Tersebutlah sebuah negeri yang terletak di antara pertemuan dua samudera dan dua benua yang luas. Dari dulu hingga sekarang, negeri ini selalu ramai dilalui atau dikunjungi oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia. Yang tentunya mereka itu memiliki keperluan penting dengan negeri ini, di antaranya adalah perdagangan rempah-rempah, barus dan emas.
Waktu terus bergerak sementara sejarah terus mengukir kisahnya di negeri yang makmur ini. Dari zaman pertama, berulang kali telah muncul dan tenggelam peradaban yang besar dan luar biasa. Bahkan tidak jarang negeri ini bisa menjadi pusat peradaban dunia di masa lalu. Orang-orang dari berbagai latar belakang, bangsa, bahasa, agama dan ras yang berbeda pun datang berdunyun-dunyun ke negeri ini. Semua itu dilakukan hanya untuk bisa menikmati kekayaan yang berlimpah dan peradaban yang gemilang dari negeri yang terkenal dengan slogan “Gemah ripah loh jinawi, toto tentrem karto raharjo” ini.
Sebut saja Amartadwipa, Hasipraya, Sanjasurya, Kamadiyangan, Aripura, Pasatra, Astapura, Karimun, Tarturaka, dan Medang Kamulan. Semua itu adalah di antara nama-nama kerajaan besar yang pernah ada dan sangat berjaya di negeri khatulistiwa ini – namun kini tidak diketahui lagi oleh banyak orang bahkah para ahli sejarah, tetapi masih tersimpan di beberapa tempat secara rahasia. Sementara Sriwijaya dan Majapahit, yang sering diagung-agungkan oleh sebagian orang sekarang, maka keduanya masih terbilang biasa saja bila dibandingkan dengan kerajaan besar yang pernah jaya di zaman dahulu itu.
Kejayaan yang pernah diraih oleh bangsa kita dulu itu tidak pernah ada campur tangan bangsa asing. Mereka hanya percaya kepada bangsanya sendiri, sehingga hanya membuat dan mengikuti hukum ketatanegaraan yang dibuatnya sendiri. Tidak pernah mereka mengadopsi buatan bangsa lain apalagi para penjajah, karena mereka memang mampu untuk membuat yang lebih baik dari seluruh bangsa di dunia. Bahkan sebenarnya, banyak bangsa di dunia yang justru mengadopsi hukum dan ketatanegaraan yang pernah berlaku di negeri Nusantara.
Bangsa-bangsa Eropa pernah mengadopsi hukum dan peraturan yang sudah dibuat oleh bangsa khatulistiwa ini. Semua itu terjadi pada masa-masa awal perhitungan Masehi, bahkan jauh sebelumnya. Karena ketika mereka masih tinggal di dalam goa atau gubuk kayu yang usang (primitif), bangsa Nusantara sudah memiliki kota-kota kerajaan yang besar. Tata lingkungannya modern dan bangunannya terbuat dari batu marmer atau bata yang tersusun rapi, bahkan atap rumahnya sudah menggunakan bahan dari perunggu, perak atau emas. Mereka pun sudah memiliki hukum ketatanegaraan yang jelas, yang menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Adapun di antaranya adalah yang sudah tertuang di dalam kitab hukum Dharmawangsa, Dharmasastra, Siwasasana, Adigama, Kutarasasta, Manawasastra dan Kutara Manawa. Sementara bangsa-bangsa di Eropa justru masih hidup dalam dunia kegelapan. Mereka baru mengenal hukum ketatanegaraan yang kongkret, memihak rakyat dan menjunjung hak asasi manusia untuk yang pertama kali sejak di tulisnya Magna Carta (Piagam Besar) di Inggris pada tanggal 15 Juni 1215 Masehi. Itupun hanya berisikan 8 buah pasal saja.
Sedangkan di Nusantara, contohnya pada masa Ratu Shima dari kerajaan Kalingga (sekitar abad ke 6-7 Masehi), maka orang Jawa sudah mengenal sekitar 172 pasal hukum ketatanegaraan. Sehingga dengan diterapkannya pasal-pasal hukum tersebut, maka khususnya masyarakat Kalingga sudah hidup dalam keteraturan dan kesejahteraan, bahkan keadilan sangat nyata dalam kehidupan sehari-hari. Buktinya saja putra dari Ratu Shima sendiri telah di potong tangannya – dalam versi lain kakinya – hanya karena ia pernah menyentuh barang milik orang lain tanpa izin. Selain itu, daerah wilayah kekuasaan kerajaan Kalingga meliputi 28 wilayah. Menurut Rouffaer, dalam menjalankan pemerintahannya raja atau ratu telah dibantu oleh 32 orang menteri, empat orang duduk di pusat kerajaan dan 28 orang lainnya berada di daerah-daerah.
1. Asal usul Ratu Shima
Shima adalah seorang penguasa di kerajaan Kalingga yang lahir pada sekitar tahun 611 Masehi di wilayah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan sekarang. Ia adalah isteri dari raja Kalingga yang bernama Kartikeyasingha (berkuasa tahun 648-674 Masehi). Ketika suaminya Prabu Kartikeyasingha wafat, Shima binti Hyang Syailendra bin Santanu (dari Malaya?) ini lalu naik tahta dengan gelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara.
Ayah dari Prabu Kartikeyasingha adalah raja Kalingga (berkuasa tahun 632-648 M). Sementara itu ibunda Prabu Kartikeyasingha berasal dari kerajaan Malayu Sribuja yang beribukota di Palembang. Raja Malayu Sribuja – yang dikalahkan oleh Sriwijaya tahun 683 Masehi – adalah kakak dari ibunda Prabu Kartikeyasingha.
Ratu Shima sendiri adalah putri dari seorang pendeta di wilayah Malayu. Ia adalah istri pangeran Kartikeyasingha (sebelum menjadi raja) yang merupakan keponakan dari raja di kerajaan Malayu Sribuja. Ia kemudian tinggal di daerah yang dikenal sebagai wilayah Adi Hyang (leluhur agung), atau yang sekarang bernama Dieng (di sekitar kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah). Perkawinan Kartikeyasingha dengan Shima lalu melahirkan dua orang anak, yaitu Parwati dan Narayana (Iswara).
2. Dinasti Arhilatara: Kebangkitan Kaum Mahusta
Pada masa pertengahan periode zaman ke-5 (Dwipanta-Ra) atau sekitar ±95.000.000 tahun yang lalu, hiduplah sebuah kaum yang bernama Mahusta. Dulu mereka tinggal di sebelah barat daya pulau Sumatera (kini berada di Samudera Hindia), tepat di sekitar pesisir lautan saat itu. Dulu wilayah itu masih berupa daratan yang sangat luas dan menyatu dengan pulau Jawa dan Sumatera sekarang. Bahkan semua wilayah Nusantara saat itu masih menyatu dengan daratan Asia, dan apa yang kita sebut sekarang dengan Laut China selatan masih belum ada, sebab disana masih terhampar luas hutan dan lembah. Di seputaran wilayah itu, hidup pula beberapa kaum atau kerajaan dengan saling berdampingan. Tetapi karena mendapat azab dari Tuhan, sebagian wilayah tersebut akhirnya tenggelam dan sekarang menjadi lautan yang luas.
Penyebutannya?
• Kaum Mahusta ini berasal dari kaum yang bernama Hartsa yang hidup selama ±2.750 tahun di wilayah sekitar Jawa Barat sekarang (pada waktu itu pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Benua Asia masih menyatu).
• Kaum Hartsa ini berasal dari kaum Haskula yang hidup selama ±3.800 tahun di wilayah Laut Taiwan sekarang.
• Kaum Haskula berasal dari kaum Camhoni yang hidup selama ±1.950 tahun di wilayah antara China dan pulau Taiwan sekarang.
• Kaum Camhoni berasal dari kaum Harturia yang hidup selama ±2.300 tahun di wilayah antara daratan Mongolia dan Russia sekarang.
• Kaum Harturia ini berasal dari kaum Kazlam yang hidup selama ±1.850 tahun di wilayah antara Pakistan dan India sekarang.
• Kaum Kazlam berasal dari kaum Sarkora yang hidup selama ±2.450 tahun di wilayah Jerman sekarang.
• Kaum Sarkora berasal dari kaum Yolmana yang hidup selama ±3.750 tahun di wilayah Turki sekarang.
• Kaum Yolmana berasal dari kaum Sakurasta yang hidup selama ±3.250 tahun di wilayah Iran sekarang.
• Kaum Sakurasta berasal dari kaum Tursika yang hidup selama ±3.000 tahun di wilayah India sekarang.
• Kaum Tursika berasal dari kaum Mundala yang hidup selama ±2.650 tahun di wilayah antara Pakistan dan Afganistan sekarang.
• Kaum Mundala berasal dari kaum Galza yang hidup selama ±8.000 tahun di wilayah antara Nepal dan India sekarang.
• Kaum Galza berasal dari kaum Yupira yang hidup selama ±4.375 tahun di wilayah antara China dan Mongolia sekarang.
• Kaum Yupira berasal dari kaum Salipo yang hidup selama ±3.252 tahun di wilayah antara Myanmar dan China sekarang.
• Kaum Salipo berasal dari kaum Pursiya yang hidup selama ±5.625 tahun di wilayah Korea Selatan sekarang
• Kaum Pursiya berasal dari kaum Parlusimha yang hidup selama ±11.242 tahun di wilayah China bagian utara sekarang
• Kaum Parlusimha berasal dari kaum Hatimurda yang hidup selama ±15.324 tahun di wilayah Jepang sekarang.
• Kaum Hatimurda berasal dari kaum Solas yang hidup selama ±21.000 tahun di sekitar wilayah Laos sekarang.
• Kaum Solas berasal dari kaum Halayu yang dulunya hidup selama ±25.000 tahun di wilayah Kambodia sekarang.
• Kaum Halayu berasal dari kaum Kulayu yang hidup selama ±33.000 tahun di wilayah Malaysia bagian barat sekarang.
• Kaum Kulayu berasal dari kaum Patsara yang hidup selama ±50.000 tahun di wilayah Jawa Tengah sekarang.
• Kaum Patsara berasal dari kaum Talmura yang hidup selama ±45.000 tahun di wilayah antara Brunai Darussalam dan Malaysia sekarang.
• Kaum Talmura berasal dari kaum Palgaos yang hidup selama ±65.000 tahun di wilayah Philifina sekarang.
• Kaum Palgaos berasal dari kaum Sartaru yang hidup selama ±45.000 tahun di wilayah antara Jepang dan Korea sekarang.
• Kaum Sartaru berasal dari kaum Parhija yang hidup selama ±33.000 tahun di wilayah China bagian tengah sekarang.
• Kaum Parhija berasal dari kaum Nazlab yang hidup selama ±70.000 tahun di wilayah Kazakhstan sekarang.
• Kaum Nazlab berasal dari kaum Balgula yang hidup selama ±32.456 tahun di wilayah antara Nepal dan China sekarang.
• Kaum Balgula berasal dari kaum Sahbarok yang hidup selama ±21.754 tahun di wilayah sekitar Myanmar sekarang
• Kaum Sahbarok berasal dari kaum Pulsitra yang hidup selama ±43.728 tahun di wilayah India sekarang.
• Kaum Pulsitra berasal dari kaum Amprusa yang hidup selama ±55.252 tahun di wilayah antara Afganistan dan Pakistan sekarang.
• Kaum Amprusa berasal dari kaum Tartika yang dulu hidup selama ±34.567 tahun di wilayah Iran bagian utara sekarang.
• Kaum Tartika berasal dari kaum Hartanta yang dulu hidup selama ±42.358 tahun di wilayah Kazakhstan sekarang.
• Kaum Hartanta berasal dari kaum Sapula yang dulu hidup selama ±21.345 tahun di wilayah Mongolia sekarang.
• Kaum Sapula berasal dari kaum Turhican yang dulu hidup selama ±12.348 tahun di wilayah China sekarang.
• Kaum Turhican berasal dari kaum Aspali yang dulu hidup selama ±76.215 tahun di wilayah antara Nepal dan China sekarang.
• Kaum Aspali berasal dari kaum Hinggira yang hidup selama ±50.112 tahun di wilayah India sekarang.
• Kaum Hinggira berasal dari kaum Lamari yang hidup selama ±37.721 tahun di wilayah Myanmar sekarang.
• Kaum Lamari berasal dari kaum Subirta yang hidup selama ±41.424 tahun di wilayah Thailand sekarang.
• Kaum Subirta berasal dari kaum Aspurata yang dulu hidup selama ±82.312 tahun di wilayah antara Malaysia dan Sumatera sekarang.
• Kaum Aspurata berasal dari kaum Astapura yang hidup selama ±99.000 tahun di wilayah Jawa Timur sekarang.
Dan begitulah seterusnya sampai berulang kali bolak-balik dari dan ke Nusantara, dan pada akhirnya sampai juga ke Ayahanda Adam AS yang hidup di masa periode zaman pertama (Purwa Duksina-Ra) di kota Bakkah/ Makkah.
Awalnya ini: Kaum Mahusta ini berasal dari kaum yang bernama Hartsa yang hidup selama ±2.750 tahun di wilayah sekitar Jawa Barat sekarang (pada waktu itu pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Benua Asia masih menyatu).
Akhirnya ini; Kaum Aspurata berasal dari kaum Astapura yang hidup selama ±99.000 tahun di wilayah Jawa Timur sekarang
Mahusta dan Aspurata.. Awal dan akhir
Jawa, Sumatra, Kalimantan , benua asia masih menyatu kan kira-kira Sundaland toh? awal mereka adalah Jawa timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar