Manusia pendek atau manusia kerdil yang kerap juga disebut sebagai manusia setengah siluman, yang ada di Kabupaten Kerinci, Sumatera, ternyata ada juga di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Dalam hal mana di Bone ini telah ditemukan pula manusia atau sekelompok suku yang tergolong primitive.
Suku Oni
Suku manusia kerdil ini dijuluki suku Oni. Suku Oni ini ditemukan tinggal di gua-gua yang terletak di pegunungan di wilayah sekitar Bone. Tempat ditemukannya kehidupan Suku Oni ini adalah sebuah desa di dusun Dekko Mappesangka Ponre kabupaten Bone. Dari Ibu Kota Watampone pergi ke lokasi ini sekitar 60 km dengan jarak berjalan kaki ditambah sekitar 3 mil. Suku Oni hidup di gua-gua di kawasan yang luas.
Menurut saksi mata, tinggi badan rata-rata suku Oni hanya sampai 70 Cm. Dengan fisik seperti manusia dengan wajah keriput terkesan seperti orang tua. Pakaian sehari-hari mereka terbuat dari kulit anyaman kayu dan dibentuk menjadi pakaian. Kebutuhan sehari-hari, mereka hanya bergantung pada buah-buahan yang berada di hutan di sekitar pemukiman mereka.
Karena tempat tinggal mereka dalam gua, maka untuk menemukan atau berjumpa dengan mereka, kita harus masuk ke dalam gua. Gua juga sangat kecil, dan manusia berpostur besar dan tingggi tidak bisa masuk ke dalam gua, tempat tinggal mereka.
Karena hanya orang berpostur tubuh kecil dan pendek yang bisa melewati mulut gua yang sangat sempit. Bagian dalam gua itu sangat luas dengan bentuknya yang bertingkat. Oleh karena mereka ahli tinggal dalam gua dan sudah menjadi tempat tinggal mereka, sehingga dalam gua itu dibuat sangat luas untuk bisa bergerak lebih leluasa.
Di gua suku Oni, ada banyak hal-hal menakjubkan. Berdasarkan sejumlah pengalaman dari orang yang pernah berkunjung ke suku ini dan masuk ke dalam gua, menceritakan bahwa di dalam gua, ada kursi yang terbuat dari batu, furnitur Rumah Tangga seperti piring, teko, cangkir dan mangkuk, juga ada saja semua jenis barang unik yang alami bahkan ada berlapis emas.
Kita pun tidak tahu kenapa perabot yang mereka pakai itu terbuat dari emas. Ini mungkin mereka pernah hidup dan dekat dengan orang-orang kerajaan tua dulu kala, atau mereka ketemukan dalam gua-gua itu. Karena dari sejarahnya, mereka jelas tidak memiliki kemampuan atau keahlian untuk menciptakan keramik berlapis emas atau berbahan dasar emas.
Uhang Pandak
Orang Kerdil atau Uhang Pandak di Kerinci Jambi, yang hingga kini masih penuh dengan misteri itu, pernah dilacak dan diusahakan untuk ditangkap supaya dapat dijadikan sebagai bahan kajian ilmiah.
Hasilnya, setelah dilakukan sejumlah penelitian dan aksi ekspedisi, tetapi tidak diketahui keberadaannya. Kehadiran Orang Kerdil berkaki terbalik itu, tak ubahnya dengan makhluk gaib yang sulit dilacak dengan menggunakan kemampuan manusia atau teknologi dan ilmu pengetahuan ilmiah.
Pelacakan Orang Pendek ini misalnya, pernah masuk ke dalam salah satu studi Cryptozoology. Ekspediasi pencarian Orang Pendek sudah beberapa kali dilakukan di Kawasan Kerinci, salah satunya adalah ekspedisi yang di danai oleh National Geographic Society.
National Geographic sangat tertarik mengenai legenda Orang Pendek di gunung Kerinci, Jambi. Bahkan, beberapa peneliti telah mereka kirimkan ke sana untuk melakukan penelitian mengenai makhluk tersebut.
Adapun cerita mengenai Uhang Pandak pertama kali ditemukan dalam catatan penjelajah gambar jejak, Marco Polo, 1292, saat ia bertualang ke Asia.
Walau diyakini keberadaannya oleh penduduk setempat, makhluk ini dipandang hanya sebagai mitos belaka oleh para ilmuwan, seperti halnya "Yeti" di Himalaya dan monster "Loch Ness" Inggris Raya.
Sejauh ini, para saksi yang mengaku sudah beberapa kali melihat Orang Pendek dan menggambarkan tubuh fisiknya sebagai makhluk yang berjalan tegap (berjalan dengan dua kaki), tinggi sekitar satu meter (diantara 85 cm hingga 130 cm), dan memiliki banyak bulu diseluruh badan.
Mereka berjalan tegak dan berkaki terbalik. Bahkan tak sedikit pula yang menggambarkannya dengan membawa berbagai macam peralatan berburu, seperti semacam tombak.
Menurut cerita, orang-orang dari suku Anak Dalam, salah satu suku asli yang memiliki ilmu gaib yang tinggi itu pun sulit menangkap uhang pandak ini. Bahkan, orang-orang dari suku Anak Dalam ini pun pernah dibuat putus asas karena selalu gagal menangkap uhang pandak alias orang kerdil ini.
Ada catatan di mana pada awal tahun 1900-an, pernah ada kesaksian Mr. Van Heerwarden di tahun 1923. Van Heerwarden adalah seorang zoologiest, dan di sekitar tahun itu ia sedang melakukan penelitian di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Dalam catatan itu dikatakan, ia menuliskan mengenai pertemuannya dengan beberapa makhluk gelap dengan banyak bulu di badan. Tinggi tubuh mereka ia gambarkan setinggi anak kecil berusia 3-4 tahun, namun dengan bentuk wajah yang lebih tua dan dengan rambut hitam sebahu.
Dua orang peneliti dari Inggris, Debbie Martyr dan Jeremy Holden sudah lama mengabadikan dirinya untuk terus-menerus melakukan ekspedisi terhadap eksistensi Orang Pendek. Namun, sejak pertama kali mereka datang ke Taman Nasional Kerinci di tahun 1990, hasil yang didapat masih jauh dari kata memuaskan.
Lain dengan peneliti lainnya, Debbie dan Jeremy datang ke Indonesia dengan di biayai oleh Organisasi Flora dan Fauna Internasional. Dalam ekspedisi yang dinamakan “Project Orang Pendek” ini, mereka terlibat penelitian panjang di sana.
Secara sistematik, usaha-usaha yang mereka lakukan dalam ekspedisi ini antara lain adalah pengumpulan informasi dari beberapa saksi mata untuk mengetahui lokasi-lokasi dimana mereka sering dikabarkan muncul. Kemudian ada metode menjebak pada suatu tempat, dimana terdapat beberapa kamera yang selalu siap untuk menangkap aktivitas mereka. Namun, akhirnya rasa putus asa dan frustasi selalu menghinggap di diri mereka, ketika hasil ekspedisi selama ini yang mereka lakukan, belum mendapat hasil yang memuaskan alias nihil.
Sisa Australopithecus Atau Homo Floresiensis?
Beberapa pakar Cryptozoology mengatakan, bahwa Orang Pendek mungkin memiliki hubungan yang hilang dengan manusia. Apakah mereka merupakan sisa-sisa dari genus Australopithecus?
Ciri-ciri fisik spesies ini sangat mirip dengan penggambaran mengenai Orang Pendek, mereka memiliki tinggi badan tidak lebih dari satu seperempat meter, berjalan tegak dengan dua kaki, dan telah dapat mengembangkan perkakas/alat berburu sederhana, serta telah mampu menciptakan api.
Diperkirakan hidup antara 35000 – 18000 tahun yang lalu.
Apakah keberadaan “Uhang Pandak” benar-benar merupakan sisa-sisa dari Homo Floresiensis yang masih dapat bertahan hidup? Secara jujur, para peneliti belum dapat menjawabnya. Peneliti mengetahui, bahwa setiap saksi mata yang berhasil mereka temui mengatakan, lebih mempercayai Orang Pendek sebagai seekor binatang.
Debbie Martyr dan Jeremy Holden, juga mempertahankan pendapat mereka, bahwa Orang Pendek adalah seekor siamang luar biasa dan bukan hominid. Terlepas dari benar tidaknya mereka adalah bagian dari makhluk halus, binatang, atau pun ras manusia yang berbeda. Dunia tentunya masih menyimpan misteri tentang mereka yang harus terus dilakukan penelitian keberadaannya. Intinya, meski manusia modern saat ini sudah begitu tinggi ilmu pengetahuan dan teknologinya, namun ternyata masih kalah dengan ilmu gaib yang dimiliki Orang Pendek di Kerinci.
*Masa iya, tetapi itulah yang terjadi…* 🍃🍃😁😁
💫💫💫💫💫
Dari berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar