Kamis, 10 Agustus 2017

KEMATIAN TRAGIS NABI PALSU MIRZA GHULAM AHMAD

MASA KELAHIRAN

Mirza Ghulam Ahmad lahir di Qadian, Punjab, India. Lahir tanggal 13 Februari 1835 dan meninggal 26 Mei 1908. Dia adalah pendiri sekte Ahmadiyah. Dia mengaku sebagai Yesus/ Isa yang kedua kalinya Mesias yang dijanjikan, Imam Mahdi, begitu juga sebagai Mujaddid diabad ke 14 Islam. Bagaimanapun, pengakuannya tidak begitu saja diterima oleh sebagian umat Muslim dan sebagian besar melihatnya sebagai nabi palsu.

Ketika MGA berumur 40 tahun, ayahnya wafat. Waktu itu MGA mengaku bahwa Tuhan telah berkomunikasi dengannya melalui wahyu. Sejak saat itu MGA menulis untuk melawan apa yang menurutnya sebagai tulisan-tulisan anti Islam dari berbagai kelompok misionaris Kristen. Dia juga fokus dalam melawan berbagai dampak yang dilakukan oleh kelompok-kelompok seperti Brahma Samaj.

Selama periode ini dia sangat diterima oleh berbagai golongan Islam yang ada saat itu. Tidak sedikit para ulama yang menentang dan berusaha menasehati MGA agar ia bertaubat dan menghentikan dakwah sesat yang di bawanya. Namun, MGA tetap menyebarkan dakwahnya.

Salah satu keberatan yang dialamatkan kepada MGA telah mengajukan sebuah doa untuk menantang (Mubhalah) Maulvi Sanaullah yakni jika di antara mereka berdua salah satunya adalah orang yang sesat dan palsu. Saat itu MGA berumur 62 tahun dan Maulvi Sanaullah dari Amritsar berusia 29 tahun. Daftar nama-nama ulama yang diajak ber-mubahalah oleh MGA telah dilampirkan dalam buku Anjam-e-Aatham (1897).

Maulvi Sanaullah diam beberapa tahun lamanya tidak menanggapi tantangan tersebut. Setelah sekitar 5 tahun lamanya, para pendukungnya mulai menekannya untuk menanggapi mubhalah itu. MGA menanggapinya dengan menulis dalam buku Ijaz Ahmadi yang diterbitkan pada tahun 1902 sebagai berikut:
"Saya telah melihat pemberitahuan Maulvi Sanaullah dari Amritsar yang mana ia menyatakan memiliki keinginan yang tulus suatu keputusan, bahwa ia dan saya seyogyanya berdoa sehingga salah seorang di antara kita yang berdusta akan menemui ajal semasa hidup orang yang benar."

Jelas dikatakan pada ayat: Qs Al Ahzab 40:
"Bukanlah Muhammad itu bapak salah seorang laki-laki di antara kamu tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-nabi".
Dalam hadits di bawah menunjukkan bahwa Nabi Muhammad bukan hanya Nabi terakhir, tapi juga Rasul terakhir. Rasulullah SAW menegaskan:
"Rantai Kerasulan dan Kenabian telah sampai pada akhirnya. Tidak akan ada lagi rasul dan nabi sesudahku."

5 dalil berikut menjelaskan tak ada Nabi baru setelah Muhammad dan tak ada nabi baru lagi setelah Rasulullah :
1. Qs Al Ahzab 40:
"Bukanlah Muhammad itu bapak salah seorang laki-laki di antara kamu tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-nabi".
2. Imam Muslim dan yang lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Perumpamaan saya dan para Nabi sebelum saya seperti orang yang membangun satu bangunan lalu dia membaguskan dan membuat indah bangunan itu kecuali tempat batu yang ada di salah satu sudut. Kemudian orang-orang mengelilinginya dan mereka takjuk lalu berkata: kenapa kamu tidak taruh batu ini.? Nabi menjawab : Sayalah batu itu dan saya penutup Nabi-nabi."
3. Imam Muslim juga meriwayatkan dari Jubair bin Mutim RA bahwa Nabi SAW bersabda:
"Sesungguhnya saya mempunyai nama-nama, saya Muhammad, saya Ahmad, saya Al-Mahi, yang mana Allah menghapuskan kekafiran karena saya, saya Al-Hasyir yang mana manusia berkumpul di kaki saya, saya Al-Aqib yang tidak ada Nabi setelahnya."
4. Abu Daud dan yang lain dalam hadist Thauban Al-Thawil, bersabda Nabi Muhammad SAW:
"Akan ada pada umatku 30 pendusta semuanya mengaku nabi, dan saya penutup para Nabi dan tidak ada nabi setelahku."
5. Khutbah terakhir Rasulullah.
"Wahai manusia, tidak ada nabi atau rasul yang akan datang sesudahku dan tidak ada agama baru yang akan lahir.Karena itu, wahai manusia, berpikirlah dengan baik dan pahamilah kata-kata yang kusampaikan kepadamu. Aku tinggalkan dua hal: Al Quran dan Sunnah, contoh-contoh dariku; dan jika kamu ikuti keduanya kamu tidak akan pernah tersesat."

DI BALIK KONSPIRASI DENGAN INGGRIS

Hubungan Inggris dengan MGA dan keluarganya memang mesra. MGA berjasa menyerukan penghapusan jihad saat India dijajah Inggris. Berikut bukti-buktinya:

1. Hasan bin Mahmud Adah (mantan direktur umum Seksi Bahasa Arab Ahmadiyah Pusat di London) menilai :
"Hubungan MGA dan Inggris tak ubahnya hubungan seorang pelayan kepada majikannya. Bukan semata hubungan terima kasih seorang Muslim pada orang yang berjasa padanya."

2. Di Ruhani Khazain, hlm 36, MGA menyatakan: ”Tidak samar lagi, atas pemerintah yang diberkahi ini (Britania), saya termasuk dari pelayannya, para penasihatnya, dan para pendoa bagi kebaikannya dari dahulu, dan di setiap waktu aku datang kepadanya dengan hati yang tulus.”

3. Di Ruhain Khazain, hlm 155, MGA menulis:
‘‘Sungguh aku telah menghabiskan kebanyakan umurku dalam mengokohkan dan membantu pemerintahan Inggris. Dan dalam mencegah jihad dan wajib taat kepada pemerintah (Inggris), aku telah mengarang buku-buku, pengumuman-pengumuman, dan brosur-brosur yang apabila dikumpulkan tentu akan memenuhi 50 lemari.”

4. Di Ruhani Khazain hlm 28:
Sungguh telah dibatalkan pada hari ini hukum jihad dengan pedang. Maka tidak ada jihad setelah hari ini. Barang siapa mengangkat senjata kepada orang-orang kafir, maka dia telah menentang Rasulullah… sesungguhnya saya ini adalah Al Masih yang ditunggu-tunggu. Tidak ada jihad dengan senjata setelah kedatanganku ini.”

5. MGA yang mengaku sebagai nabi, rasul, almaasih, almahdi, brahman avatar, krishna, dan titisan nabi-nabi, teryata tunduk belaka di hadapan Ratu Victoria.
Audah menegaskan dalam bukunya Ahmadiyah; Kepercayaan-kepercayaan dan pengalaman-pengalaman : ”Perbuatan tidak bermalu Mirza Ghulam ‘sang nabi’ merendahkan diri depan Ratu Victoria… tak bisa saya terima, bahkan saat saya masih sebagai seorang Ahmadi sejati.”

6. Pengabdian pada Inggris itu sudah dilakukan leluhur MGA sejak tahun 1830-an.
Saat itu, India masih dikuasai Muslim, menghadapi dua kekuatan: Inggris dan kaum Sikh. Dalam perang sabil menghadapi kedua kekuatan itu, keluarga Mirza memihak kaum Sikh dan Inggris. Fakta tersebut diungkap Bashiruddin Mahmud Ahmad, anak MGA yang juga khalifatul masih II dalam bukunya, Riwayat Hidup MGA. "Leluhur MGA merupakan pemimpin tentara yang membantu Maharaja Ranjit Singh, Jenderal Nicholson, dan Jenderal Ventura."
Dalam bukunya, Bashiruddin tak menjelaskan konteks pemberian bantuan itu. Dia mengungkapkannya, "Layaknya sebuah kehormatan besar bagi keluarganya. Namun fakta sejarah memang tak bisa ditutupi, betapa yang diserang Ranjit Sing, Nicholson, dan Ventura, adalah umat Islam."

7. Kesimpulan Abdullah Hasan Alhadar dalam bukunya "Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah".
Keuntungan yang utama bagi Inggris karena munculnya Almasih dan Imam Mahdi itu adalah timbulnya perpecahan di kalangan ummat Islam yang tidak bisa dielakkan lagi.”

8. Saat masalah pertentangan soal Ahmadiyah mencapai puncaknya di Pakistan dan konstitusi negara itu akhirnya mencantumkan bahwa penganut Ahmadiyah merupakan non-Muslim, terjadilah ketegangan. Buntutnya, kekhalifahan Ahmadiyah yang mirip ‘dinasti’ itu hengkang dari Pakistan. Sejak tahun 1985, kekhalifahan tersebut berkedudukan di London, Inggris. Di sana, sejak tahun 1994, Ahmadiyah memiliki sebuah corong untuk menyebarkan ajarannya, yaitu Muslim Television Ahmadiyyah (MTA). Perlu dana luar biasa besar untuk melakukan siaran empat bahasa itu. Audah yang merupakan mantan orang dalam di markas pusat Ahmadiyah, berkomentar tak mungkin televisi itu dijalankan dengan biaya dari sumbangan orang-orang Ahmadiyah. ”Kami tidak mendapat informasi akurat mengenai identitas orang yang memberi dana proyek itu.”

MASA MENJELANG "MIRZA GHULAM" WAFAT

Ajaran Ahmadiyah banyak mendapat penentangan dari para ulama di India. Di antara ulama yang terdepan menentangnya adalah Asy-Syaikh Tsana`ullah Al-Amru Tasri. Karena geram, MGA akhirnya mengeluarkan pernyataan pada tanggal 15 April 1907 yang ditujukan kepada Asy-Syaikh Tsana`ullah. Namun anehnya tantangan mubahalah ini justru dialami oleh Ghulam ahmad sendiri.

Ini buktinya :
1. Mubahalah MGA:
“…Engkau selalu menyebutku di majalahmu (‘Ahlu Hadits’) ini sebagai orang terlaknat, pendusta, pembohong, perusak… Maka aku banyak tersakiti olehmu… Maka aku berdoa, jika aku memang pendusta dan pembohong sebagaimana engkau sebutkan tentang aku di majalahmu, maka aku akan binasa di masa hidupmu. Karena aku tahu bahwa umur pendusta dan perusak itu tidak akan panjang…

Tapi bila aku bukan pendusta dan pembohong bahkan aku mendapat kemuliaan dalam bentuk bercakap dengan Allah, serta aku adalah Al-Masih yang dijanjikan maka aku berdoa agar kamu tidak selamat dari akibat orang-orang pendusta sesuai dengan sunnatullah.

Aku umumkan bahwa jika engkau tidak mati semasa aku hidup dengan hukuman Allah yang tidak terjadi kecuali benar-benar dari Allah seperti mati dengan sakit tha’un, atau kolera berarti aku bukan rasul dari Allah…

Aku berdoa kepada Allah, wahai penolongku Yang Maha Melihat, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Berilmu, Yang mengetahui rahasia qalbu, bila aku ini adalah pendusta dan perusak dalam pandangan-Mu dan aku berdusta atas diri-Mu malam dan siang hari, ya Allah, maka matikan aku di masa hidup Ustadz Tsana`ullah. Bahagiakan jamaahnya dengan kematianku –Amin–.

Wahai Allah, jika aku benar dan Tsana`ullah di atas kesalahan serta berdusta dalam tuduhannya terhadapku, maka matikan dia di masa hidupku dengan penyakit-penyakit yang membinasakan seperti tha’un dan kolera atau penyakit-penyakit selainnya…. Akhirnya, aku berharap dari Ustadz Tsana`ullah untuk menyebarkan pernyataan ini di majalahnya. Kemudian berilah catatan kaki sekehendaknya. Keputusannya sekarang di tangan Allah.
Penulis, hamba Allah Ash-Shamad, Ghulam Ahmad, Al-Masih Al-Mau’ud. Semoga Allah memberinya afiat dan bantuan. (Tabligh Risalat juz 10 hal. 120)

2. Apa yang terjadi? Setelah berlalu 13 bulan 10 hari dari waktu itu, justru Ghulam Ahmad yang diserang ajal. Doanya menimpa dirinya sendiri.
Putranya Basyir Ahmad menceritakan:
"Ibuku mengabarkan kepadaku bahwa Hadrat (Ghulam Ahmad) butuh ke WC langsung setelah makan, lalu tidur sejenak. Setelah itu butuh ke WC lagi. Maka dia pergi ke sana 2 atau 3 kali tanpa memberitahu aku. Kemudian dia bangunkan aku, maka aku melihatnya lemah sekali dan tidak mampu untuk pergi ke ranjangnya. Oleh karenanya, dia duduk di tempat tidurku. Mulailah aku mengusapnya dan memijatnya. Tak lama kemudian, ia butuh ke WC lagi. Tetapi sekarang ia tidak dapat pergi ke WC, karena itu dia buang hajat di sisi tempat tidur dan ia berbaring sejenak setelah buang hajat. Kelemahan sudah mencapai puncaknya, tapi masih saja hendak buang air besar. Diapun buang hajatnya, lalu dia muntah. Setelah muntah, dia terlentang di atas punggungnya, dan kepalanya menimpa kayu dipan, maka berubahlah keadaannya.” (Siratul Mahdi hal. 109 karya Basyir Ahmad)

3. Mertuanya menerangkan:
Malam ketika sakitnya Hadhrat (Ghulam Ahmad), aku tidur di kamarku. Ketika sakitnya semakin parah, mereka membangunkan aku dan aku melihat rasa sakit yang dia derita. Dia katakan kepadaku, ‘Aku terkena kolera.’ Kemudian tidak bicara lagi setelah itu dengan kata yang jelas, sampai mati pada hari berikutnya setelah jam 10 pagi.” (Hayat Nashir Rahim Ghulam Al-Qadiyani hal. 14)

4. Hartono Ahmad jaiz bertanya kepada Dr. Hasan bin Mahmud Audah, mantan orang kepercayaan Khalifah Ahmadiyah ke-4 Thahir Ahmad, yang sudah kembali ke Islam. “Apakah benar, nabinya orang Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad yang lahir di India 15 Februari 1835 dan mati pada 26 Mei 1906, itu matinya di kakus (WC)?”
Dr. Hasan bin Mahmud Audah pun menjawab, “Ha…, ha…, haa… itu tidak benar. Mirza Ghulam Ahmad tidak bisa ke WC. Dia meninggal di tempat tidur. Tetapi berminggu-minggu sebelum matinya dia berak dan kencing di situ. Jadi tempat tidurnya sangat kotor seperti WC. Karena sakitnya itu, sampai-sampai dalam sehari dia kencing seratus kali. Makanya, tanyakanlah kepada orang Ahmadiyah, maukah kamu mati seperti nabimu?”

Dr Hasan bin Mahmud Audah adalah mantan Muballigh Ahmadiyah dulunya dekat dengan Thahir Ahmad (Khalifah Ahmadiyah) yang mukim di London. Pertanyaan di atas diajukan Hartono Ahmad Jaiz seusai berlangsungnya Seminar Nasional tentang Kesesatan Ahmadiyah dan Bahayanya yang diselenggarakan LPPI di Masjid Istiqlal Jakarta, Ahad 11 Agustus 2002.wa Akhirnya dia mati tanggal 26 Mei 1908.
Sementara Asy-Syaikh Tsana`ullah tetap hidup setelah kematiannya selama hampir 40 tahun. Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala singkap tabir kepalsuannya dengan akhir kehidupan yang menghinakan, sebagaimana dia sendiri memohonkannya kepada Allah Subhanahu wa taala.

Selain masalah kematiannya yang menjijikkan, Mirza Ghulam Ahmad menurut Audah punya dua penyakit:
• Sakit jasmaninya : sudah jelas, berminggu-minggu menjelang matinya tak bisa beranjak dari tempat tidur, hingga kencing dan berak di tempat tidurnya.
• Sakit akalnya : MGA mengaku menjadi Maryam, lalu karena Allah meniupkan ruh kepadanya, maka lahirlah Nabi Isa. Dan yang dimaksud dengan Nabi Isa itu tak lain adalah diri Mirza Ghulam Ahmad itu sendiri. “Apakah tidak sakit akal itu namanya,” ujar Dr Hasan Audah yang dulunya mempercayai MGA, sehingga sempat membeli sertifikat kuburan surga di Rabwa.
Kini siapa yang sadar dan bertobat setelah tersingkap kedustaannya?

Wallahu a’lam bish-shawab.

Referensi:
Moslemgen
Catatan Fb

5 komentar: