Senin, 25 September 2017

PKI ITU DITULUNG MENTHUNG

Gus Dur yang terkenal humanis, bahkan menyebut PKI itu “ditulung menthung” (sudah ditolong malah memukul). Demikian ditegaskan Gus Dur atas perilaku eks tapol yang menuduh dan mensomasi perlawanan Banser dan Kiai Nahdlatul Ulama (NU) serta pihak militer (TNI) yang dianggap melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap orang-orang PKI dalam rentang waktu antara tahun 1948-1965.

Saya menjadi Presiden karena mandat dari MPR, dan tidak ada sama sekali mandat untuk membantu eks Tapol. Namun demikian secara kemanusiaan saya membela mereka bahkan sejak tahun 1970 saya telah membela PKI.

Sudah ditolong malah mensomasi,” kata Gus Dur seperti dikutip dari buku “Benturan NU-PKI 1948-1965” karya H. Abdul Mun’im DZ dan diterbitkan PBNU untuk menjawab berbagai tuduhan PKI terhadap NU dan umat Islam Indonesia pada umumnya.

Sungguh, sebetulnya itu bukan karakter Gus Dur mengungkit-ungkit kebaikan-kebaikan dirinya atau komunitasnya. Hal ini terpaksa dikemukakan Gus Dur lantaran NU justru berusaha menyelamatkan akidah dan NKRI dari pemberontakan (bughot) atau sikap subversif PKI sendiri yang diikuti serangkaian teror, ancaman dan penyerangan serta pembantaian sehingga mau tidak mau semua pihak melakukan perlawanan.

Selain itu, Gus Dur juga mengungkapkan demikian karena faktanya banyak dari Kiai NU yang berbesar hati dengan merawat, membesarkan dan mendidik anak-anak PKI korban serangkaian konflik horisontal yang telah terjadi, bahkan sebagian diantara mereka telah menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dan berperan di banyak bidang.

Pemberontakan secara brutal oleh PKI memakan banyak korban tidak hanya dari pihak PKI, tetapi juga dari pihak TNI, sipil, dan kiai-kiai pesantren.

Aksi massa yang cukup berbahaya dari manuver politik PKI adalah usaha-usaha memobilisasi massa untuk melakukan berbagai tindak kekerasan yang dikenal dengan nama “aksi sepihak”.

Dalam tindak-tindak kekerasan yang dinamakan aksi sepihak itu, PKI tidak segan-segan mempermalukan pejabat pemerintah dan bahkan melakukan perampasan-perampasan hak milik orang lain yang mereka golongkan borjuis-feodal.

PKI tidak malu mengkapling tanah negara maupun tanah milik warga masyarakat yang mereka anggap borjuis.

Sejumlah aksi massa PKI yang dimulai pada pertengahan 1961 itu adalah peristiwa Kendeng Lembu, Genteng, Banyuwangi (13 Juli 1961), peristiwa Dampar, Mojang, Jember (15 Juli 1961), peristiwa Rajap, Kalibaru, dan Dampit (15 Juli 1961), peristiwa Jengkol, Kediri (3 November 1961), peristiwa GAS di kampung Peneleh, Surabaya (8 November 1962), sampai peristiwa pembunuhan KH Djufri Marzuqi, dari Larangan, Pamekasan, Madura (28 Juli 1965).

Source : Pribuminwes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar