Kamis, 19 Oktober 2017

INFRASTRUKTUR DIPAKSAKAN JADI BUMERANG

Ekonom pendukung Jokowi ini sudah ketar ketir. Ini semua karena dipaksakannya proyek-proyek infrastruktur yang harus selesai demi 2019. Demi ingin terpilih kembali di 2019, pencitraan dengan infrastruktur yang dipaksakan ini malah menjadi bumerang. Karena melanggar 'Sunatullah' pembangunan.

"Saya sudah kirim surat terbuka ke Jokowi. Sudah sampai di Istana. Tetapi saya nggak tahu dibaca atau tidak," ujar Faisal Basri yang menyebut di bulan November akan terjadi gejolak ekonomi.

Faisal menegaskan kalau mau selamat, maka secepatnya proyek-proyek infrastruktur harus di-reschedule. "Tak ada jalan lain, reschedule infrastruktur!" tegasnya.

Wartawan: "Tetapi, sejauh ini  apakah Anda melihat ada tanda-tanda Presiden Jokowi mengendurkan proyek infrastruktur?"

FAISAL: "Pertanyaannya memang, apakah Jokowi mau? Selama ini kan tidak mau. Makanya, di situ pertaruhannya. Saya bilang infrastruktur itu bisa dikorbankan demi menjaga kestabilan makro ekonomi. Di mata pemerintah saat ini hanya ada satu tahun saja. Yakni tahun 2019. Semua harus selesai tahun 2019. Makanya semua dilanggar," keluhnya.

Wartawan: "Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah gejolak kecil yang Anda sebut?"

FAISAL: "Jalan keluarnya, ya tolong infrastruktur di-reschedule setahun aja. Atau, bagusnya dua tahun, jadi kelar pada 2020. Nggak bikin kiamat, kok. Ongkosnya akan lebih mahal untuk Pak Jokowi kalau terjadi gejolak kecil. Kalau diteruskan kemungkinan Jokowi tidak mampu."

Wartawan: "Bukankah proyek infrastruktur itu dibutuhkan untuk menggerakan ekonomi?"

FAISAL: "Jalan yang dibangun itu kan harusnya untuk mengangkut hasil pertanian, hasil tambang. Kalau bangun jalan tol, memang pada saat mudik akan terasa. Bisa dibangga-banggakan. Tetapi itu tidak berefek untuk kegiatan ekonomi.

Contohnya, pembangunan jalan tol Sumatra Rp 80 triliun. Ditender, nggak ada yang mau. Karena tidak ada yang mau, maka ditunjuk Hutama Karya (BUMN).

Anggap saja jalan tol itu jadi. Jeruk brastagi bisa dibawa ke Jakarta pakai truk. Kelihatannya hebat. Truk itu bisa membawa 10 ton. Jeruk dijual dengan harga Rp 40.000 per kg. (Tapi) Dibandingkan jeruk dari China yang diangkut lewat laut, sampai sini bisa Rp 20.000 per kg karena ongkos angkutnya murah (ongkos laut jauh lebih murah dibanding transportasi darat -red).

Jadi untuk menurunkan biaya logistik, bisa dengan cara memindahkan moda dari darat ke laut. Ongkos logistik darat itu 10 kali lebih mahal daripada laut."

Wartawan: "Menurut Anda mengapa Jokowi tak mengutamakan infrastruktur laut?"

FAISAL: "Karena nggak ngefek ke Pemilu. Kan yang memilih rakyat, bukan barang. Sekarang kita tinggal yakinkan Jokowi bahwa akan lebih bagus kalau kita bisa keluar dari gejolak ekonomi kecil."

Source : Portalislam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar