Selasa, 05 September 2017

TATA CARA TAKBIRAN

Takbir terbagi menjadi dua bagian :
1. Mutlak yaitu yang tidak dibatasi dengan sesuatu. Disunahkan terus, baik pagi maupun petang. Sebelum maupun sesudah shalat. Pada setiap waktu.

2. Muqoyad adalah yang terikat setelah selesai shalat.

Disunahkan takbir mutlak pada sepuluh (awal) Dzulhijjah dan seluruh hari-hari tasyriq. Dimulai dari semenjak masuk bulan Dzulhijjah (maksudnya setelah terbenam matahari di akhir hari bulan Dzulqoidah). Sampai akhir hari tasyriq (hal itu ditandai dengan terbenamnya matahari pada hari ketiga belas Dzulhijjah).

Sementra muqoyad dimulai semenjak fajar hari Arafah sampai terbenam matahari akhir hari tasyriq. Ditambah dengan takbir mutlak –ketika selesai salam dari shalat fardu dan istigfar tiga kali, dan mengucapkan :

" اللهم أنت السلام ومنك السلام تباركت يا ذا الجلال والإكرام "

Ya Allah Engakau adalah Maha Selamat. Dan dari-Mu keselamatan. Keberkahan dari-Mu wahai pemilik ketinggian dan kemulyaan.''

Memulai takbir, ini untuk selain jamaah haji. Sementara jamaah haji, memulai takbir baginya semenjak zuhur hari nahr. Wallahu a’lam

Tata Cara TAKBIR

Para ulama berbeda pendapat tentang tata caranya menjadi beberapa pendapat.

1.  :

الله أكبر .. الله أكبر .. لا إله إلا الله ، الله أكبر .. الله أكبر .. ولله الحمد

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada tuhan (yang patut disembah) melainkan Allah. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Segala pujji hanya milik Allah."

2. :

الله أكبر .. الله أكبر .. الله أكبر .. لا إله إلا الله ، الله أكبر .. الله أكبر .. الله أكبر .. ولله الحمد

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada tuhan (yang patut disembah) melainkan Allah. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Dan Segala pujji hanya milik Allah."

3.  :

الله أكبر .. الله أكبر .. الله أكبر .. لا إله إلا الله ، الله أكبر .. الله أكبر .. ولله الحمد

“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada tuhan (yang patut disembah) melainkan Allah. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Dan Segala pujji hanya milik Allah."

Masalah ini luas karena tidak ada nash dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam yang menentukan redaksi tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar