Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Adalah bunyi dari sila kedua PANCASILA. Kedengarannya menarik, dan indah di telinga.
Mengangkat kata manusia yang sejatinya di-manusia-kan atau diperlakukan sebagaimana harus dan mestinya MANUSIA.
Allah pun memuliakan manusia, Dia lebihkan manusia dari kebanyakan makhluq yang telah diciptakan-NYA. Bahkan kemuliaan yang begitu agung adalah Allah memerintahkan malaikat dan jin untuk sujud kepada Adam (manusia).
Bukankah itu kemuliaan yang luar biasa, untuk makhluq yang diciptakan dari tanah liat, dan dari air mani yang hina ??
Lihatlah bagaimana Allah, memperlakukan manusia secara adil, lihatlah bagaimana Allah yang Maha Mulia memuliakan manusia yang diciptakannya dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Maka kemanusiaan sejatinya adalah memanusiakan manusia, dengan perlakuan yang adil.
Lantas, seperti apakah ADIL itu ??
Adil dalam perspektif al Qur'an, adalah menempatkan sesuatu sesuai fungsi dan tugasnya. Contoh dalam al Qur'an disebutkan,
• Laki-laki adalah pemimpin kaum perempuan. Tidak adil jika... Perempuan memimpin kaum lelaki.
• Berjudi, meminum minuman keras, adalah perbuatan syethan. Tidak adil... Jika manusia mengerjakan perbuatan syethan.
Dan banyak contoh-contoh lainnya yang disebutkan dalam al Qur'an.
Oleh karena itu, sejatinya keadilan bagi manusia adalah menyesuaikan diri dengan definisi keadilan versi al Qur'an. Dari sanalah akan lahir manusia-manusia yang beradab, yang pada akhirnya akan mampu menciptakan peradaban.
Jika hari ini Indonesia belum mampu menciptakan peradaban, maka tananyakanlah ke dalam lubuk sanubari paling dalam;
(1). Sudahkah kita memuliakan manusia ?
(2). Keadilan versi siapakah yang selama ini kita anut ?
_wallahu a'lam bi shawab_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar