor bisa lihat :
• Bagaimana kondisi ketika Islam minoritas seperti di Rohingya Myanmar, Mindanau Philipina, Uighur China, dll…
• Bagaimana perlakuan umat Islam ketika Islam mayoritas seperti di NKRI. Saat Aksi Bela Islam jutaan massa Umat Islam, gereja aman, pengantin kristen dijaga, bahkan rumput pun ikut dijaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar