Kamis, 24 Agustus 2017

KRONOLOGI KEBIADABAN PKI

PKI sangat mengganggu dan memusuhi para ulama serta pemangku jabatan di negara kita, Sejarah Indonesia pasca merdeka ditandai dengan adanya pemberontakan Partai Komunis Indbonesia (PKI).

Di dahului gerakan revolusioner yang disebut formal fase nonparlementer, yakni pengambilalihan kekuasaan dari pemerintah yang sah.

Usaha kudeta itu disertai pula penculikan dan penganiayaan serta pembunuhan sejumlah penduduk sipil, para ulama, santri, pejabat, dan polisi.

Aksi dalam bentuk kekerasan terjadi di beberapa daerah, berikut di antaranya:

- Tegal dan sekitarnya
Kekejian pertama PKI yaitu pada penghujung tahun 1945, tepatnya oktober. Di kota ini, ada seorang pemuda PKI di slawi, tegal, jawa tengah, berjuluk Kutil (nama asli Sakyani), telah menyembelih seluruh pejabat pemerintah disana. Kutil juga melakukan penyembelihan besar-besaran di brebes dan pekalongan. Si Kutil mengarak Kardinah (adik kandung RA Kartini) keliling kota dengan sangat memalukan, syukurlah ada yg sempat menyelamatkan Kardinah, tepat beberapa saat sebelum Kutil memutuskan mengeksekusi Kardinah.

- Kota Lebak, Banten
Kekejian datang dari Ce'Mamat, pimpinan gerombolan PKI dari Lebak (Banten) yg merencanakan menyusun pemerintahan model Uni Soviet. Gerombolan Ce'Mamat berhasil menculik dan menyembelih bupati Lebak R.Hardiwinangun di jembatan sungai Cimancak pada tanggal 9 desember 1945.

- Jakarta
Jalan Oto Iskandar Dinata di selatan kampung melayu. Ingatlah kisah pembunuhan tokoh nasional Oto Iskandar Dinata yg dihabisi secara keji oleh laskar hitam ubel-ubel dari PKI, pada desember 1945.

- Sumatera Utara
Ternyata banyak menyimpan kisah miris. Sebab PKI juga menumpas habis seluruh keluarga (termasuk anak kecil) Istana Sultan Langkat Darul Aman di tanjung pura, pada maret 1946, serta merampas harta benda milik kerajaan. Dalam peristiwa ini, putra mahkota kerajaan Langkat, Amir Hamzah (banyak dikenal sebagai penyair), ikut tertumpas. Tak ada lagi penerus kerajaan Langkat.

- Di belahan lain Sumatra, pematang siantar.
PKI menunjukkan kebrutalannya. Pada 14 mei 1965, PKI melakukan aksi sepihak menguasai tanah-tanah negara. Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia (BTI), dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) melakukan penanaman secara liar di areal lahan milik Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Karet IX bandar betsi. Pembantu letnan dua yg sedang ditugaskan di perkebunan kebetulan menyaksikan aksi perilaku anggota PKI tersebut. Sudjono pun memberi peringatan agar aksi dihentikan. Anggota PKI bukannya pergi, justru berbalik menyerang dan menyiksa Sudjono. Akibatnya, Sudjono tewas dengan kondisi yg amat menyedihkan.

- Berbagai kota di jawa timur
Kekejian di jawa timur, yaitu saat Gubernur Jawa Timur RM Soerjo, pulang dari lawatan menghadap Soekarno. Di tengah jalan, mobil Gubernur Soerjo bersama dua pengawalnya dicegat pemuda rakyat PKI, lalu diseret menggunakan tali sejauh 10 kilometer hinga meregang nyawa, lalu mayatnya dicampakkan di tepi kali.

- Madiun
PKI menusuk dubur banyak warga desa Pati dan Wirosari (Madiun) dengan bambu runcing. Lalu, mayat mereka ditancapkan di tengah-tengah sawah, hingga mereka kelihatan seperti pengusir burung pemakan padi. Salah C di antaranya wanita, ditusuk kemaluannya sampai tembus ke perut, juga ditancapkan ke tengah sawah.

- Magetan
Algojo PKI merentangkan tangga melintang di bibir sumur, kemudian bupati magetan dibaringkan di atasnya. Ketika telentang terikat itu, algojo mengggergaji badannya sampai putus dua, lalu langsung dijatuhkan ke dalam sumur.

- Kyai Sulaiman dari Magetan
Ditimbun di sumur Soco bersama 200 orang santri lainnya, sembari tetap berdzikir, pada september 1948.

- Kisah Kyai Imam Musyid Takeran
Yang hilang tak tentu rimbanya, genangan darah setinggi mata kaki di pabrik gula gorang gareng, ayah dari Sumarso Sumarsono yg disembelih dibelakang pabrik gula, baru ketemu rangka tubuhnya setelah 16 tahun. Bahkan para PKI mengadakan pesta daging bakar Ulama dan santri di lumbung padi.

- Kisah Isro
Yang sekarang menjadi guru di jawa timur. Ketika dulu masih berumur 10 tahun pada tahun 1965, Isro hanya bisa memunguti potongan-potongan tubuh ayahnya yg sudah hangus dibakar PKI di pinggir sawah dan hanya bisa dimasukkan ke dalam kaleng.

- Blora
Pasukan PKI menyerang markas Kepolisian Distrik Ngawen pada 18 september 1948. Setidaknya, 20 orang anggota polisi ditahan. Namun, ada 7 polisi yg masih muda dipisahkan dari rekan-rekannya. Setelah datang perintah dari Komandan pasukan PKI Blora, mereka dibantai pada tanggal 20 september 1948. Sementara, 7 orang polisi muda dieksekusi secara keji. Ditelanjangi, kemudian leher mereka dijepit dengan bambu. Dalam kondisi terluka parah 7 orang polisi dibuang ke dalam kakus/jamban (WC) dalam kondisi masih hidup, baru kemudian ditembak mati.

- Desa Kresek, Kecamatan wungu, Dungus
PKI membantai hampir semua tawanannya dengan cara keji. Para korban dtemukan dengan kepala terpenggal dan luka tembak. Di antara para korban, ada anggota TNI, polisi, pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, dan Ulama.

- Wonogiri, Jawa Tengah
Ternyata akrab dengan amis darah kekejian PKI yang menculik pejabat pemerintahan, TNI, Polisi, dan Wedana. Semua dijadikan santapan empuk PKI di sebuah ruangan bekas laboratorium dan gudang dinamit di Tirtomoyo. Saat itu PKI menyekap 212 orang, kemudian dibantai satu per satu dengan keji pada 4 oktober 1948.

- Kecamatan Kras, Kediri
Training Pelajar Islam Indonesia tanggal 13 januari 1965, diserang oleh PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia). Massa komunis ini menyiksa dan melakukan pelecehan seksual terhadap para pelajar islam perempuan. Tidak hanya sampai disitu, massa PKI pun menginjak-injak al-Qur'an. Mereka pun memiliki pertunjukan Ludruk dari LEKRA dengan lakon "Matinya Gusti Allah", dan berbagai lakon lain yg biadap dan tak bisa dimaafkan.

- Lubang Buaya Jakarta
Adalah bukti otentik aksi kejam PKI dengan gerakan 30 September 1965. Tidak tanggung-tanggung 6 orang jenderal (Letjen TNI A.Yani, Mayjen TNI Soeprapto, Mayjen TNI MT Hardjono, Mayjen TNI S.Parman, Brigjen TNI DI. Panjaitan, Brigjen TNI Soetodjo Siswomiharjo), ditambah Lettu Piere Andries Tendean, dimasukkan kedalam sumur. Para Gerwani dan Pemuda Rakyat bersorak dan bergembira ria melihat para jenderal dimasukkan ke dalam sumur lubang buaya di Jakarta Timur.

Semua negara Komunis
Di dunia ini melakukan pembantaian dan penyembelihan kepada rakyatnya sendiri.
• 500.000 rakyat Rusia dibantai Lenin (1917-1923),
• 6.000.000 petani kulak Rusia dibantai Stalin (1929),
• 40.000.000 dibantai Stalin (1925-1953),
• 50.000.000 penduduk rakyat cina dibantai Mao Tse Tung (1947-1976),
• 2.500.000 rakyat Kamboja dibantai Pol Pot (1975-1979),
• 1.000.000 rakyat eropa timur diberbagai negara dibantai rezim Komunis setempat dibantu Rusia Soviet (1950-1980),
• 150.000 rakyat Amerika Latin dibantai rezim komunis disana,
• 1.700.000 rakyat diberbagai negara di Afrika dibantai rezim Komunis,
• dan 1.500.000 rakyat Afghanistan dibantai Najibullah (1978-1987).

Barangkali, jika waktu itu komunisme berhasil menguasai negeri ini, kita tak akan bisa membaca karya-karya sastra relijius milik Hamka, Taufiq Ismail, dan lain-lain. Karena, Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) yang dikomandani oleh Pramoedya Ananta Toer, sempat menuding Hamka sebagai plagiator atas novelnya yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van der Wijk. Tekanan politik terhadap karya-karya non-komunis dilakukan oleh LEKRA. Hujatan-hujatan terhadap sastrawan anti-LEKRA terus dilakukan.

Penyair Chairil Anwar (pelopor angkatan 45) juga digugat dan dinilai sudah tidak punya arti apa-apa. Bahkan, buku-buku sastra karya sastrawan anti-LEKRA dibakar.

Ini hanya sebagian, Masih banyak sejarah kebiadaban PKI yang lain di berbagai daerah. Bagaimanapun, kelompok Palu Arit ini telah dua kali melakukan kudeta dengan keji. Mereka menyembelih para santri, para Kyai, para agamawan, para penjaga NKRI yg menolak paham kiri.

Bagikan kabar ini agar generasi saat ini tau bahwa komunis memang bengis.

Dikutip dari:
Ayat-ayat yang Disembelih, Sejarah Banjir darah para Kyai, Santri, dan penjaga NKRI oleh aksi-aksi PKI. Penerbit Cordoba, tahun 2015. Anab Afifi dan Thowaf Zuharon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar