Bagi orang-orang yang benar-benar meneliti gerakan ini maka akan faham, bahwa NII KW-9 bukanlah benar-benar memperjuangkan Negara Islam sebagaimana SM Kartosoewiryo dan sebagaimana yang digembar-gemborkan di internal NII KW-9 sendiri, karena mereka yang gembar-gembor (aparat NII KW-9) sendiri pada hakikatnya adalah korban juga yang sama sekali tidak mengetahui grand design dari gerakan NII KW-9 ini. Justru berdirinya NII KW-9 ini adalah upaya intelejen Rezim Orde Baru untuk mempertahankan sekulerisme Pancasila.
Caranya, target untuk masyarakat umum (eksternal) yang tidak terekrut menjadi jemaah NII KW-9 adalah terdistorsinya pemikiran masyarakat bahwa NII itu negatif, NII itu rampok, ahli takfir, dsb. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah pengaburan pemahaman. Sementara target untuk mereka yang terekrut (internal) adalah meruntuhkan semangat (ghirah) pemuda/i Muslim untuk menegakkan syariat Islam, yakni dengan mendoktrin bahwa NII (KW-9) itu ingin menegakkan negara Islam, bahwa jika di luar NII itu kafir, maka NII KW-9 ini adalah wadah bagi pemuda/i yang memiliki ghirah untuk memperjuangkan Islam.
Setelah pemuda/i itu yakin akan kebenaran doktrin2 NII KW-9 itu, maka di internal NII KW-9 dibuatlah program-program yang memberatkan dengan penafsiran-penafsiran baru yang logis, namun sebenarnya sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Tujuannya adalah melemahkan kembali semangat menegakkan syariat yang sebelumnya digembar-gemborkan. Ini diibaratkan kita diajari terbang sangat tinggi, namun setelah kita mampu terbang tinggi sayap kita sengaja dipatahkan.
Efeknya bagi NII (asli) adalah dalam hal pencitraan. Sekarang jika orang bicara NII, maka yang timbul dalam perspektif masyarakat awam adalah NII KW-9 (Al-Zaytun) nya Panji Gumilang, yang pake infak wajib, yang nggak wajib shalat, dll. Padahal NII yang asli tidak begitu. Sedangkan efek bagi si Korban ada 2, tergantung dari karakter si korban itu sendiri, apakah dia kritis selama menjadi jemaah atau pasif. Karakter Kritis Karakteristik ini sebenarnya tidak diharapkan untuk direkrut oleh NII KW-9 karena dianggap membahayakan, walau oleh aparat NII KW-9 karakter kritis ini digambarkan sebagai sosok yang “belum faham”. Bagi mereka yang kritis ketika aktif menjadi jemaah dia akan bersikap kritis mengenai dalil-dalil yang dianggap menyimpang, seperti tidak wajib shalat, dll. Dan alasan mereka keluar pun karena keyakinan, bahwa yang mereka jalani di NII KW-9 itu salah dan menyimpang dari ajaran Islam. Umumnya bekas korban dengan karakter seperti ini setelah keluar akan bersikap melawan karena merasa memiliki tanggung jawab agar orang lain tidak sampai terjerumus ke NII KW-9. Bahkan banyak yang menjadi aktifis ormas Islam untuk menuntut pengusutan masalah NII (gadungan) ini, dan semakin keras suara mereka menyerukan syariat Islam, karena mereka menyadari ada yang tidak beres dalam negara ini terkait NII KW-9. Karakter Pasif Sementara mereka yang pasif, tidak kritis mereka akan menerima mentah-mentah doktrin yang disampaikan oleh aparat-aparat NII KW-9. Mereka sepenuhnya meyakini kebenaran doktrin-doktrin NII KW-9. Disuruh tidak bertanya ke orang lain (ulama) mereka menurut, disuruh tidak membaca buku-buku di luar lingkup NII mereka juga menurut. Akibatnya ketika mereka keluar dari NII KW-9 bukan karena keyakinan, malinkan karena tidak sanggup menjalankan aktivitas yang ada dalam NII KW-9 ini.
Sementara dalam hati mereka masih meyakini bahwa ajaran NII KW-9 itu yang benar. Akibatnya setelah keluar mereka merasa dirinya kafir karena telah keluar dari “Islam yang benar”, yaitu NII KW-9. Banyak di antara mereka yang meninggalkan shalat, enggan ikut-ikut pengajian, dan yang paling dianggap berhasil adalah menurunnya ghirah perjuangan mereka dalam menegakkan syariat Islam, bahkan menjadi antipati mendengar syariat Islam dan Negara Islam. Karakter ke-2 inilah yang sebenarnya diharapkan sebagai output oleh NII KW-9 (baca : intelejen). Tujuannya tidak lain adalah mempertahankan sekulerisme Pancasila dengan mencuci otak pemuda-pemuda Islam yang memiliki semangat tinggi menegakkan Islam sehingga menjadi anti terhadap apa yang sebelumnya diperjuangkan.
AL-ZAYTUN DAN HENDROPRIYONO
A. Siapa AS (Abdus Salam) Panji Gumilang alias Abu Toto?
Menurut Abduh dalam buku – Pesantren Al Zaytun Sesat – Darul Falah 2001 dan Al-Zaytun gate – LPDI 2002, buku Al Chaidar serta hasil penelitian tim MUI dan Depag – Feb 2004 antara lain mengetengahkan : Berdasarkan wawancara Harian Pelita saat berkunjung ke Ma’had Al-Zaytun kurang lebih satu bulan sebelum diresmikan BJ Habibie (27 Agustus 1999), AS (Abdus Salam) Panji Gumilang sempat menyatakan dirinya adalah pria kelahiran Indramayu. Dalam kesempatan lain, kepada sahabatnya di Dewan Dakwah Islamiyah dan Rabithah Alam Islami (Ustadz Rani Yunsih) Abdus Salam Rasyidi alias Abu Toto mengaku sebagai pria kelahiran Banten. Pada kesempatan BKSPPI mengadakan musyawarah di Ma’had Al-Zaytun tahun 1999, Kyai Khalil Ridlwan sempat menanyakan nama asli, alamat di Jakarta dan nomor HP AS Panji Gumilang, ia hanya menjawab: ”… nanti juga tahu.” Padahal Abu Toto dan Kyai Khalil Ridlwan adalah teman sekelas (satu angkatan) ketika menjadi santri di Pondok Modern Gontor, Ponorogo.
Berdasarkan testimoni beberapa nama yang dicantumkan Al Chaidar dan Umar Abduh dalam bukunya, yang semuanya mengaku pernah terlibat dan bersama-sama dengan Abu Toto, Abu Ma’ariq atau Toto Salam dalam gerakan NII KW-9, termasuk Al Chaidar sendiri, sebenarnya telah cukup sebagai dasar yang kuat untuk alat bukti, baik dari sisi hukum maupun sisi barang bukti dan persaksian, bahwa yang bernama AS Panji Gumilang yang kini menjadi Syaikh Ma’had Al-Zaytun dan foto close up maupun postur penuh dirinya yang terpampang di berbagai media massa, itulah Abu Toto, atau Toto Salam atau Abu Ma’ariq, Imam KW-9 yang dimaksud dalam testimoni mereka. Demikian halnya dengan Ma’had Al-Zaytun, ma’had itulah salah satu pembangunan yang dimaksudkan, selain untuk pembangunan asykariyah (ketentaraan dan persenjataan) dan lembaga formal struktural NII, dalam gerakan pengumpulan dana, melalui istilah harakat Qurban, harakat Ramadlon, Infaq, Shadaqah, Qiradl, Istighfar dan lain sebagainya.
Identitas, Asal Usul dan Sepak Terjang AS Panji Gumilang Menurut hasil investigasi tim Penulis buku Pesantren Al-Zaytun Sesat ke Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, maupun investigasi ke kampung halaman isterinya di Menes (Pandeglang, Banten) yang ditinggalkan sejak tahun 1994, data identitas asli diri AS Panji Gumilang telah diperoleh dan bisa dipastikan nama maupun asal-usulnya, maupun perjalanan serta kariernya.
1. Nama asli : Abdul Salam bin Rasyidi Nama alias : Prawoto, Abu Toto, Toto Salam, Syamsul Alam, Syamsul Ma’arif, Nur Alamsyah, Abu Ma’ariq, Panji Gumilang – Syaikh Ma’had Al-Zaytun.
2. Tempat/tanggal lahir : Desa Dukun, Sembung Anyar, Gresik, 27 Juli 1946.
3. Pendidikan : SR (Sekolah Rakyat), Lulus Tahun 1958/9 Siswa Pondok Modern Gontor, masuk Tahun 1961. Mahasiswa Fak. Adab IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
4. Istri : Khotimah Binti Efendy Said alias Maysaroh
5. Lahir : Menes, 25 April 1944.
6. Lulus : Tsanawiyah Mathla’ul Anwar Th 1963. Pegawai Negeri, yang ditugaskan sebagai Guru di Perguruan MA (Mathla’ul Anwar) Menes Pandeglang.
7. Anak-anak : Imam Prawoto, Wushtho, Iwan, Anis dan 2 adiknya. Gelar Abu Toto sendiri menurut para mantan kawannya di KW9 adalah mengambil bagian belakang nama tokoh Masyumi Prawoto Mangkusasmito yang pada saat dibai’at sebagai nama samaran Abdus Salam atas permintaan sendiri dan akhirnya ketika anak pertamanya lahir diberi nama Imam Prawoto. Adapun beberapa anak Abu Toto seperti Imam Prawoto kini menjabat sebagai sekretaris Yayasan Pesantren Indonesia Ma’had Al-Zaytun. Sedangkan Anis bt Abdul Salam kini juga menjadi Guru di Ma’had Al Zaytun.
8. Pengalaman Organisasi dan Sepak Terjang Abu Toto :
– Menjadi anggota Perguruan Mathla’ul Anwar dan menjadi guru ‘Aliyah sejak tahun 1969/70 di Menes. Dan menjadi anggota HMI sejak kuliah di IAIN Ciputat.
– Tahun 1971 -1978 Anggota / Ketua GPI Cabang Menes, Pandeglang,Banten.
– Tahun 1978 dibai’at menjadi anggota NII KW9 sebagai mas’ul Imarah (Pendidikan) dan berganti nama menjadi Prawoto.
– Tahun 1978 ditahan Laksusda Bandung (selama 8 bulan), dalam kasus GPI (SU MPR) dan keluar pada tahun yang sama.
– Tahun 1979 meminta surat tugas dakwah sebagai muballigh Rabithah Alam Islami ke negeri Sabah Malaysia atas rekomendasi Pak Natsir Alm. Pada tahun ini ia non aktif dari organisasi Perguruan Mathla’ul Anwar.
– Tahun 1981-1987 menjadi buron sekaligus menjadi Da’i/ Muballigh di Sabah Malaysia sambil membawa lari dana (kas) NII sebesar Rp 2 miliar. Pada waktu penggerebegan di rumahnya di Menes Pandeglang telah ditemukan dokumen Marxisme cetakan Libya serta buku DaS Capital. Sejak itu Abdul Salam oleh aparat setempat dianggap terlibat dalam gerakan PKI.
– Tahun 1987 atas komitmen Himawan Sutanto yang saat itu sebagai pejabat atase militer RI di Malaysia. Abu Toto kembali dari Sabah Malaysia, langsung bergabung kembali dengan NII KW-9/LK (Lembaga Kerasulan) pimpinan H Abdul Karim untuk di daerah Menes, Pandeglang (Banten), dengan nama panggilan Syamsul Alam atau Abu Toto alias Toto Salam.
– Tahun 1989, Abu Toto secara langsung di bawah struktur H. Abdul Karim, Komandan KW-9 (bertugas sebagai kepercayaan H Karim).
– Tahun 1990, diangkat sebagai orang ke-3 dalam struktur KW-9 membidangi urusan penggalian dana ummat.
– Tahun 1993, mengangkat diri sebagai Mudabir bin Yabah (pejabat sementara) Komandan tertinggi KW-9. Nama panggilan (gelar) diganti Abu Toto atau Abu Ma’arif (Abu Ma’ariq) dan mulai membuat aturan serta paham atau ta’wil baru terhadap fiqh maupun tafsir dan syari’at melalui qoror-qoror. Pada tahun ini memberlakukan program pembuatan KTP NII yang dihargakan sebesar Rp 500 ribu untuk setiap warga, namun sampai sekarang tidak ada realisasinya sedang uang yang telah disetor tidak ada kabar beritanya.
– Tahun 1994 untuk kedua kalinya digerebeg aparat Kodim, namun Toto Abdus Salam lolos dari penangkapan, sejak saat itu rumahnya di Menes ditinggalkan sampai sekarang dalam keadaan rusak, namun tetap dijaga salah seorang keponakannya. Namun dalam masa pelarian itulah Abu Toto justru memperoleh suntikan dana besar dari Cendana melalui ICMI sebanyak 1,3 Trilliun rupiah.
– Tahun 1996, diangkat Adah Djaelani, menggantikan posisi ke Imamahan dirinya dalam struktur NII (sekalipun Toto pada dasarnya sama sekali tidak memiliki latar belakang garis maupun latar kesejarahan pada struktur NII)
– Tahun 1997, mencanangkan pembangunan Ma’had Al-Zaytun. Berganti gelar (Abdus Salam) AS Panji Gumilang, nama Abu Toto tidak dipakai lagi
– Tahun 1999, menjadi Syaikh Al Ma’had Al-Zaytun.
– Tahun 2001, mendapat gelar Prof dan Ph.D yang konon diperoleh dari Universitas di New Zealand.
– Tahun 2002 didaulat menjadi Ketua Perhimpunan alumnus IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
– November 2003 ikut serta dalam deklarasi pendirian Partai Karya Peduli Bangsa (Partai Antek Soeharto) pimpinan HR, Hartono dan Tutut.
– Maret 2004 AS Panji Gumilang selaku Syaikhul Ma’had Al-Zaytun dan sebagai pimpinan tertinggi gerakan NII menetapkan, seluruh anggota dan keluarga dari warga NII dan segenap komunitas Ma’had Al-Zaytun wajib mendukung dan memberikan suara kepada partai PKPB dalam pemilu 5 April 2004.
Penulusuran lebih detil dan akurat terhadap Abu Toto Abdus Salam AS Panji Gumilang dilakukan tim Abduh hingga ke desa tanah kelahirannya, Gresik, tepatnya di kelurahan Sembung Anyar, Abu Toto Abdus Salam, sejak ia menjadi Syaikh Al-Ma’had Al-Zaytun di Haurgeulis Indramayu, masyarakat Sembung Anyar memanggil sebagai Syaikh. Sedang di kelurahan tersebut nama H. Imam Rasyidi (alm) orang tua Abu Toto dikenal masyarakat luas hingga tukang ojek. Nama H. Imam Rosyidi diabadikan menjadi nama sebuah jalan desa yang membentang di depan rumah mendiang ayah Abu Toto. Menurut Abdul Wahib Rasyidi, Kepala Desa Sembung Anyar yang juga adik kandung Abu Toto Abdus Salam, seluruhnya biaya pembangunannya berasal dan Abu Toto Abdus Salam (AS) Panji Gumilang, Syaikh Al-Ma’had Al-Zaytun.
Data empiris di lapangan berkenaan dengan asal usul struktur, ajaran dan eksistensi, kiprah Gerakan NII Al Zaytun atau NII faksi AS Panji Gumilang serta berbagai dampak yang ditimbulkan. Menurut Buku Abduh antara lain sebagai berikut :
– Kelompok LK (Lembaga Kerasulan) ini lahir tahun 1985 dibidani oleh elite sempalan NII KW IX (yakni H.A. Karim Hasan, H.M. Rais Ahmad dan Nurdin Yahya alias Tsabit = pembaharu paham aliran Isa Bugis yang telah dinyatakan terlarang oleh Kejagung RI) yang menyatakan lepas dari struktur kepemimpinan Adah Djaelani.
– Tahun 1987 kelompok LK kembali memakai nama, struktur dan eksistensi gerakan NII Komandemen Wilayah IX (KW IX). Namun tetap dengan paham aliran Isa Bugis setelah Abu Toto bergabung kembali ke dalam gerakan tersebut, setelah mendapat restu A dah Djaelani yang sedang berada di LP Cipinang.
– Tahun 1990 H. Abdul Karim mencanangkan, eksistensi KW IX sebagai pusat gerakan dan Ummul Quro (Ibukota dan pusat gerakan) NII. Dan mensosialisasikan gerakan maupun struktur KW IX kepada seluruh warga atau anggota NII yang ada di wilayah lain sehingga mereka berhasil mencaplok sebagian Wilayah I (Priangan Timur), Wilayah VII (Priangan Barat), Wilayah II (Jawa Tengah) dan Wilayah III (Jawa Timur) sebagian terpengaruh dan akhirnya malah menerima keberadaan NII KW IX. Akan tetapi kelompok NII di bawah kepemimpinan Ajengan Masduqi dan Abdullah Sungkar menolak.
– Tahun 1992 NII KW IX beralih kepemimpinan kepada Abu Toto. Abu Toto secara langsung mencanangkan program rekruitmen angggota dan pengerahan dana ummat secara besar-besaran untuk pembangunan basis Negara Islam Indonesia atau Madinah II.
– Tahun 1994 menetapkan pembangunan pondok pesantren Ma’had Al-Zaytun sebagai kedok (tameng) bagi basis keberadaan Negara Islam Indonesia atau Madinah II di Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat, dan mulai membangun jaringan lobby dengan ICMI, BPPT dan lembaga resmi pemerintah seperti Departemen Agama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, serta dari unsur setingkat Muspida hingga setingkat Gubernur dan seterusnya. Selanjutnya mereka melakukan program pembebasan tanah di daerah tersebut dan mengiringinya dengan melancarkan pelaksanaan program ekonomi NII dengan menyelengga -rakan perusahaan industri beras dan penggilingan padi di sekitar kota Purwakarta. Subang, Indramayu dan Cirebon.
– Oktober 1996 NII versi KW IX di bawah kepemimpinan Abu Toto mendapat-pengesahan formal (melalui proses pembai’atan dan pelimpahan kekuasaan kepemimpinan NII) dari Adah Djaelani selaku Imam dan Panglima Tertinggi NII saat itu.
– Tahun 1997 mencanangkan mega proyek Al-Zaytun sebagai mercusuar yang diharapkan mampu memancarkan nur Negara Islam Indonesia (versi NII KW IX) demi memperoleh simpati dan membangun citra (image). Melalui mercusuar ini mereka bermaksud membangun emosi dan keterlibatan aktif masyarakat untuk diformat sebagai obor-obor NII (artinya bukan diformat sebagai anggota namun masih dalam taraf dijadikan sebagai simpatisan yang fanatik), dan kelak diharapkan dapat membantu terciptanya jaringan yang kuat gerakan NII di seluruh strata masyarakat Indonesia dan dunia sebagai obor-obor NII atau bahkan boleh jadi malah ingin langsung menjadi anggota NII.
– Tahun 1999 Abu Toto mencanangkan sebagai awal pembelajaran santri angkatan pertama Ma’had Al-Zaytun, dan memprogram obsesi peresmian pembukaan Ma’had tersebut oleh Presiden BJ Habibie dan mendeklarasikan diri sebagai Syaykhul Ma’had terbesar se Asia Tenggara serta merubah identitas dirinya menjadi AS Panji Gumilang setelah sebelumnya memiliki banyak nama, antara lain Abu Bakar, si Orok, kemudian menjadi Abu Ma’ariq, Syamsul Ma’arif, Syamsul Alam, Nur Alamsyah, Abu Toto, Toto Salam, dan Prawoto. Padahal nama aslinya sendiri adalah Abdul Salam bin Rasyidi.
– 1 Muharram 1421 H atau 16 Maret tahun 2000 Abu Toto mencanangkan program pembangunan masjid Rahmatan lil Alamin (masjid termegah di Asia Tenggara dengan luas bangunan 99 x 99 sebanyak 6 lantai mampu menampung jama’ah sebanyak 100 ribu jama’ah dan akan diselesaikan selama 1000 hari dengan biaya sebesar Rp 100 Milliar.
– Tahun 2001 memperoleh gelar Professor dari Canada University dan gelar Master Phd dari universitas di negeri New Zealand.
– Tahun 2001 dari struktur NII faksi Al Zaytun AS Panji Gumilang, sekitar 20 % dari kader inti faksi Abu Toto memisahkan diri, pemisahan tersebut dipimpin oleh Insan Hadid (menantu Adah Djaelani) yang sempat menjabat sebagai Mensesneg NII, selanjutnya bergabung kepada faksi Tahmid Rahmat Basuki. Sebuah upaya pembuktian terhadap eksistensi As Panji Gumilang dan gerakan yang dipimpinnya dalam bentuk lembaga pendidikan Ma’had Al-zaytun dan oranisasi NII-NKA (Negara Islam Indonesia- Negara Kurnia Allah)
POROS BENANG MERAH BUKTI INTEGRALITAS GERAKAN NII POROS ANTARA MA’HAD AL ZAYTUN DENGAN TOKOH-TOKOH STRUKTUR NII KOMANDO ADAH DJAELANI TH 1978-1996
Bila masyarakat menginginkan dan meminta bukti ada tidaknya hubungan keterkaitan yang bersifat integral antara Ma’had al Zaytun dengan NII KW IX maupun dengan NII Adah Djaelani Tirtapraja bentukan Bakin –Ali Murtopo dan Soeharto maka selayaknya kita mampu merunut secara pasti perjalanan gerakan maupun proses yang dilalui oleh para tokoh person atau para oknum yang kini secara inclusif maupun eksclusif berperan secara aktif di Ma’had Al Zaytun sekarang ini beserta data-data kesejarahan mereka.
Tokoh Al Zaytun sejak dari urutan yang terdepan hingga yang paling buncit selayaknya kita kenali secara cermat dan obyektif, dan selanjutnya kita renda data maupun informasi yang valid tersebut dalam bentuk sketsa hingga sampai kepada kesimpulan yang pasti. Untuk itu kita perlu mengenali tokoh terkemuka Ma’had Al Zaytun, yang memiliki “Dasa Nama dan Dasa Muka” sebagaimana yang juga telah diketengahkan di buku Abduh yang pertama tentang Al Zaytun.
– Syaykh AS Panji Gumilang sebagai pria berperawakan tinggi besar (tinggi badan 190 cm dengan berat badan 105 kg) dan berkulit agak gelap, adalah asli putra daerah kelahiran desa Sembung Anyar, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur : 27 Juli 1946. Tamat Sekolah Rakyat di Gresik tahun 1959, masuk Pondok Modern Gontor tahun 1961 dan memperoleh gelar kesarjanaan fakultas Adab IAIN Ciputat, Jakarta tahun 1969. Lantas sempat menjadi guru Aliyah di Perguruan Mathla’ul Anwar, Menes, Pandeglang, Banten selama 8 tahun dan berhenti di tahun 1978.
– AS Panji Gumilang terlahir bernama Abdus Salam bin Rasyidi, berganti dengan nama Prawoto ketika menyatakan bai’at dan bergabung dengan gerakan NII Wilayah IX pimpinan Seno alias Basyar (alm) tahun 1978 dan diangkat sebagai pejabat mas’ul jajaran Imarah untuk daerah Banten. Pernah di tahan di POMDAM Bandung selama 8 bulan dalam kasus GPI (Gerakan Pemuda Islam dalam peristiwa SU-MPR th 1978). Dalam tahanan Abdus Salam berempat dengan Shaleh As’ad, Ating dan Mursalin Dahlan maka sejak itulah si Orok panggilan akrab Prawoto di tahanan Pomdam Bandung ketika masih bertubuh kurus berubah menjadi fundamentalis NII. Pada tahun berikutnya semakin radikal setelah dekat dengan para elite NII seperti Adah Djaelani, Aceng Kurnia, Tachmid Rahmat Basuki Kartosuwiryo, Toha Machfudz dan lain-lain saat buron dalam kasus tertangkapnya Hispran (H. Ismail Pranoto dan 23 tokoh komandemen gerakan NII di Jawa Timur awal Januari tahun 1977 yang dikenal dengan nama Komando-Jihad.
– Saat giliran tertangkapnya para tokoh elite NII Adah Djaelani cs maupun elite NII Wilayah IX, Seno dan H. Abdul Karim Hasan cs yang berlangsung secara bersamaan pada Agustus tahun 1981 di Jakarta, Prawoto Abdus Salam berhasil kabur dan buron ke negeri Sabah Malaysia dengan membawa dana jama’ah, yang menurut sahabatnya berjumlah 2 milliar rupiah. Namun ketika berada di Sabah tersebut Prawoto mengaku sebagai pengusaha kayu dan besi tua yang bangkrut. Prawoto alias Abdus Salam Rasyidi dalam menjalani masa buron tersebut seringkali mondar mandir Banten-Jakarta-Sabah. Adapun tempat singgah Prowoto Abdus Salam Rasyidi di Jakarta adalah di rumah kediaman Ustadz Rani Yunsih, Bidara Cina, Cawang. Sedangkan untuk ongkos tiket kembali ke Sabah seringkali dicukupi oleh HM Sanusi (alm) jalan Bangka Mampang. Dukungan itu baru dihentikan ketika HM Sanusi terkena mushibah ketika dijebloskan ke penjara rezim ORBA melalui kasus Bom BCA.
– Prawoto Abdus Salam kembali ke rumahnya di Menes, Pandeglang, Banten tahun 1987 dan kembali bergabung dengan H. Abd Karim Hasan, M. Ra’is Ahmad dan Nurdin Yahya dalam kelompok gerakan NII LK (Lembaga Kerasulan). Tahun 1990 Toto Salam nama panggilan barunya dipercaya H Karim, Komandan I Wilayah IX untuk menjadi Ka Staf I Wil IX, dan tahun 1992 Toto Salam melakukan kudeta internal di Wil IX saat di bawah Komando H. Mohammad Ra’is Ahmad. Selanjutnya Toto Salam menobatkan diri menjadi Komandan Tertinggi NII (Dengan status atau catatan bersifat Mudabir bin yabah) dan menetapkan wilayah IX sebagai Ummul Qura (Ibu Kota) NII. Nama baru pun dibuat, diantaranya adalah Syamsul Alam, Nur Alamsyah, Syamsul Ma’arif, Abu Toto, Toto Salam dan Abu Ma’ariq (nama yang terakhir ini digunakan untuk membuka Bank Account – nomor rekening – pada Bank CIC, tempat kelompok ini menyimpan dana jama’ah). Namun menurut berbagai sumber dikalangan LSM keberadaan Abu Toto As Panji Gumilang di Bank CIC justru menempati deretan elite sebagai pejabat pada Bank tersebut dalam rangka mengelola dana keluarga Soeharto, data lain menunjukkan bahwa Abu Ma’ariq memiliki saham di CIC sebanyak 115 Milliar rupiah. Termasuk di antaranya dari pengakuan para aparat teritorial NII di Jakarta Selatan yang tertangkap tangan pun menyatakan 60 % dari hasil pendapatan jalan toll Cawang-Pondok Pinang adalah masuk ke rekening Abu Toto AS Panji Gumilang.
– Tahun 1993 Abu Toto Ma’ariq diadili melalui Musyawarah pimpinan KW IX lantaran perilakunya yang buruk dan berkhianat terhadap kawan membuat H Muhammad Ra’is Ahmad ditangkap dan ditahan dalam waktu yang cukup lama, disamping itu Abu Toto Ma’ariq dinilai tidak pantas memimpin KW IX. Musyawarah pimpinan KW IX akhirnya memutuskan Abu Toto dipecat dari jabatan Mudabir bin yabah (komandan sementara) hasil kudeta tahun 1992 tersebut. Tetapi Abu Ma’ariq membandel, ia tetap berjalan dengan orang-orangnya dan justru akhirnya mampu membangun KW IX yang kemudian secara cepat membesar. Selama kurun waktu sejak menjadi Mudabir bin yabah antara tahun 1992-1994 Abu Ma’ariq berhasil menghimpun dana jama’ah yang jumlahnya fantastis diperoleh melalui qoror-qorornya yang terkenal dan akhirnya berlaku hingga sekarang.
– Tahun 1994, hampir 1000 orang anggota NII wilayah Pandeglang, Banten yang menyatakan keluar dari struktur kepemimpinan Abu Toto dan berhasil memecatnya tahun 1993 ditangkap aparat keamanan, para mantan NII KW IX tersebut mengaku dan memberikan keterangan diarahkan kepada Abu Toto. Aparat tidak cepat bertindak, tetapi menunggu Abu Toto sekeluarga kabur dan meninggalkan rumah kediamannya di Menes Pandeglang, Banten hingga saat ini. Dari starting kejadian ini sinyalemen bahwa Abu Toto adalah pemain tingkat tinggi yang bermain dengan pihak aparat keamanan yang diketahui dan disadari banyak pihak, namun hal itu berjalan terus hingga sekarang. Pada tahun 1994-1995 program dan mobilisasi pembebasan tanah di Indramayu berlangsung semena-mena terhadap tanah masyarakat untuk rencana pembangunan ma’had Al Zaytun mulai berlangsung dan selanjutnya langsung berjalan cepat.
– Tahun 1996, Abu Toto dilantik Adah Djaelani untuk secara resmi menjadi pengganti Adah Djaelani selaku Presiden, Imam dan Komandemen Tertinggi NII. Tahun 1997 meletakkan batu pertama pembangunan Ma’had Al-Zaytun dan sejak saat itu seluruh nama alias yang macam-macam dan berendeng itu ditanggalkan, kemudian ditetapkan yang ada hanya satu nama baru yaitu AS (Abdus Salam) Panji Gumilang (yang bermakna filosofi simbolik – Abdus Salam Pembawa Bendera Kejayaan NII), sejak itu komunitas Ma’had Al Zaytun diharamkan menyatakan ada dan kenal dengan nama-nama samaran atau nama alias AS Panji Gumilang sebelumnya. Hanya ada satu sebutan panggilan untuk AS Panji Gumilang yang diperbolehkan yaitu panggilan sebagai Syaykhul Ma’had.
Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan wartawan The Asian Wall Street Journal, si Orok Abdus Salam, membeberkan asal muasal nama Panji Gumilang yang disandangnya kini. Dengan menyatakan bahwa nama Panji Gumilang itu adalah nama besar bapaknya yang asli bernama Rosyidi. Padahal menurut penuturan masyarakat desa Sembung Anyar, Gresik ketika H. Rosyidi sebelum meninggal dahulu sama sekali tidak mendengar memiliki gelar Panji Gumilang. Selain itu gelar Panji Gumilang tidak cocok dengan telinga masyarakat Gresik, nama Panji Gumilang adalah hanya cocok di telinga masyarakat Jawa Barat yang Sunda.
– Lantas bagaimana halnya dengan pengakuan pengakuan Abu Toto Abdus Salam AS Panji Gumilang, yang kalau di sana mengaku sebagai putra daerah kelahiran Indramayu, di sini mengaku sebagai putra daerah kelahiran Kulon (Banten) dan di situ mengaku sebagai putra daerah kelahiran Bogor ?!. Itulah hebat, unik dan kontroversialnya pola tingkah-laku Abdus Salam yang asli kelahiran Sembung Anyar, Gresik- Jawa Timur. Demikian pula pernyataannya tentang dirinya sendiri:
Masa lalu silahkan berlalu
Masa pula pernyataannya tentang dirinya sendiri
Masa lalu silahkan berlalu
Masa depan sajalah yang perlu dilihat dan diperhatikan.
Padahal baik dalam kelakuan maupun dalam ajaran doktrin sesat NII Kartosuwiryo dan doktrin sesat NII Adah Djaelani serta doktrin sesat NII H Karim Hasan yang dikembangkan terus bersama kawan-kawan seiringnya itulah yang masih dijalankan hingga detik ini, bahkan kualitas kesesatannya pun kini semakin menjadi-jadi. Berkat bantuan fisik material dan finansial dari penguasa orde baru Suharto beserta kroninya di Golkar, militer serta para konglomerat Taipan dalam membangun mercu suar monumen pendidikan dalam wujud Ma’had Al Zaytun. Semua itu telah membuat dada, kepala dan nama Abu Toto menjadi membesar, demikian halnya kecanggihan dalam memanage kejahatan dan kedzhaliman, sama persis dengan manhaj sesat orde baru di masa lalu maupun sekarang.
HUBUNGAN DAN KRONOLOGI SEBAGAI BUKTI ASPEK INTEGRAL SEJARAH PARA TOKOH STRUKTUR NII TH 1976-2002
Keterkaitan secara kronologi kesejarahan antara gerakan NII bentukan militer intelejen sejak dasawarsa 70 di bawah Daud Beureueh th 1976 maupun di bawah Adah Djaelani tahun 1978 hingga 1993, dengan gerakan NII yang terpecah belah menjadi NII faksi KW IX Abu Toto, yang berlanjut dengan pengesahan kepemimpinan Abu Toto sebagai Imam, Presiden atau Komandan tertinggi NII oleh Adah Djaelani, Ules Suja’i, Ahmad Husen alias Mbah Nurcahyo dan Idris Darmin Prawira Negara alias si Datuk Maharajalela beserta hulu balang Abu Toto pada tanggal 19 Oktober tahun 1996 di Bandung.
Alih generasi dan pelimpahan kekuasaan NII yang diketahui banyak saksi merupakan bukti sejarah yang akhirnya berlanjut hingga apa yang berjalan dan berlangsung sekarang ini baik pada tataran yang terjadi di masyarakat akar rumput, kemudian membuat sarang di ma’had Al Zaytun, Indramayu Jawa Barat tahun 1996 hingga 2004 sekarang.
Simak keterangan Ules Suja’i saat diwawancara berkenaan dengan keberadaan Abu Toto dan Ma’had Al-Zaytun yang dipimpinnya dalam buku Abduh -2001: “Saya dan pak Adah memang sebagai Dewan Imamah NII waktu tahun 1979 tapi sekarang sudah non-aktif, lalu kata pak Adah kita ini sudah tidak steril sedangkan gerakan harus terus maju, ya sudah kalau begitu kita serahkan kepada generasi baru yang memang kelihatannya lebih punya kemampuan yang lebih hebat dari pada kita. Kita merasakan, yang kedua memang masalah kelemahan, coba pak Adah sendiri bilang, kita sejak 1962 melakukan dakwah hasilnya malah pecah-pecah, itu menunjukkan kita tidak mampu, kan? Jadi perjuangan harus ada regenerasi. Lalu sekarang robah strateginya dari strategi revolusi kepada strategi seperti semboyan yang ada di Zaytun yaitu “Pusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi dan Budaya Perdamaian” robah yang seperti itu bisa saja”.
Apakah sebuah kenyataan yang didukung bukti dan data konkret tentang kejelasan hubungan erat dan menjadi poros integral antara Ma’had Al Zaytun dan gerakan NII yang berhasil dilacak terbukti keberadaan gerakannya diatasnamakan gerakan NII masih layak diperdebatkan ?! Para tokoh NII sendiri secara terang-terangan mejeng di Ma’had Al Zaytun dan juga di “Majalah Al Zaytun”. Mereka juga terang-terangan memajang dan memaparkan secara jelas berbagai ajaran (doktrin) yang berlaku dan diterapkan dalam gerakan lintas teritorialnya (Under Ground Movement).
Untuk lebih mengkonkretkan kejelasan hubungan tersebut adalah dengan mengetengahkan data bukti adanya benang merah – hubungan keterlibatan – pasti antara poros dan nama para tokoh NII yang terdahulu dengan para tokoh NII yang kemudian maupun mereka yang kini aktif dan berada di ma’had Al Zaytun, sehingga data tersebut bisa mengantar kepada persepsi serta nalar yang sehat dan benar tentang apa itu Ma’had Al Zaytun dan gerakan NII yang bagaikan gambaran dua sisi mata uang dari sebuah gerakan NII yang paling sesat dan paling jahat di Indonesia.
Berikut ini nama-nama para tokoh NII yang diharapkan bisa mengingatkan dan mampu menyadarkan tentang hubungan keterkaitan antara para pengelola Ma’had Al-Zaytun dengan gerakan NII bentukan intelejen.
Para Tokoh Nii Periode Th 1976 -1993 Daud Beureueh – Adah Djaelani Tirtapraja
• Adah Djaelani Tirtapraja – Bandung Jabar
• Aceng Kurnia – Bandung Jabar (Wafat Tahun 1997)
• Toha Mahfudzh – Cianjur Jabar
• Ateng Djaelani – Bandung Jabar (Wafat Tahun 1978)
• Ules Suja’i – Abu Ridha – Cianjur Jabar
• Opa Mustapa – Bandung Jabar (Wafat Tahun 1990)
• Saiful Iman – Bandung Jabar (Wafat Tahun 1991)
• Tahmid Rahmat Basuki Kartosuwirjo – Garut Jabar
• Dodo Ahmad Darda’ Kartosuwirjo – Garut Jabar
• Danu Muhammad Hasan – Jakarta (Wafat Tahun 1986)
• Hidayat – Lampung.
• Syarif Hidayat – Lampung (Wafat Tahun 1987)
• H.Isma’il Pranoto – Brebes Jateng (Wafat Tahun 1994)
• Ajengan Masduqi – Cianjur Jabar
• Djarul Alam alias Hadi – Garut Jabar
• Helmi Aminuddin Bin Danu Muhammad Hasan – Jakarta o Gustam Effendy – Lampung
• Seno alias Basyar – Jakarta (Wafat Tahun 1981)
• Ahmad Husen Salikun alias Nurcahyo – Kudus Jateng
• Idris Prawiranegara alias Darmin – Bojonegoro Jatim
• Mukhshar – Malang Jatim (Wafat Tahun 1988)
• Rasmin alias Anshari – Bojonegoro Jatim (Wafat Tahun 1993)
• Warman (Wafat Tahun 1981)
• Bambang Sispoyo – Solo (wafat, eksekusi mati 1990)
• Farid Ghazali o Abdullah Umar (Eksekusi mati tahun 1989)
• H. Mohammad Faleh Kudus Jateng (Wafat Tahun 1989)
• H.Abdullah Sungkar – Solo Jateng (Wafat Tahun 2001)
• H.Abubakar Ba’asyir – Solo Jateng
• Mursalin Dahlan – Bandung Jabar
• Abdul Qadir Baraja – Lampung
• Abud alias Rasyid – Bogor
Tokoh -tokoh Dalam Nii Kw Ix Th 1978-1981
• Seno alias Basyar • H. Abdul Karim Hasan • H. Mohammad Ra’is Ahmad • H. Mohammad Sobari • Ahmad Sumargono • Amir • Abidin • Nurdin Yahya • Ali Syahbana • Dr. Mu’adz
• Abdul Salam alias Prawoto • Shaleh As’ad
• Fachrur Razi • Royanuddin
Tokoh -tokoh NII KW IX Th. 1987-1996
• H.Abdul Karim Hasan – Jakarta (Wafat tahun1992)
• H. Mohammad Ra’is Ahmad – Jakarta (Dikudeta Abu Toto tahun 1992)
• Nurdin Yahya alias Joni Alias Tsabit – Jakarta.
• Prawoto alias Abu Toto Alias Toto Salam – Menes Banten
• Shaleh As’ad – Menes Banten (Mengundurkan Diri Tahun 1993)
• Amr alias Encu – Banten (Mengundurkan Diri Tahun 1991)
• Handoko alias Abdul Ra’uf – Bandung Jabar
• Djaldjuli alias Jazuli – Jakarta
• Aseng alias Saefulloh – Jakarta
• Maktal – Jakarta
• Jamal Abdaat – Jakarta
• Karim – Jakarta
• Oji alias Abdul Halim – Jakarta
• Mali – Jakarta
• Yazid – Jakarta
• Ali – Jakarta
• Cecep – Cirebon (Mengundurkan Diri Tahun 1996)
• Anas Hutapea – Jakarta (Mengundurkan Diri Tahun 1996)
• Iwan alias Faishal – Jakarta (Mengundurkan Diri Tahun 2001)
• Chaeruddin – Jakarta (Mengundurkan Diri Tahun 1994)
• Ismail Subarja – Jakarta (Mengundurkan Diri Tahun 1996)
• Rifa’i alias Hamzah – Jakarta (Mengundurkan Diri Tahun 1996)
• Mahfudzh Shiddiq – Banten (Mengundurkan Diri Tahun 1993)
• Mi’an Abdusy Syukur – Banten (Mengundurkan diri Tahun 1993)
• Abdul Quddus – Banten (Mengundurkan Diri Tahun 1993)
• Abbas Ali Nasution – Umar Nasution asal Medan, sahabat Abu Toto ketika di Sabah Malaysia.
• Agus Kumis alias Lukman
• M. Qassim alias A. Majid alias Munir
Tokoh -tokoh Al Zaytun Nii Faksi As Panji Gumilang (Th 1993-2002)
• Adah Djaelani dengan nama panggilan Mama (Kakek)
• Ules Suja’i alias Abu Ridlo
• Ahmad Husen Salikun alias Mbah Nurcahyo
• Idris Darmin Diberi Gelar Menjadi Datuk Maharajalela Idris Furqan Prawira
• Abdul Salam alias Prawoto alias Abu Toto alias Toto Salam alias Abu Ma’ariq alias Abu Ma’arif alias Syamsul Alam alias Nur Alamsyah menjadi Syaykhul Ma’had dan bergelar AS Panji Gumilang
• Nurdin Yahya alias Joni alias Tsabit tetap menjadi Tsabit
• Handoko alias Abdul Ra’uf menjadi Imam Syarwani, dipecat dan dikeluarkan Nov 2003
• Imam Prawoto bin Abu Toto Abdus Salam
• Djaldjuli
• Aseng alias Ali alias Iskandar alias Saefulloh Tetap menjadi Saefulloh
• Jamal – Ir. Djamal Abdaat
• Oji – Fauzy Abdaat.
• Yazid
• Ali
• Abbas Ali Nasution (nama asli Umar Nasution) sahabat Abu Toto ketika di Sabah Malaysia, kini sebagai Pimred Majalah Al Zaytun.
• Nawawi
• Syaifuddin Ibrahim Humas Dewan Guru
• Muttahid Azwari alias Abu Qasimo Mashrur Anhar sebagai Menteri Pekerja Raya telah mengundurkan diri terhitung awal Januari 2002
• Insan Hadid Bin Tagor Harahap (menantu Adah Djaelani) mantan sebagai Mensesneg, mengundurkan diri terhitung awal Januari 2002
• Muammar Yasir Bin Tagor Harahap sebagai Panglima Hankam, mengundurkan diri bersama seluruh pasukan Tibmara & Garda terhitung sejak awal Januari 2002.
• Ahmad Ghazali sebagai Sekjen. MA (Mahkamah Agung) dan pejabat SUK (Setia Usaha Kerja – Badan Pemeriksa Keuangan) beserta wakil dan staff, mengundurkan diri sejak awal Januari 2002.
Para Eksponen Ma’had Al Zaytun:
• Abu Salam (Mantan Kepala Daerah Jakarta Selatan) sekarang menjadi Kepala Sekretariat Pendidikan Ma’had Al-Zaytun
• Nurdin (Mantan Wakil Kepala Daerah Jakarta Selatan) sekarang menjadi Staff Sekretariat Pendidikan Ma’had Al-Zaytun
• Ja’far Ash-Shubhani (Mantan Mudabbir Tsani Wilayah IX) Ketua Majelis Syura NII Al Zaytun dan sebagai Imam rawatib masjid Al Hayat.
• H. Badar (Mantan Mudabbir Wilayah IX)
• Nawawi (Berdasarkan data ini, kepada para pembaca dipersilahkan melakukan komparasi atau mencocokkan dengan susunan daftar dalam sruktur pemerintahan NII Al Zaytun yang terdapat dalam halaman lain tentang struktur pemerintahan dan susunan kabinet)
Mas’ul Wilayah KW IX:
• Agus Kumis alias Luqman – Komandan Wilayah IX
• Abu Somad – Ka. Staff Wilayah IX
• Ja’far Shiddiq – Mudabbir Tsalits Wilayah IX
• Fatih Sodiqin – Kabag. Pendidikan Wilayah IX
• M. Yusuf – Ketua Lajnah Wilayah IX
• Munir alias A. Majid alias Humaidy alias M Qassim Kabag Logistik.
Sifat & Karakteristik Nii Al Zaytun
– faksi AS Panji Gumilang Target dan Sasaran Gerakan NKA / NII Al-Zaytun Secara doktrinasi dan gerakan NII Al Zaytun atau NII faksi AS Panji Gumilang berprinsip hampir sama dengan induknya, NII Karto suwiryo, yaitu menjadikan masyarakat sebagai obyek sasaran atau target korban gerakan yang kemudian dipilih dan dipilah sebagai berikut :
– Kelompok Masyarakat yang dibidik untuk diproses dan ditargetkan menjadi kekuatan absolute sebagai anggota NII Al Zaytun atau NII faksi AS Panji Gumilang. Dalam kerangka gerakan membangun komunitas masyarakat (anggota) NII berdasarkan paham dan ajaran melalui sarana rekruitmen yang spesifik : Mengembangkan paham aliran NII Karto suwiryo melalui wujud Qonun Asasi dan PDB NII berdasarkan paham aliran Isa Bugis, Inkaru as Sunnah dan Syi’ah Nushairiyah (Di Yordan, Syria dan Iraq).
– Kelompok masyarakat yang dibidik melalui pendekatan forum dan program pendidikan Ma’had Al Zaytun, diyakinkan sebagai lembaga yang murni dan steril atau sama sekali tidak memiliki dan atau ada hubungan benang merah sedikit pun dengan eksistensi gerakan NII, yang bergerak secara eksis dan membahayakan masyarakat. Masyarakat menjadi target dan obyek rekruitmen NII akan menjadi kekuatan pendukung gerakan NII. Masyarakat akan diformat menjadi santri, sedangkan orang tua dan keluarga mereka ditarget menjadi simpatisan NII atau sebagai obor-obor NII. Membangun komunitas masyarakat simpatisan atau Obor-Obor NII sebagaikedok dan wadah gerakan yang berwajah Ekonomi, Politik, Budaya & Pendidikan melalui Ma’had Al Zaytun.
Basis Eksistensi & Struktur Pemerintahan Nii Al Zaytun – Faksi As Panji Gumilang
Keberadaan basis NII Al-Zaytun atau NII faksi AS Panji Gumilang dalam prakteknya sangat berbeda dengan keberadaan basis faksi-faksi NII yang lain. Hal itu disebabkan karena faksi NII Al Zaytun secara sengaja dan riil telah mengambil taktik dan strategi dua muka (ambivallen) yakni dengan mengedepankan mega proyek bisnis pendidikan Ma’had Al Zaytun sebagai cover dan kedok resmi system ekonomi pendidikan gerakan bawah tanah NII yang tersebar hingga ke manca negara. Karenanya istilah yang digunakan dalam membagi basis keberadaan gerakan menjadi dua bagian aparat Fungsional dan aparat Teritorial:
A. Struktur & Aparat Fungsional (Basis Keberadaan Sektor Formal dipermukaan)
Aparat fungsional adalah warga NII Al Zaytun yang telah menjadi pejabat (elite) tingkat Menteri dan Departemen hinga ke tingkat prajurit (Garda Ma’had dan tibmara) atau karyawan (muwadhzof = pasukan kuning dan hijau), serta mahasiswa P3T (Program Pendidikan Pertanian Terpadu) yang kesemuanya berdomisili di Ma’had Al-Zaytun dan memiliki nomor data QO’ID (keaparatan) yang diawali dengan kode huruf “F”. Demikian pula keberadaan para pejabat YPI (Yayasan Pesantren Indonesia) yang berdomisili di luar Jawa atau berada di setiap kota kabupaten dan propinsi, yang disebut sebagai mas’ul NII KW IX yang ditugaskan melaksanakan perekrutan santri sekaligus membentuk barisan obor-obor NII. Mereka yang kelak menempati posisi sebagai pengurus atau kordinator YPI di tingkat kota Kabupaten (Distrik) disebut sebagai aparat fungsional ma’had tingkat asas NII Al Zaytun termasuk seluruh para asatidz atau guru.
Sedangkan mereka yang menempati posisi sebagai pengurus atau kordinator YPI tingkat propinsi (Wilayah) disebut sebagai aparat fungsional Ma’had Al Zaytun yang secara administrasi terpisah dengan para aparat teritorial wilayah yang dipimpin oleh seorang Gubernur, sebagai bentuk perubahan dari sistem Komandemen yang meliteristik menjadi sistem Civil Society – Masyarakat Madani. Para prajurit, seperti barisan satuan pengamanan garda Ma’had dan Tibmara (Satpam Ma’had) maupun para muwadzhof (karyawan yang berseragam kuning dan hijau), posisi mereka sebelum menjadi warga Al Zaytun adalah sebagai mas’ul atau pejabat tingkat desa (PTD) dan kecamatan (ODO) dari jajaran teritorial NII yang berdomisili di wilayah yang ada, namun karena mereka memiliki skill yang diperlukan “negara” sehingga keberadaan mereka ditarik ke Ma’had Al-Zaytun. Demikian pula halnya dengan warga NII teritorial yang pernah bermasalah sebagai residivis (bromocorah) misalnya, keberadaan mereka yang seperti itu cenderung ditarik dan diselamatkan ke Ma’had Al-Zaytun dan bekerja sebagai muwadzhof (pasukan kuning). Sedang para mahasiswa P3T (Program Pendidikan Pertanian Terpadu) sesungguhnya hanya bisa diikuti oleh para aparat atau anggota NII teritorial dan paling tidak disyaratkan harus berasal dari kalangan keluarga NII, atau harus melalui koordinator YPI yang tidak lain adalah para mas’ul dari tingkat distrik (Bupati) hingga tingkat wilayah (Gubernur) NII faksi AS Panji Gumilang. Adapun keberadaan para santri yang berasal dari warga NII jumlah prosentase mereka di ma’had Al Zaytun untuk tahun angkatan pertama sebanyak 59,6 % atau 864 santri. Untuk tahun angkatan kedua sebanyak 23,4 % atau 395 santri sedang untuk tahun angkatan ketiga th 2001 sebanyak 25,4 % atau 556 santri.
Jaringan Struktur Fungsional
Jaringan Struktur Fungsional NII Al Zaytun adalah mereka yang tampil sebagai Aparat dan warga NII yang bergerak di permukaan dan bertugas sebagai Koordinataor Wilayah (Korwil) dan Koordinator Derah (Korda) Yayasan Pesantren Indonesia. Tugasnya merekrut warga NKRI usia sekolah untuk belajar di Ma’had Al-Zaytun dan membentuk Dewan Wali Santri sebagai pendukung kuat Ma’had Al-Zaytun.
Jumlah Personil Mas’ul wilayah di Luar Jawa : Dipegang 4 – 5 Orang Personil, berperan sebagai Korwil (Koordinator Wilayah) dan Korda (Koordinator Derah) atau sebagai Aparat Fungsional. Dalam Struktur Fungsional susunan keaparatan dilihat dari jabatan yang dimi liki dalam Yayasan Pesantren Indonesia dan Ma’had Al-Zaytun.
Susunan Keaparatan Fungsional dalam NII Al Zaytun, sebagai berikut :
1. Koordinator Pusat, digunakan untuk sebutan Aparat Fungsional yang meliputi para Eksponen, Karyawan, Kesehatan (Dokter, Perawat dan Bidan) serta Guru yang berdomisili di Ma’had Al Zaytun. Jumlah koordinator Pusat terbagi :
§ Eksponen sebanyak 214 Orang + 216 Istri dan 29 Aspri.
§ Karyawan sebanyak 2861 Orang + 2457 Orang Istri.
§ Kesehatan sebanyak 31 Orang + 14 Orang Istri dan 1 Orang Sopir
§ Guru sebanyak 388 Orang. + 161 Orang Istri.
2. Koordinator Jawa, meliputi :
§ Jabar Utara, jumlah Mas’ul (Aparat Teritorial) 261 Orang dengan jumlah ummat 1826 anggota.
§ Jabar Selatan, jumlah Mas’ul 928 Orang dengan jumlah ummat 17340 Orang.
§ Jakarta Raya, jumlah Mas’ul 12342 Orang dengan jumlah ummat 119459 Orang.
§ Jawa Tengah, jumlah Mas’ul 610 Orang dengan jumlah ummat 3482 warga.
§ Jawa Timur, jumlah mas’ul 1008 Orang, dengan jumlah ummat 3755 warga.
Sedang untuk koordinator YPI di Jawa semua berkedudukan sebagai Aparat Teritorial yang jugaberteugas mempro -mosikan Al-Zaytun ke seluruh pelosok Jawa.
3. Koordinator Luar Jawa, meliputi :
22 Propinsi. Dengan jumlah Aparat Fungsional (Korwil dan 4. Korda YPI) sebanyak 236 Orang. Koordinator Malaysia dengan jumlah Mas’ul 15 Orang dan ummat 790 Orang.
B. Struktur & Aparat Teritorial
Eksistensi gerakan NII Al Zaytun setelah menjadi faksi terbesar dalam gerakan NII semakin merambah ke seluruh penjuru Indonesia dan bahkan penjuru Nusantara. Dalam perkemba -ngannya NII Al-Zaytun menerapkan pemekaran wilayah dan sistem teritori Nusantara yang dimana sebelumnya penggunaan istilah teritori terdiri dari 9 wilayah Komandemen.
Konsep & Istilah Teritorial Terbaru Nii Al Zaytun – Faksi As Panji Gumilang
Tahun 2000 atau tarikh 1421 H, NII Al-Zaytun atau NII faksi AS Panji Gumilang mencanangkan program perubahan sekaligus sebagai pengembangan konsep kewilayahan melalui Perpu NO. II (Peratuan pengganti Undang-Undang) NII-NKA. Sebelum tahun 2000 pembagian teritori NII versi AS Panji Gumilang masih sama dengan pembagian teritori NII versi lain (seperti versi Komando Dodo dan Tahmid Kartosoewirjo, versi Komando Ajengan Masduqi, versi Aspal (Asli palsu) Komando Abdul Fatah Wirananggapati, versi Komando Aly Mahfudzh) yakni meliputi 9 Wilayah. Melalui Perpu (Peraturan Pengganti Undang-Undang) no. II NII faksi Komando AS Panji Gumilang melakukan perubahan sekaligus pengembangan teritori dengan menggu nakan istilah dan konsep yang berbeda dengan sebelumnya, antara lain dengan membagi wilayah territory Indonesia – Nusantara menjadi wilayah jalur utara dan jalur selatan.
Jalur Utara dibagi menjadi 11 Propinsi : Malaysia, Kalbar, Kaltim, Kalteng, Kalsel, Sulsel, Sulteng, Sulut, Sultra, Maluku dan Irja.
Jalur Selatan dibagi menjadi 17 Propinsi : Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumsel, Lampung, DKI Jakarta Raya (Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Banten), Badar (Jabar) Utara, Badar (Jabar) Selatan, Jateng, jatim, Bali, NTB, NTT dan Tim-Tim. Setiap Propinsi dipimpin seorang Gubernur menurut pembagian Struktur Pemerintahan Teritorial untuk kawasan Jawa dan atau Pemerintahan Fungsional untuk kawasan luar Jawa.
1. Struktur Teritorial tersebar di seluruh Jawa yang terbagi menjadi 5 wilayah, Yaitu :
• Wilayah 1 – Jabar Selatan (dahulu Priangan Timur)
• Wilayah 2 – Jawa Tengah
• Wilayah 3 – Jawa Timur
• Wilayah 7 – Jabar Utara (dahulu Priangan Barat)
• Wilayah 9 – Jakarta Raya dan Banten
2. Struktur Fungsional tersebar di 23 Propinsi Luar Jawa Dan 1 di Malaysia. Malaysia, Brunai dan Singapura, Kalimantan Timur, Selatan, Barat dan Selatan, Sulawesi Selatan, Tengah, Tenggara dan Utara, Maluku, Irian Jaya (Papua), Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumsel dan Lampung. Bali, NTB dan NTT
NAMA-NAMA PEJABAT PIMPINAN TERAS JARINGAN ORGANISASI PEMERINTAHAN KABINET NKA-NII (NEGARA KURNIA ALLAH / NEGARA ISLAM INDONESIA) FAKSI AS. PANJI GUMILANG PERIODE 1418 – 1423 H IMAM/ PRESIDEN NKA-NII
Abdus Salam alias Abu Toto alias Abu Ma’ariq alias Syamsul Alam alias AS Panji Gumilang (ASPG).
MAJLIS (Kementrian) :
1. Majlis/ Kementrian Pembangunan Sekretariat Negara Oji alias Abdul Halim.
2. Majlis/ Kementrian Pembangunan Dalam Negeri Nurdin alias Joni alias Yahya alias Abu Tsabit.
3. Majlis/ Kementrian Pembangunan Luar Negeri AS Panji Gumilang.
4. Majlis/ Kementrian Pembangunan Pertahanan Handoko alias Abdul Ra’uf alias H. Imam Syarwani.
5. Majlis/ Kementrian Pembangunan Pendidikan AS Panji Gumilang.
6. Majlis/ Kementrian Pembangunan Keuangan Asmadi alias Aseng alias Ali alias Iskandar alias Syaifullah atau Syaf Allah.
7. Majlis/ Kementrian Pembangunan Penerangan Edi Suaidi alias Abu Hanifah.
8. Majlis/ Kementrian Pembangunan Urusan Hukum dan Syariat Muttahid Azwari alias Abu Qosim.
9. Majlis/ Kementrian Pembangunan Kementrian Negara Taufiq.
10. Majlis/ Kementrian Pembangunan Kesehatan A. Mufakir alias Abdullah al Hayyi.
11. Majlis/ Kementrian Pembangunan Kesejahteraan Ummat Jaljuli alias Jazuli alias Robby alias Silmi Aulia.
12. Majlis/Kementrian
Berharap pada pemerintah atau aparat untuk menghentikan NII KW 9 Zaytun Panji Gumilang Indramayu memang lambat reaksinya … Insya Allah dengan penyebaran informasi di atas, masyarakat umum dan generasi muda makin mengerti dan berhati-hati terhadap tawaran NII Gadungan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar