Sabtu, 14 Oktober 2017

IBADAH YANG SIA SIA

Kisah Abu bin Hasyim sang ahli ibadah

Alkisah ada saorang ahli ibadah bernama Abu bin Hasyim yang kuat sekali tahajudnya. Hampir bertahun-tahun dia tidak pernah tinggal melakukan shalat tahajud.

Pada suatu malam saat dia hendak mengambil wudhu untuk shalat tahajud, Abu terperanjat oleh kehadiran sesosok makhluk yang duduk di bibir periginya.

Abu bertanya, “Wahai hamba Allah, siapakah Engkau?”
Sambil tersenyum, sosok itu berkata, “Aku Malaikat utusan Allah,”

Abu Bin Hazim heran sekaligus bangga karena kedatangan tamu Malaikat mulia itu.

Dia lalu bertanya, “Apa yang mau kamu lakukan di sini?”
Malaikat itu menjawab, “Aku disuruh mencari hamba pencinta Allah.”

Ia melihat Malaikat itu memegang kitab yang tebal, Abu lalu bertanya lagi, “Wahai Malaikat, buku apakah yang kau bawa itu?”
Malaikat itu menjawab, “Ini adalah kumpulan nama hamba-hamba pencinta Allah SWT.”

Mendengar jawaban Malaikat itu, Abu bin Hasyim berharap dalam hati, namanya pasti ada disitu.

Maka ditanyalah Malaikat itu lagi, “Wahai Malaikat, adakah namaku tertulis di situ?”

Abu bin Hasyim yakin bahwa namanya patut tertulis di dalam buku itu, mengingati amalan ibadahnya yang tidak kenal lelah dan putusnya.

Ia selalu mengerjakan sholat tahajud setiap malam, berdo’a dan bermunajat kepada Allâh SWT di sapertiga malam.

Baiklah, aku periksa,” kata Malaikat itu sambil membuka kitab besarnya. Dan ternyata Malaikat itu tidak menemukan nama Abu bin Hasyim di dalamnya.

Dengan tidak percaya, Abu bin Hasyim meminta Malaikat itu memeriksanya sekali lagi.

Betul … namamu tidak ada di dalam buku ini,” kata Malaikat itu. Abu bin Hasyim pun jadi gementar dan jatuh tersungkur di depan Malaikat itu.

Dia menangis sejadi-jadinya. “Rugi sekali diriku yang selalu tegak berdiri di setiap malam dalam tahajud dan bermunajat … tetapi namaku tidak masuk dalam golongan para hamba pecinta Allah SWT,” ratapnya.

Melihat itu, Malaikat itu berkata, “Wahai Abu bin Hasyim ! Bukan aku tidak tahu yang engkau bangun tahajud setiap malam ketika yang lain sedang tidur… mengambil air wudhu dan kedinginan pada saat orang lain terlelap dalam buaian malam. Tapi tanganku dilarang Allâh SWT daripada menulis namamu.”

Apakah gerangan yang menjadi penyebabnya,” tanya Abu bin Hasyim.

Engkau memang rajin bermunajat kepada Allâh SWT, tapi engkau tunjukkan ibadah mu itu dengan rasa bangga ke mana-mana dan asyik beribadah memikirkan diri kamu sendiri. Dikanan dan kirimu ada orang yang sakit atau lapar, tidak engkau hiraukan, ziarah dan beri makan. Bagaimana mungkin engkau dapat menjadi hamba pecinta Allah SWT kalau engkau sendiri tidak pernah mencintai hamba-hamba yang diciptakan Allâh SWT?” kata Malaikat itu.

Abu bin Hasyim rasa saperti disambar petir di siang hari. Dia tersadar bahwa hubungan ibadah manusia itu tidaklah hanya kepada Allâh SWT semata-mata (hablumminAllâh), tetapi juga ke sesama manusia atau makhluk Allah SWT (hablumminannâs) dan sekalian alam.

Janganlah  bangga dengan banyak shalat, puasa dan zikir karena itu semua belum membuat Allah  SWT senang dengan kita !

Mau tahu apa yang membuat Allah  Swt senang dengan kita???

Nabi Musa: "Wahai Allah, aku sudah melaksanakan ibadah. Lalu manakah ibadahku yang membuat Engkau senang ?"

Allah:
"Shalat? Shalat mu itu untuk dirimu sendiri, karena dengan mengerjakan shalat, engkau terpelihara dari perbuatan keji dan munkar."

"Dzikir? Dzikirmu itu hanya untukmu sendiri, membuat hatimu menjadi tenang."

"Puasa? Puasamu itu untuk dirimu sendiri, melatih dirimu untuk memerangi hawa nafsumu sendiri."

Nabi Musa: "Lalu apa  yang membuat Mu senang Ya Allah?"

Allah: "Zakat, infaq, shadakah,  serta perbuatan baikmu. Itulah yang membuat AKU senang, karena tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang susah, AKU hadir di sampingnya. Dan AKU akan mengganti mu dengan ganjaran 700 kali (Al-Baqarah 261-262)

Nah, bila kamu sibuk dengan ibadah ritual dan bangga akan itu... maka itu tandanya kamu hanya mencintai dirimu sendiri, bukan Allah SWT. Tapi, bila kau berbuat baik dan berkorban untuk orang lain... maka itu tandanya kau mencintai Allah SWT dan tentu Allah SWT senang karenanya. Buatlah Allah SWT senang kepada mu maka Allah SWT akan limpahkan rahmat-Nya dengan membuat hidupmu lapang dan bahagia.

Source : Kitab Mukasyafatul Qulub, karya Imam Al Ghazali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar