Jarang yang tahu tarif listrik di Indonesia termasuk yang termahal di dunia. Apalagi saat ini, pencabutan subsidi bagi pelanggan dengan daya 900 Volt diberlakukan. Pelanggan listrik dengan daya 900 Volt Ampere (VA) yang masuk dalam kategori Rumah Tangga Mampu (RTM) kembali terkena pencabutan subsidi listrik terhitung 1 Maret 2017. Kondisi ini menyebabkan tarif listrik naik bagi pelanggan tersebut.
Tagihan listrik anda bulan ini tiba-tiba naik? Jika iya, kemungkinan besar anda adalah pelanggan listrik dengan konsumsi daya 900 VA. Pemerintah telah menaikkan (baca: mencabut subsidi) tarif TDL secara berkala khusus untuk pelanggan segmen daya 900 VA, dan hingga per 1 Juli 2017, pelanggan akan menggunakan tarif dasar listrik non subsidi yang sama dengan tarif segmen daya di atasnya. Jika di media sosial, ramai akan klaim pemerintah bahwa tidak ada kenaikan tarif, dan sebaliknya ramai pula komplain masyarakat akan naiknya tagihan listrik mereka, penulis lebih mencermati pada perbandingan tarif listrik negara kita dengan negara tetangga, dan mencari titik solusi untuk membuat tarif kita tetap kompetitif dan tidak membebani masyarakat.
Selaku pelanggan kita tidak punya pilihan lain, perihal sering padamnya aliran listrik di rumah, akan tetapi kita hanya berharap agar pemberitahuan resmi PLN dapat mencantumkan jadwal, supaya ia bisa bersiap-siap. Minimal ada pemberitahuan di media-media seperti di kota lainnya, agar kita dapat antispasi keadaan.
Kualitas pelayanan pelanggan juga masih belum ditingkatkan ke arah komunikasi dua arah. Misalnya dalam media sosial, baik Facebook, Twiiter dan Instagram. Dalam postingan terakhir di laman Facebook PLN Bangka Belitung hanya menampilkan upaya petugas PLN dalam menyambung listrik.
Bandingkan Dengan Tarif Dasar Dunia
Sebagai informasi, Berikut tarif listrik di beberapa negara sebagai perbandingan :
1. Amerika (AS) : USD 3 cent per kwh.
2. Bangladesh : USD 3 cent per kwh.
3. Vietnam : USD 7 cent per kwh.
4. Malaysia : USD 6 cent per kwh.
5. Pakistan : USD 6,6 cent per kwh.
6. Korea Selatan : USD 6 cent per kwh.
7. #Indonesia : USD 11 cent per kwh.
"Rakyat Indonesia hebat dan Sogéhh-Sogéhh..?!? dan Bodoh ?!?"
Tarif listrik Indonesia, dinilai paling mahal di dunia, dibandingkan dengan Negara lainnya.
Klo AS tarif listriknya lebih murah oke lah.. Tapi... BANGLADESH...!!!
PT. PLN sangat tidak efisien. Beban inefiseinsi dikenakan dan dibebankan kepada konsumen PLN (pelanggan PLN). Kenaikan harga listrik memicu kenaikan semua produksi atas kebutuhan hidup masyarakat banyak.
Harga pemasok listrik dari berbagai perusahaan kepada PT.PLN ditetapkan dengan harga Kartel (kesepakatan bersama antara PT.PLN dengan para PT. Pemasok Listrik). Perlu investigasi dari KPPU dan KPK.
Bandingan Dengan Negara Tetangga
Berdasar Surwono Sudarto, tarif Indonesia hanya lebih mahal dibanding Vietnam, tapi sudah lebih murah daripada Malaysia dan Singapura (1), hal ini didukung pula oleh pernyataan I Made Surpateka, bahwa hanya Vietnam saja yang tarifnya lebih murah dari Indonesia (2). Benarkah demikian? Nyatanya bahwa tarif negara tetangga tidak flat seperti Indonesia (yang sama dengan Singapura dalam memberlakukan tarif flat ), mayoritas menggunakan sistem subsidi berdasar pemakaian, bukan berdasarkan segmen daya sebagaimana berlaku sebelumnya di Indonesia (dan akan diberlakukan tarif sama non subsidi per 1 Juli 2017).
rincian berikut adalah perbandingan tarif listrik negara tetangga (kecuali Filipina, karena penulis kesulitan mendapatkan sumber yang bisa dipakai) berdasar pemakaian per Kwh dalam rupiah (dengan kurs google per 17 Juni 2017)
1. Indonesia harga per kWh Rp1.352
2. Singapura harga per kWh Rp2.056
3. Malaysia harga per kWh :
• Rp 652 (untuk 200 kWh pertama)
• Rp1038 (untuk 100 kWh berikutnya)
• Rp1604 (301-600 kWh)
• Rp1697 (601-900 kWh)
• Rp1775 (>901 kWh)
4. Vietnam harga per kWh :
• Rp864 (pemakaian 0-50 kWh pertama)
• Rp894 (untuk 50 kWh berikutnya)
• Rp1.042 (untuk 100 kWh berikutnya)
• Rp1308 (201-300 kWh)
• Rp1461 (301-400 kWh)
• Rp1510 (>401 kWh)
5. Thailand harga per kWh:
• Rp728 (0-15 kWh)
• Rp979 (16-25 kWh)
• Rp1077 (26-35 kWh)
• Rp1226 (36-100 kWh)
• Rp1265 (101-150 kWh)
• Rp1461 (151-400 kWh)
• Rp1540 (>401 kWh)
Untuk dapat membayangkan berapa total tarif pemakaian dengan tarif di atas, kami membuat simulasi perbandingan untuk pemakaian yang beragam, dari 50 kWh, 100 kWh, 200 kWh, dan 400 kWh, untuk mensimulasikan kira-kira penggunaan listrik oleh kalangan segmen yang berbeda :
Tarif pemakaian untuk konsumsi 50 kWh
1. Malaysia Total Harga untuk pemakaian 50 kWh Rp32.600
2. VietnamTotal Harga untuk pemakaian 50 kWh Rp 42.200
3. Thailand Total Harga untuk pemakaian 50 kWh Rp49.870
4. IndonesiaTotal Harga untuk pemakaian 50 kWh Rp67.600
5. Singapura Total Harga untuk pemakaian 50 kWh Rp102.800
Tarif pemakaian untuk konsumsi 100 kWh
1. Malaysia total harga untuk pemakaian 100 kWh Rp65.200
2. Vietnam total harga untuk pemakaian 100 kWh Rp87.900
3. Thailand total harga untuk pemakaian 100 kWh Rp111.170
4. Indonesia total harga untuk pemakaian 100 kWh Rp132.500
5. Singapura total harga untuk pemakaian 100 kWh Rp205.600
Tarif pemakaian untuk konsumsi 200 kWh
1. Malaysia total harga untuk pemakaian 200 kWh Rp130.400
2. Vietnam total harga untuk pemakaian 200 kWh Rp192.100
3. Thailand total harga untuk pemakaian 200 kWh Rp247.470
4. Indonesia total harga untuk pemakaian 200 kWh Rp270.400
5. Singapura total harga untuk pemakaian 200 kWh
Rp 411.200
Tarif pemakaian untuk konsumsi 400 kWh
1. Malaysia total harga untuk pemakaian 400 kWh Rp394.600
2. Vietnam total harga untuk pemakaian 400 kWh Rp469.000
3. Thailand total harga untuk pemakaian 400 kWh Rp539.670
4. Indonesia total harga untuk pemakaian 400 kWh Rp540.800
5. Singapura total harga untuk pemakaian 400 kWh Rp822.400
Dari rinvian pembanding di atas, jelas bahwa ternyata klaim tersebut tidaklah benar, bahkan konsisten jika Indonesia menempati urutan ke-4, sedangkan tarif termurah justru dimiliki oleh Malaysia untuk pemakaian hingga 400 kWh, dengan asumsi penulis bahwa pemakaian sebesar ini sudah mewakili kalangan menengah masyarakat Indonesia, sedangkan masyarakat kurang mampu, menurut penulis hanya akan memakai listrik dibawah 200 kWh.
Solusi untuk masyarakat Indonesia
Dari rincian di atas, kita melihat solusi yang lebih adil bagi masyarakat Indonesia yang berpegang pada nilai-nilai Pancasila terutama sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dimana, subsidi berhak diterapkan dengan cara yang lebih adil, bukan berdasar pada pembagian segmen daya (yang kini akan bertarif sama untuk semua segmen di atas 900 VA), bukan pula dengan merendahkan masyarakat Indonesia supaya mereka mendaftarkan diri sebagai warga tak mampu ke kelurahan.
Solusi yang lebih efektif adalah dengan menggunakan tarif yang berbeda-beda berdasar pemakaian, dengan demikian, rumah tangga yang kurang mampu yang sangat hemat dalam menggunakan listrik, secara otomatis akan tersubsidi karena sesuai dengan penggunaannya, sebaliknya, rumah tangga mampu yang boros dalam menggunakan listrik, akan menggunakan tarif dasar atau bahkan lebih mahal untuk mensubsidi silang bagi mereka yang kurang mampu, setidaknya ada beberapa manfaat dengan penerapan tarif progresif :
1. Subsidi tepat sasaran secara otomatis, semakin banyak penggunaan, tarif yang digunakan semakin mahal,
2. Pemerintah dan warga tidak perlu repot dengan pendaftaran warga tak mampu, ini juga menyelamatkan kehormatan warga dan menghemat waktu administrasi pegawai pemerintah.
3. Dengan tarif progresif, pemakaian listrik akan ditekan karena pengguna akan menghindari pemakaian yang berlebihan untuk menghindari tarif termahal,
4. Ini sesuai dengan jargon pemerintah untuk mengamalkan Pancasila sila kelima yakni Keadilan Sosial bagi seluruh rakyatnya.
Semoga saran kami didengar oleh pemerintah republik ini, yang tentunya kami berbaik sangka bahwa pemerintah tetap mengamalkan nilai-nilai keadilan sosial sesuai dengan jargon yang digaungkan baru-baru ini, saya Pancasila! ???
Referensi
(1) Kontan
(2) Finance Detik
(3) Iistrik
(4) Spgroup
(5) Tnb.com
(6) En.Evn
(7) Bio.go
(8) Metrotvnews
(9) Kabarbangka
(10) Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar