Selasa, 26 Desember 2017

ORKESTRA SUMBANG PARA KECEBONG

Di antara makhluk metamorfosis,Kecebong termasuk hewan paling "istimewa". Istimewa dalam tanda kutip karena ke-istimewaannya itu justru berasal dari ke-konsistenannya untuk tetap jelek mulai dari Telur sampai Imago. Dari sejak berwujud Kecebong, Berudu sampai Katak Dewasa, makhluk ini tetap "istiqomah" mempertahankan kejelekannya.

Bandingkan dengan Kupu-kupu, begitu jelek dan bahkan bagi sebagian orang malah menjijikkan ketika masih berwujud ulat. Tapi begitu si Ulat keluar dari kepompongnya, semua orang waras pasti setuju, Kupu-kupu adalah salah satu makhluk tercantik di muka Bumi ini. Bidadari sekalipun diimajinasikan di film-film memiliki sayap seperti sayap kupu-kupu. Banyak orang yang mengoleksi dan bangga jadi Kolektor Kupu-kupu, karena termasuk salah satu seni yang mahal. Tapi saya belum pernah satukalipun jumpa orang normal yang jadi Kolektor Katak apalagi yang sampai merasa bangga jadi Kolektor Kecebong.

Tapi segala sesuatu pasti punya kelebihan. Nah, kelebihan Kecebong ini adalah kekompakannya. Walaupun saya curiga kekompakan mereka mungkin karena sama-sama jelek dan keterbatasan daya tangkap Otak. Makanya sangat wajar, ketika konon ada Salah satu Toko Kue Coklat yang ownernya karena mengikuti fatwa Ulama yang tidak memperbolehkan mengucapkan Selamat Natal, membuat kebijakan " Tetap menyediakan Kue coklat pesanan Customer tapi khusus ungkapan dan  pesan keagamaan, di persilahkan tulis sendiri", para Kecebong pun meradang.
"Dasar Toko Rasis..."
"Anti Kebhinnekaan.."
"Jangan menodai industry saya dengan sifat dan perilaku anda yang sangat SARA dan tidak menjalankan Bhinneka Tunggal Ika........Selama anda di Indonesia cobalah ber Pancasila" tulis akun salah satu kecebong yang pongah merasa menjadi "Pemilik Industry Coklat, Roti dan Kue se Indonesia".
Lucunya, si Cebong yang ngaku-ngaku Pemilik Industry ini mengajak ber Pancasila, tapi dia lupa, Pancasila Sila pertama adalah Ke Tuhanan Yang Maha Esa, artinya semua orang bebas menjalan kan perintah Agamanya.

Labelisasi SARA, Anti Bhinneka Tunggal Ika dan Anti Pancasila kepada orang-orang yang menjalankan aqidah-nya justru perbuatan yang SARA, anti Bhinneka Tunggal Ika dan anti Pancasila. Jadi jangan pernah percaya dengan Kecebong-kecebong yang selalu koar-koar paling Pancasila tapi justru selalu bersikap anti Sila-sila dari Pancasila. Ngaku-ngaku paling Bhinneka Tunggal Ika, tapi justru tidak menghormati perbedaan dan aturan agama orang lain, justru memaksakan perbedaan harus disamakan. Persis kaum eljibiti yang berteriak-teriak atas nama Kemanusiaan tapi justru perilaku mereka  yang akan membuat manusia punah dan jadi tinggal sejarah.

Pertanyaannya? ;

• Kemanusiaan seperti apa yang hendak di sampaikan oleh sekelompok orang yang perilaku seksualnya justru akan membuat Manusia punah dari Muka Bumi ini?
• Ber-Pancasila seperti apa yang dimaksud oleh sekelompok orang yang justru menghambat orang lain untuk melaksanakan perintah Tuhan Yang Maha Esa?
• Bhinneka Tunggal Ika seperti apa yang mereka teriak-teriakkan tapi mereka justru memaksakan semua perbedaan sikap keagamaan harus sama?

Kecebong memang mahkluk metamorfosis yang menyedihkan, perubahan dan pertumbuhan raga-nya tidak diikuti perubahan dan pertumbuhan otak dan nuraninya. Beramai-ramai menyerang dan me-rate bintang satu Toko Coklat yang ownernya justru berprilaku dan mengamalkan Nilai-nilai dari Sila Pancasila.

Toko Coklat pun babak belur,
Jatuh berbintang dua dari lima. Mereka tertawa terbahak-bahak, dan seperti biasa mulai membanjiri komentar di Halaman Toko Kue dengan umpatan, cacian dan makian. Kalau masalah mencaci dan memaki sepertinya para iblis dan setan sekalipun harus berguru kepada kelompok ini.

Orkestra kemenanganpun dimulai, teriakan-teriakan sumbang tentang Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika sampai Hak Asasi Manusia harus diterjemahkan sesuai versi dan kepentingan mereka. Media-media besar yang mereka kuasai (atau justru menguasai...?)  ramai-ramai membuat opini yang menyudutkan Toko Kue. CNN bahkan menulis "Hari ini kue pun sudah diradikal", lengkap dengan ulasan yang menyesatkan.

Beberapa Kecebong yang mungkin saja pernah nyantri dan punya setitik iman, paham kalau sikap Pemilik Toko Roti karena masalah aqidah dan mengikuti Fatwa Ulama, protes dan mencoba memberi penjelasan ke Berudu yang menjadi Komandan Tempur para Kecebong.
"Tuan Berudu, sikap Toko Coklat harusnya tidak perlu kita permasalahkan. Pihak Toko Coklat bukan menolak membuatkan kue buat Natal,hanya pesan dan ungkapan di minta bikin sendiri karena ini masalah aqidah".

Tapi si Berudu tidak bergeming sambil berkata lantang, "Syariat Agama ada di bawah hukum Negara, aturan agama harus tunduk ke aturan Negara dan Negara itu sekarang adalah Kita".

Kecebong yang protes tadipun terdiam, lagi pula kalau ngeyel, uang pulsa 300 ribu perbulan bisa lenyap. Selain itu dia yakin, tahun 2019 semua ini akan berakhir. Jadi dinikmati saja yang sekarang ada dan berencana akan bertobat di tahun depan. Semoga saja masih sempat bertaubat nasuha sebelum keburu di jemput Malaikat Maut.

Orkestra terus berlanjut...
Tapi tiba-tiba suasana mulai kacau, laporan masuk, " May Day...May Day...SOS...Saudara se-aqidah si Toko Kue datang bagai air bah membanjiri dan membela saudara seiman mereka yang kita aniaya".

Seribuan kecebongpun terkepung puluhan ribu massa, Bintang 2.3 berbalik menjadi 3.2, merangkak pasti dan naik kembali ke Bintang Lima. Di awal "cyber war" ini, yang me-rate bintang 1 hampir seribuan melawan cuma tiga ratusan yang merate bintang 5. Tapi tidak sampai 4 jam, situasi berbalik dan terakhir yang merate bintang 5 lebih dua puluh ribuan dan yang merate bintang 1 malah berkurang entah kenapa dari hampir dua ribu jadi limaratusan, aneh...?.

Suara Orkestra mulai sumbang
Karena para kecebong yang gantian babak-belur, sudah berlarian tanpa arah, tercerai-berai saling injak-menginjak mencari jalan selamat. Berudu yang jadi Panglima cuma bisa melongo dan terdiam. "Kalau ini terus berlanjut, eksistensi kami di 2019 tinggal kenangan", batin si Berudu.

Terbayang pertanggungjawaban Kerugian Pulau Reklamasi yang belum selesai,malah gara-gara kebijakan Anies-Sandi, Proyek Reklamasi makin hari makin basi. Satria piningit yang dipersiapkan untuk Peta Besar New Nusantara Order, justru sekarang sudah masuk bui, belum lagi pertanggungjawaban terhadap Penguasa Sungai Kuning kalau sampai harus memulangkan jutaan rakyatnya.

Kekalahan sudah membayang di depan mata, si Berudu menekan tombol panggil dan mendekatkan HP nya ke telinga.
Panggilan tersambung, tapi tidak ada suara, malah samar-samar terdengar alunan suara Bang Haji Rhoma , " Stres.... (stres...), obatnya iman dan taqwa..".

#KomunitasKomunikasiCintaIndonesia
#KeLombokAja
Note :
Tulisan ini untuk melawan penggiringan opini khususnya media-media Cebonger

Tidak ada komentar:

Posting Komentar